65. Dingin Melebihi Salju

9.4K 297 76
                                    

Pulang ke rumah setelah tiga hari di rumah sakit, Ricis dan Wildan menghadapi hari-hari dingin. Wildan sih tepatnya. Dia marah karena Ricis kembali menggunakan kata cerai untuk menjauh darinya. Rasanya sangat menakutkan mendengar kata itu. Dulu waktu masih berstatus kameramen plus editor tim ricis kata yang menakutkan adalah di cut. Setelah menikah tentu saja kata cerai yang paling tidak ingin dia dengar. Rasanya seperti tertampar dan ulu hatinya pilu bak tertusuk pisau tajam.

Dulu gurunya pernah bilang bahwa Allah sangat membenci  perceraian suami istri, makanya hak menceraikan ada di suami bukan di istri. Alasannya tentu saja karena perempuan tidak bisa logis kala emosi. Kecuali si istri mengajukan cerai ke pengadilan agama. Itupun panjang prosesnya. Andai saja hak itu ada di Ricis tentu mereka sudah bercerai sejak lima tahun yang lalu, Kini kata itu kembali terucap. Fix, Wildan akan memikirkannya. Toh, buat apa bertahan jika pasangan sudah tak mencintai lagi. Masalah anak nanti bisa diatur bagaimana. Wildan hanya ingin Ricis bahagia. Dan kalau kepergiannya membuat Ricis bahagia maka dia akan melakukannya walau berat dan menyakitkan. Apa boleh buat.

Peraturan dari agama wanita hamil gak boleh dicerai, artinya jika si suami menjatuhkan thalak ketika istri hamil maka thalak itu belum berlaku hingga istrinya melahirkan. Jadi Wildan masih akan bersama Ricis walau istrinya tidak mencintai nya lagi. Ah, tak apa, anaknya Syabiq butuh cintanya, dan juga anak dalam perut Ricis saat ini.

"Syabiq, makan sini sama Abi." Wildan duduk dekat Syabiq yang sedang main play station.
"Umi mana,Bi? Kok Abi gak makan sama Umi?" Syabiq membuka mulut ketika suapan Wildan mengarah ke mulutnya.
"Makan sendiri ya, lepas stiknya dulu." Syabiq nurut.
"Adik bayi Syabiq sudah makan, Bi? Umi kok gak ikut makan?" masih terus nanya nih bocah. Mungkin dia sudah merasakan keanehan itu.

Sudah beberapa bulan semenjak Ricis keluar rumah sakit, Syabiq si bocah cerdas bin peka menyadari hubungan orang tuanya tak sehangat dulu. Wildan bahkan sering tidur di kantor dan di kamar Syabiq. Abinya juga kadang tidur di luar tepatnya di kantor visbar. Pernah Syabiq melihat Abi dan Umi duduk menemani dia main ps tapi tak ada obrolan hangat. Mereka sibuk dengan hape masing-masing.

Ricis sedih karena perubahan sikap Wildan. Sifat perhatian dan romantisnya perlahan pudar. Tak ada senyum manis kala mereka bersitatap. Tak ada pelukan dan rayuan gombal kala kantuk menjelang, tak ada ciuman kala dia bangun tidur. Bahkan Ricis sering tidur sendirian. Sisi ranjang yang ditiduri Wildan dingin.
"Ah, dia sangat marah padaku, wajar aku menerima semua ini." curhat Ricis pada diri sendiri. Air mata sering mengalir diam-diam.

Kini kandungan Ricis sudah sembilan bulan, artinya sudah hampir lima bulan mereka berada dalam neraka rumah tangga. Ternyata neraka tak identik dengan panas membara. Rumah tangga yang dingin melebihi salju juga terasa bagai di neraka.

Malam ini pinggang Ricis sakit sekali. Beban berat di perut nya membuatnya tak berdaya. Untunglah sejak dia pulang rumah sakit Wildan mempekerjakan dua orang pekerja rumah tangga untuk mengerjakan apa yang dulu dikerjakan Ricis.

"Umi kenapa?Sakit ya, adik nendang ya?" Syabiq menatap Uminya yang meringis dari tadi. Buku bergambar yang dia baca disingkirkannya demi melihat Umi kesakitan.

"Gak papa Sya, kamu lanjut baca aja, biasa orang hamil ya pasti sakit." tapi Syabiq tidak bisa dibohongi. Dia tahu Uminya kesakitan. Dia lalu menemui Abi di ruang kerja.

"Bi, Umi kesakitan tu, jangan-jangan adik Syabiq mau lahir." katanya dengan panik. Wildan pun ikut panik. Sebenarnya dia juga melihat itu beberapa waktu terakhir, tapi dia sungkan mendekat saking lamanya mereka saling bersikap dingin seperti ini.

"Umi dimana?"

"Di ruang baca." dan Wildan segera kesana. Disana, diatas sofa Ricis bersandar pada tumpukan bantal. Kepalanya tengadah sambil mengatur nafas dengan susah. Kernyitan di dahi membuat Wildan mengernyit juga.
Mata wanita cantik itu terpejam.

Kekasih Hatimu (Wildan dan Ria Ricis)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang