In The Reality (d end?)

5.4K 198 42
                                    

No cut No Edeideh

Suasana kantor Ricis Official hening. Hanya deru air conditioner yang mengalun lembut. Gorden belum disibak, gelap lebih ke remang-remang 'sih. Wildan tampak tidur sangat lelap. Hei, ini sudah jam 9 pagi. Tenang, sholat subuh sudah, zuhur masih lama.Lihat wajahnya! Ada senyum terukir di bibirnya yang menurut sebagian besar fansnya seksi. Dia merubah posisi tidur jadi miring, Sebelah tangan tergeletak jadi bantal. Sedang bermimpikah dia? Jelas, sepertinya mimpi itu sangatlah indah. Coba perhatikan! Ekspresi wajahnya berubah lagi. Ada air mengalir di sudut netranya. Kali ini mimpi apalagi sih, Bang?

Suara cicak mendominasi sunyi, membuat sosok itu kembali menggeliat. Dia gelisah, badannya bergerak tak nyaman. Bulir keringat memenuhi dahinya yang licin. Seseorang memasuki ruangan. Badannya tinggi tapi ceking. Rambutnya tebal dan lurus sedikit gondrong. Dia menggeleng melihat Wildan masih tenggelam dalam mimpi panjang. Jangan-jangan ini kelanjutan mimpi di hari-hari sebelumnya. Rekan kerjanya itu sering tidur di sofa kantor walau kamar sudah disediakan.

Tanpa suara kentara Rekan Wildan menyalakan monitor. Editan banyak yang ngantri. Wildan sudah lembur, menjelang subuh dia menyelesaikan tiga video, wajar jika jam segini mata belum mau buka.

"Mimpi apa Lo,Dan? Semoga yang indah-indah ya. Aduh, pakai nangis segala lo yak? Jangan dong! Laki harus seterong di dunia nyata atau di dalam mimpi." gumam lelaki itu seora ng diri. Dia lalu tenggelam dalam pekerjaan yang sangat dia jiwai.

"Sudah hampir Zuhur, Huwaaa." si editor Ricis menggeliat capek. Diliriknya Wildan yang masih betah mendekam di sofa.
" Nih anak masih hidup apa gimana ya?" dicoleknya bahu Wildan. No reaction.
"Dan, bangun napa? Zuhur oii!" panggilnya lagi. Sosok sedikit gondrong ikal itu menggeliat, tapi belum bangun juga.
"Nih anak mimpi nikah kayanya, malas bener buka mata, gue buka gorden aja kali ya, biar silau," gumamnya lagi, lalu disingkapnya gorden abu-abu gelap itu.
Sreeeet...suara gorden yang digeser membuat suasana kamar jadi ramai, ditambah limpahan cahaya yang menerobos, membuat ruang kantor Ricis official jadi bermandi cahaya matahari, dan sosok Wildan juga ikut tersirami. Matanya mengerjap menyesuaikan dengan cahaya yang menerobos kornea.
"Eh, Elu, Mas, udah jam berapa ini?" tanya Wildan masih mengusap mata.
"Sudah mau Zuhur, mandi gih biar seger, ntar lagi boss cantik keliling dan mantau kerjaan kita. Malu masih belekan." jawab Didi rekan kerja Wildan sesama editor.
"Mana yang lain? Katanya mau meliput Ummi main film."
"Ada di bawah, pada makan kayanya. Yuk ah kita gabung!" ajak Didi.
"Duluan, lima belas menit ntar turun deh. Mau bersih-bersih musim sakit begini." Wildan pun ngacir ke kamar mandi khusus karyawan yang berada di lantai atas. Sambil mengguyur air ke seluruh badan dan kepalanya dia tersenyum.
"Mimpi gue aneh banget dah, masa nikah sama Ricis? Udah gitu punya anak tiga." dia geleng kepala tak habis pikir.
"Mana kaya beneran bat ya Allah," desah Wildan di sela kucuran sower.
"Hah! Pala gue jadi penuh memorinya nih, kebanyakan ngedit kali ya, sampai kebawa mimpi. Gak bakal gue lupain." senyum kecilnya tercipta indah di wajahnya yang juga indah.
"Enggak salah lagi, gue emang pemimpi." sambil terus bermonolog Wildan mengeringkan badan dan memakai pakaian baru yang menunjang aktifitas yang padat sampai subuh hari berikutnya.

Setelah dirasa rapi, wangi, dan tampan, Wildan kembali ke kantor Ricis Official untuk mengambil smartphone yang ditinggal disana. Anak sosmed makanpun harus di igs in. Di ambang pintu Wildan tertegun melihat sosok cantik dan kakinya napak di lantai sedang mengobrol dengan Jae.
"Pagi, Ummi," sapa Wildan ramah. Ricis melihatnya sekilas dan tersenyum.
"Baru mandi, Dan? Bener-bener Lo ya?" kelakar Ricis. Wildan tersenyum saja dan melangkah masuk mengambil hapenya.
"Mimpi indah dia, Mi, sampai gak mau dibangunin dia," sela Didi.
"Oh, begitu? Mimpi apakah itu?" Ricis jadi kepo. Wildan serba salah, mau dijawab malu, gak dijawab juga malu. Didi 'sih, ember.
"Pokoknya mimpi yang bakal saya kenang seumur hidup, Mi," jawab Wildan sambil memandang Ricis agak lama. Ricis memicing dan tersenyum geli.
"Mau dong masuk dalam mimpi Wildan, biar dikenang seumur hidup, eaaa," seloroh Ricis sambil tertawa. Wildan menggaruk leher yang tiba-tiba pingin digaruk. Itu omongan Ricis tepat sekali. Mimpi indahnya memang dipenuhi sosok wanita cantik ini.
"Ah, itu rahasia. Biar saya dan Allah saja yang tahu," ucap Wildan diplomatis.
"Netijen gak dikasih tahu?" pancing Ricis.
"Netijen mah belum dikasih tahu sudah sok tahu. Biarkan saja mereka menebak-nebak sendiri."
"Setuju Wildan, ke depan bagaimana hanya Allah yang tahu, kita tinggal menjalani. Sengotot apaapun kita berjuang, kalau kata Allah enggak sepert itu ya sudah end sampai disitu. Makanya ilmu ikhlas harus diperdalam lagi. Setuju?" tunjuk Ricis mengarah ke Wildan terus ke Didi. Dua lelaki itu mengangguk kompak. Ups, tidak terlalu kompak, karena Wildan masih ingin berjuang merubah takdir Allah.

E N D ya..........
Makasih yang sudah setia membaca kekasih hati dari bab satu sampai puluhan bab sesudahnya. Makasih karena sudah ngasih semangat author untuk terus menulis kisah mereka. Terimakasih sudah mau terlibat total dalam emosi mereka. Menangis, tertawa, baper, kesal, semua kita rasakan berjamaah.

Kok begini akhirnya Maaak? Hei..yang berakhir kekasih hati say. Mereka masih di dunia ini kok dengan segala takdir Allah yang sudah tertulis di lauhul mahfuz. Mari berdoa semoga kita dan mereka senantiasa berbahagia menjalani hari-hari ke depannya.

Mohon maaf ya jika penulis ada salah selama berbulan-bulan berinteraksi dengan kalian di sini. Ada yang ingat bulan berapa kekasih hatimu rilis di wp pertama kali? Ya, segitu deh. Mau ya maafin emak yang Sudah sepuh ini..

Akhirnya....tiada kata seindah doa, tiada kisah yang tidak indah, semua kembali ke hati manusia, bagaimana dia mensikapinya. Tuh kan w jadi puitis.

Pesan mak:
1. Buat yang Sekolah/kuliah, semangat belajar menggapai cita, tetap jadi anak baik, baper boleh tapi jangan baperan (beda lho itu😊)
2. Buat yang sudah kerja, semoga makin suka pekerjaannya, kalau hak suka mending lepaskan dari pada nyiksa?(kata bang Wil hidup untuk tertawa)😁😁😀😀
3. Buat yang belum nikah semoga dipertemukan dg jodohnya secepat ingin yang membuncah. Ingat, kiamat semakin dekat...😪
4. Buat Mak2 yang baca, semoga makin solehah deh, bisa didik anak dengan sabar di musim corona ini. Manfaatkan woek from home or stay at home untuk membangun bounding antara ortu dan anak.
5. Semoga dengan amalan yang tak seberapa, kita masih berharap diberi surga dan bisa bertemu bersama disana. Aamiin.
6. Stay safe. Love u until d muuuuun.

KOMEN YANG BANYAK YA..GAK MAU SAY GOODBYE KE AUTHOR ? HIKS..JANGAN NGOMONG PISAH2 NAPA maaaaak?
(Jujur, sampai tulisan ini ntar lagi di up , Mak sedih. Entah kenapa. Kalian tahu kenapa? Hayooo netijen tebak dong. Udah ya...gak jadi2 pamit saya nih. Dadaaaa Assalamualaikum....

Kekasih Hatimu (Wildan dan Ria Ricis)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang