46. Posesif Wildan

11.2K 305 23
                                    

Sejak kepulangan ke Jakarta, Ricis tidak banyak keluar rumah. Setelah bertemu, berkumpul, lepas kangen dan lepas tanya-tanya dari keluarga besar Ricis memutuskan untuk ke rumah Depok. Alasannya Wildan adalah kalau dia keluar kota atau kerja ada mertua yang akan menjaga. Ayah dan Ibu Ricis sudah tinggal di kampung. Mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu di pedesaan. Mereka memilih menjadi petani dengan tanah yang sudah dibelikan Ricis jauh-jauh hari.

"Abi, Syabiq pinjam drone ya.." Wildan mengalihkan atensinya dari ngutak-ngatik chanel youtube Syabiq yang baru dibuat. Bocah ganteng itu senang banget wajahnya bisa dilihat di aneka smartphone dan komputer banyak orang. Dasar bocah suka cari perhatian, tapi caranya positif sih.

"Ambil aja di tas, tapi hati-hati lho, jangan nyangkut di tali listrik." pesan Wildan. Syabiq mengangguk dan bergegas mengambil drone kesukaan barunya tersebut. Sudah beberapa kali dia memainkan benda itu. Pertamanya tertarik kala melihat Abinya memainkan drone di pekarangan rumah kebagusan. 

"Abi, udah besar main helikopter, kaya anak kecil, (tapi ujungnya...pinjam dong, Bi..)"

Wildan yang sayang anak mengajarkan Syabiq bermain drone. Akhirnya bisalah bocah cerdas itu mengoperasikan alat yang lumayan canggih itu.

"Syabiq main ke halaman ya, Bi.."

"Iya, gak keluar pagar tapi.." peringatnya.

"Siaaap." Syabiq pun berlalu.

Wildan mengutak-atik video amatiran hasil karya anaknya. Dia ketawa sendiri melihat kelucuan Syabiq berbicara pada capung, kucing liar, burung, dan binatang yang ditemuinya di sekitaran pondok tahfidz. Wildan juga berdecak kagum kala Syabiq berhasil memotret burung yang sedang migrasi dari jarak sangat dekat dengan jambu madu di mulutnya. Kayanya anaknya berbakat jadi potografer atau wartawan National Geografic.

"Abi, tadi dronenya masuk pekarangan tetangga, dikejar anjing herder dong, untung dronenya bisa naik lagi, huft, hampir saja." lapor Syabiq yang tiba-tiba nongol di samping Wildan. Ditangannya drone warna silver terpegang erat.

"Tetangganya gak marah? Ntar dikira ngintip lagi, pakai drone di pekarangan orang." peringat Wildan. Syabiq meletakkan drone tersebut dan melihat-lihat hasil rekaman kameranya kala drone mengudara.

"Maaf Abi, tadi Syabiq penasaran sama anjing tetangga itu, kayanya galak bat dah."

"Jadi kamu memang sengaja mancing-mancing dia marah?" Wildan memandang Syabiq.

"Syabiq mau main aja, temboknya tinggi, ya udah Syabiq godain pakai drone, auto sensi dong dia, haha." Wildan tersenyum gemas lihat kelakuan anaknya.
"Ada apa sih?" Ricis muncul dari kamar, kelihatan segar habis mandi.
"Syabiq godain anjing tetangga pakai drone. Tuh denger,anjingnya masih gonggong." mereka bertiga pasang telinga.
"Hadduh, Syabiq jangan gitu, nanti pemiliknya marah lho..serem tau pemiliknya." Ricis nakut-nakutin Syabiq agar gak diulang lagi perbuatannya.
"Siapa bilang serem, nih lihat, tadi pemiliknya ada di halaman. Ganteng bet dah, lihat nih." katanya sambil menunjukkan hasil rekaman. Benar saja disitu terlihat seorang lelaki tampan, tapi sayangnya membuat Ricis hampir pingsan.
"An..Ant..onio..."
Wildan sigap menangkap tubuh Ricis yang oleng.
"Umi kenapa?" Syabiq dan Wildan kompak khawatir. Keringat dingin bermunculan di wajahnya yang memucat.
"Di sebelah ada Antonio." Ricis menunjuk kamera Syabiq. Wildan melihat hasil rekaman dan tercenung kala melihat seraut wajah yang mirip Antonio tapi lebih ganteng. Dia jadi ikutan khawatir.
"Tunggu ya, aku mau nelpon Mas Ferdi, suami Nabila."
"Nabila?" Raut wajah Ricis berubah.
"Bukan nelpon Nabila, tapi suaminya." Wildan menjelaskan sebelum si Enyak Icis yang pencemburu salah paham. Ricis memperhatikan Wildan yang sedang menelpon.
"Apa katanya?" tanya Ricis kala Wildan selesai nelpon.
" Antonio memang sudah bebas, tapi dia di Bali, gak di Depok."
"Trus yang di sebelah siapa?" Ricis masih ketakutan.
"Kita tanya Pak RT saja gimana?"
"Boleh, Abang kenal kan? Telpon aja, Aku gak mau sendiri."
"Iya, Abang cari dulu kontaknya."
Syabiq memutar-mutar video yang membuat Uminya mau pingsan.
"Antonio siapa sih, Mi?" tanyanya saat Abi sibuk nelpon pak RT.
"Orang gak baik, Nak,p
yang dulu jahatin Umi."
"Maaf ya Umi udah buat Umi takut." katanya sambil berlinang air mata penyesalan.
"Syabiq gak salah, orang itu yang salah." hibur Ricis. Syabiq nampak legah.
"Kata Pak RT yang tinggal di sebelah artis film. Iqbal Ramadhan."
"Demi apa? Kok bisa nyasar ke Depok?" Ricis terperangah.
"Artis youtube juga nyasar ke Depok nih." goda Wildan. Ricis mencibir.
"Iqbal Ramadhan artis film apa,Mi?" Wildan dan Ricis memandang anak mereka. Dikasih tau bakal ngerti gak ya? Akhirnya Wildan punya ide mencari film yang dibintangi Iqbal di youtube.
"Syabiq mau sering-sering nge drone ke sebelah, ketemu Dylan." celetuk Syabiq sehabis nonton triller film tersebut.
"Gak boleh, Nak. Privacy orang ntar terganggu. Bayangin aja kalau Syabiq jadi dia, di datangi drone ke rumah, bakal terganggu gak?"
"Terganggu Umi."
"Nah, gitu juga orang sebelah." terang Ricis yang ditanggapi Syabiq dengan anggukan mengerti.
"Abi..kalau beneran yang di sebelah Iqbal Ramadhan, Umi mau bertamu.." Ricis memasang wajah genit. Alis Wildan naik sebelah mendengar kata-kata istri.
"Mau ngapain?" agak ketus gaes.
"Mau foto bareng, minta tanda tangan. Dylan lho,Bi...dulu waktu filmnya booming Aku gak sempat minta."
"Gak boleh, kamu udah punya anak masih aja genit."
"Lah, orang minta foto dan tanda tangan masa genit?" Ricis gak terima.
"Gak boleh, foto sama aku aja atau Syabiq." usil Wildan. Ricis manyun.
"Ih, Wildan posesif, pokoknya iya!"
Ricis ngotot.
"NO!"
"Iyyya!"
"ENGGAK!"
"Pada kenapa sih? Kata Ustadz Abdus Somad gak boleh berantem depan anak kecil." Syabiq menengahi.
"Becanda, Syabiq, Umi sama Abi lagi latihan jadi Milea dan Dylan. Ya gak, Bi?" Siku Ricis menyikut lengan Wildan.
"Iya, Syabiq, Abi sama Umi lagi latihan."
"Kalo gitu Syabiq mau main ke rumah Nyai, nelpon Kakak Jiya dulu biar jemput Syabiq." lalu dia asik ngutak ngatik hape Wildan nyari kontak Jiya. Emang Syabiq dah bisa baca? Udah sejak umur 4 tahun 10 bulan dong.
"Biar Abi antar, Nak." tawar Wildan.
"Kak Jiya katanya mau jemput. Umi sama Abi latihan aja." Wildan dan Ricis saling pandang. Latihan apa? Oh, yang tadi itu, jadi Dylan dan Milea. Duh Syabiq percaya aja lagi. Nah kalau gini Ricis jadi kesepian. Gak ada yang diajak main LOL surprise. Main sama Wildan pasti gak mau, dia maunya main yang lain.
"Syabiq, besok aja deh ke rumah Nyai." bujuk Ricis.
"Syabiq udah janji sama Kak Jiya."
Ricis manyun. Suara klakson depan pagar menandakan jemputan sudah datang.
"Jangan main jauh-jauh disana." pesan Ricis sambil ngantar Syabiq ke mobil.
"Kami mau manjat pohon jambu biji. Kak Jiya nanti yang videoin." Aduduh, mau ngevlog rupanya.
"Jiya, main sini aja." Wildan menjawil pipi cabi ponakan.
"Iya Jiya, Tante Icis punya banyak mainan." Jiya jadi bimbang. Syabiq buru-buru masuk mobil dan menutup pintu.
"Jangan mau Kak Jiya, kita kan mau ngevlog."
"Iya nih, maaf ya, Tante, lain kali aja yaa." Ricis pasrah.
"Ya udah, gak apa-apa." dia tersenyum.

Sepeninggal Syabiq Ricis jadi murung.
"Kenapa? Sedih ditinggal anak?" Wildan menjawil dagu Ricis.
"Pake ditanya lagi, la iya..Abang gak asik diajak main lol surprise, yang ada ngerecokin."
Wildan tertawa.
"Daripada main anak-anakan gitu mending buat anak beneran.."
"Tuuh kaaan, kamu mah mikirnya itu mulu deh." Ricis duduk di sofa teras. Wildan ikutan duduk memepet istri cantiknya.
"Ya gimana mikir yang lain coba, punya istri seksih begini." Wildan mencium sudut bibir Ricis.
"Wildan, ini diluar lho." Ricis melihat sekitar, takut ada orang lewat walau pagar sudah ditutup.
Wildan gak peduli, kepalanya sudah masuk ke jilbab Ricis, mengeksplor apa saja didalamnya. Ricis gak bisa mencegah. Nikah sama brondong ya begini.
"Udaaah, ke dalam saja..h."
"Siap zayang.." Wildan lalu menggendong Ricis yang mengalungkan tangan di lehernya dan kaki yang melingkar di pinggang Wildan. Mereka begitu menikmati kemesraan bercinta tanpa menyadari sepasang mata yang berkilat penuh amarah di rumah sebelah.
"Sial!! Kamu betul-betul mencintainya!! Ricis..aku harus gimana? Apakah aku harus menculikmu lagi? Ah..aku butuh terapi.." dia ngomong sendiri. Kilat amarah berubah sendu. Terngiang kata pembimbing rohani kala di penjara. Dia harus nikah. Tapi apa dia bisa? Kata pemuka agama hubungan sesama jenis dilaknat Tuhan. Tuh kan...dia butuh psikolog dan juga psikiater untuk memperbaiki jiwanya yang rusak.
Hai...aku apdetnya cepet kaaan...sangkyu ya udah setia membaca cerita ini. Vote n komenan ditunggu....

Kekasih Hatimu (Wildan dan Ria Ricis)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang