56. Just You, Tak Mau Yang Lain

10.9K 297 40
                                    

Mengawali debut comeback nya ke youtube, Ricis membuat video selamat datang yang isinya kilasan-kilasan kegiatan yang dia lakukan lima tahun menghilang , minus video penculikan tentunya. Editornya siapa lagi, Wildan Alamsyah sang suami yang merangkap jadi asisten pribadi dan cameramen.

"Umi Ricis, saya minta dibayar triple nih ya."canda Wildan kala Ricis memeriksa hasil editannya. Seperti nostalgia, mereka sedang berada di rumah kebagusan tepatnya di kantor penuh kenangan yang sudah lima tahun ini tak difungsikan.

"Boleeeeeeh, ini editannya parahparaparaparaaa." Riang Ricis sambil memperhatikan video dirinya yang sedang berdiri diantara hamparan kebun teh. Ternyata walau tak mengunggahnya ke sosial media manapun termasuk youtube Ricis tak pernah lupa melewatkan moment-moment cantik dan special yang dilewatinya.

"Ini Syabiq lucu banget pas bayi." Wildan memperhatiakan Syabiq yang sedang berada di gendongan Ricis. Usianya masih hitungan bulan.

"Kamu gak kepikiran menghubungi aku sedikitpun ya, andai aku ada disitu tentu kamu gak akan repot ngurus Syabiq sendirian." Wildan sedih. Ricis tercenung, ikutan sedih dan menyesali sifat keras kepalanya yang membuatnya buta akan seseorang yang merinduinya setiap hari.

"Maaf..." hanya itu kalimat yang keluar dari mulut Ricis yang kini tertunduk dalam. Wildan merengkuh tubuh Ricis dan membawanya ke pelukan hangat.

"Jangan sedih, aku udah gak apa-apa. Kamu dan Syabiq sudah ada disini, dan bentar lagi bakal hadir baby baru. Akan kulakukan apa yang tak pernah kulakukan kala kamu mengurus Syabiq baby sendirian." Kali ini Ricis yang balas memeluk Wildan lebih erat, sungguh dia tak sanggup kehilangan Wildan lagi.

"Videonya sudah layak upload belum? Ada yang kurang?" mereka kembali ke mode kerjaan. Ricis pindah ke kursi disamping Wildan.

"Udah kok, cuma openingnya masih yang lama atau buat yang baru ya?" Ricis minta pendapat Wildan.

"Kamu jadi Ricis seperti yang dikenal selama ini aja, kalau mau buat yang versi keluarga bisa di chanel Ricis Tivi. Gimana?" Ricis mengangguk membenarkan usul Wildan.

"Oke deh, kamu aplot ya, aku mau apdet IG dan igs dulu." Lalu Ricis disibukkan dengan kegiatan rutinnya sebagai ratu IG yang suka berbagi igs. Haha.

"Bang, lihat deh, banyak yang komen well come back Ricis." Mereka berdua memperhatikan ribuan komen fans Ricis yang menyerbu status terbarunya, foto cantik Ricis yang sedang berdiri di depan air terjun, sebuah moment indah yang rupanya tak dilewatkan Wildan kala mereka honeymoon dadakan di perkebunan.

"Banyak yang bilang aku masih cantik lho, Bang." Ricis senyum-senyum, Wildan tertawa geli melihat istrinya yang lucunya gak hilang-hilang.

"Lah kamu kan memang selalu cantik. Aku aja heran."

"Idiih, muji mulu, pasti ada maunya." Ricis melirik Wildan yang sedang tertawa terbahak.

"Memang selalu banyak maunya kalau sama kamu."

"Tapi tak jauh dari urusan kasur." Cibir Ricis. Wildan cengengesan.

"Ya udah, cepet. Ntar keburu Syabiq kesini nyariin, puyeng deh tu kepala."

Wildan memandang Ricis terkejut.

"Disini? Di kantor?"

"Memang ada larangan?"

"Gak sih, tapi kaget aja, dulu boro-boro bercinta di kantor, nyuri-nyuri pandang ke bos yang sedang meriksa editan rasanya surga banget." Wildan mengusap tengkuk, malu sudah mengakui kelakuannya di masa lalu.

"Aku tau kok." kata Ricis.

"Tau apa?"

"Kamu suka curi-curi pandang aku. Mupeeeng banget tuh muka. Emang aku secantik itu ya." Lirikan genit Ricis membuat Wildan tertawa.

"Di mataku kamu yang tercantik, bidadari kalah." Wildan menarik lembut Ricis agar bangkit dari kursi yang di duduki.

"Emang kamu pernah lihat bidadari?" mereka sekarang berhadapan di depan computer yang sedang loading aplot video ke youtube.

"Pernah, bidadari residence."

"Ih, itu kan nama komplek perumahan sebelah." Mereka berdua tertawa bahagia, dan entah siapa yang mulai kemesraan bercinta itu terjadi begitu saja.

"Aku karyawan kurang ajar ya, berani bercinta dengan bos sendiri di kantor." kata Wildan sembari membantu Ricis merapikan penampilannya yang berantakan akibat aktivitas beberapa saat yang lalu. Senyum bahagia masih terukir di bibir keduanya.

"Kamu karyawan yang sopan banget, saking sopannya bikin si bos geregetan."

"Oh, begitu ya? Jadi kamu geregetan sama aku sejak kapan?"

"Gak mau kasih tau."

"Idih, main rahasiaan." Pipi memerah Ricis dielus sayang.

"Perhatian kamu ke aku itu yang membuat seorang Ria Ricis luluh. Padahal..." Ricis menghela nafas berat.

"Ada dia yang disanding-sandingkan dengan kamu yang katanya jauuuuh lebihi aku ,bukan?" Wildan mencoba menebak isi pikiran Ricis.

"Ah, kamu tahu lah," Ricis menyender manja pada Wildan.

"Kamu tahu, terlepas dari siapapun Ria Ricis, dia adalah gadis pertama yang membuatku kagum setengah hidup, gadis pertama yang ku pinta paksa pada Tuhan di setiap doa-doa sujudku."

"Kenapa memaksa Tuhan?" Ricis menatap wajah Wildan yang nampak serius.

"Karena tanpa restu Tuhan, aku gak mungkin mendapatkanmu. Banyak sekali yang mencintaimu, bermimpi menjadi yang teristimewa di hatimu. Mereka punya apa saja yang dikehendaki seorang gadis jelita."

"Kamu keliru Wildan Alamsyah Sultan Akbar. Mereka gak bisa memberikan satu hal yang aku inginkan."

"Apa itu?" Wildan merubah posisi jadi menghadap Ricis.

"Kenyamanan menjadi diri sendiri, tanpa topeng, tanpa sensasi, tanpa syarat dah pokoknya. Hanya kamu yang bisa menerima baik burukku, menerima dengan lapang dada semua aibku, menerima tanpa nyinyir saat terjelekku. Kenapa kamu bisa seperti itu?" Ricis menatap Wildan dalam sampai sang editor yang sekarang udah sah jadi suami salah tingkah.

"Cinta. Cinta tanpa embel-embel yang ku punya buat kamu. Kekuatannya melewati dimensi fisik dan psikis. Aku kan yang memintamu kepada Tuhanku, jadi bagaimanapun dirimu itu adalah bagianku menerima resikonya."

"Aaaauuuu, co cweet sih kamu." Kembali mereka berpelukan penuh cinta sampai ketukan bar-bar di pintu kantor yang terkunci mengagetkan keduanya.

"Syabiq datang, haha, pengertian bat nih bocah." Wildan bangkit membuka pintu untuk anaknya sambil tertawa.

"Abi!Rupanya disini, Syabiq cariin dari tadi," protes Syabiq saat pintu sudah terbuka.

"Mau apa cari Abi? Udah bosan main sama drone nya?"

"Iya, Syabiq mau berenang. Boleh kan,Mi?" matanya yang bersinar memandang Umi yang sedang senderan di kursi, masih lemes, hehe.

"Boleh, mandi sama Abi aja ya,"

"Abi udah selesai ngedit?" Syabiq menatap Wildan penuh harap editannya kelar.

"Udah, yuk mandi, Abi juga gerah dari tadi." Matanya melirik Ricis. Yang dilirik manyun.

"Asiik, ayo, Syabiq mau main bola raksasa." Dua beranak itu meninggalkan kantor. Masih terdengar percakapan heboh Syabiq yang membuat Ricis tersenyum. Dia bahagia sekarang. Ah, dari dulu dia bahagia, semenjak hatinya memutuskan memilih Wildan Alamsyah sebagai suaminya. Tak mau yang lain. 

Alhamdulillah, bisa apdet gaes. Mimin gerah bat soale beberapa hari ini. Ya udah, buat yang ginian biar hati jadi adem. Jangan lupa follow mimin cantik terhalu ini ya..ehe

Kekasih Hatimu (Wildan dan Ria Ricis)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang