69. Rindu Itu Berasa

8.2K 299 54
                                    

"Ummi berangkat dulu ya Nak, Risya nurut sama Abi ya." Ricis mencium anaknya yang sedang tidur. Bayi dua bulan itu lelap setelah mimik sekenyang mungkin.

"Moga lancar urusannya,Yang." Wildan muncul di belakang Ricis. Tangannya memeluk si istri yang sudah rapi banget hendak berangkat.

"Aamiin, aku juga gak tega ninggalin beby Risya lama-lama." Ricis membelai lembut pipi gembil anaknya dan mencium tangan Wildan. Pagi ini dia harus ke Malaysia. Sebuah brand kosmetik yang berpusat di sana menjadikan Ricis sebagai model mewakili figur mama muda millenial. Penandatanganan kontraknya harus ke gedung perusahaan itu sekaligus ingin mengenalkan brand tersebut lebih banyak ke model iklan.

"Udah, gak usah dirisaukan, fokus ke kerjaan aja, Risya Abang yang urus." Ricis tersenyum melihat dukungan Wildan pada karirnya.

"Makasih Abang. Oya, jangan lupa beby mimik asi dua jam sekali. Hangatkan dulu asi perah di kulkas. Jangan telat."

"Iyaaa, aku udah paham, kan tadi diajarin, buruan berangkat, ntar macet makin lama sampai bandara."

"Hadduh, belum tega ninggalin beby nih," Ricis mencium Risya lagi.

"Jangan khawatir,Ummi, Syabiq bakal bantuin Abi jaga adek." Syabiq ikut meyakinkan Ummi.

"Oke, jaga adek ya Bang, Ummi berangkat dulu. Sore Ummi dah nyampai rumah lagi InsyaAllah." ciuman sayang dan gemes mampir di pipi Syabiq. Wildan gak mau kalah nyodorin pipi juga, Ricis tak menggubrisnya karena Syabiq pasti mentertawakannya dan bilang cieeee. Hehe.

"Kasian Abi." tawa Syabiq disumpal gemes Wildan.

"Ssst, jangan seru-seru ketawa nya, ntar Adek bangun."

"Oh iya, Ummi kan pergi, ntar susah dieminnya."

"Pinter Abang Syabiq."  puji Ricis. Mereka lalu ke depan dimana sopir sudah siap mengantarkan Ricis ke bandara. Syabiq gak ikut, dia milih ngayun box Risya agar adiknya makin nyenyak.

"Hati-hati disana, makan dijaga." pesan Wildan sambil membukakan pintu mobil untuk Ricis.

"Iyaa, jangan sedih dong, kan cuma beberapa jam."

"Idih, siapa yang sedih?"

"Itu matanya berkaca-kaca." goda Ricis.

"Mana ada, ih, cium juga tuh bibir." Wildan gemez banget jadinya. Ricis tertawa puas sudah membuat suaminya keki.

"Sini.." Ricis menarik tangan Wildan memasuki mobil. Badan Wildan tertahan di pintu.

"Mau apa sih?" Wildan heran.

"Katanya mau cium, tapi jangan disini ntar lipstikku berantakan."

"Ooo, kenapa pake lipstik sih, ribet jadinya." Wildan melirik Anggi yang sedang menutup garasi dan selanjutnya mencium Ricis menyalurkan rasa gemes.

"Iiih, kenapa cium disitu? Berantakan deh." Ricis ngomel sambil panik memeriksa tampilan wajahnya edisi terbaru. Wildan tertawa puas.

"Cium tempat lain juga sama berantakannya."

"Sebbelll." Ricis manyun sambil mengeluarkan tisu basah dan lipstik. Ngulang ngukir bibir lagi dari awal. Wildan senyum memperhatikan.

"Jangan genit disana, ingat anak dah dua, suami juga gagah gini." dan tawa Ricis membuat Anggi yang baru duduk di kursi kemudi menoleh ke belakang.
"Udah ah, mau berangkat, Assalamualaikum."
"Waalaikum salaam. Take care sugar." pintu tertutup. Wildan melambai tangan melepas istri ke negeri sebrang. Beberapa jam doang sih, tapi kok rindu itu sudah mulai berasa...cinta oh cinta.

Ini scene rindu versi halal ya..cuma ada di wattpad. Happy reading gaes. Jangan rindu aku ya...biar aku aja yang rindu vote dan komen lucu kalian. Asli lho ku baca sambil seneng gitu. Itu tandanya kalian peduli sama penulis. Apalagi kalau ada perang komen atau komen bersambung, serasa deket dengan kalian. Salam rindu.

Kekasih Hatimu (Wildan dan Ria Ricis)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang