52. Syabiq Mau Punya Adek

10.8K 333 66
                                    

Rumah Aries ramai oleh hiasan balon dan pernak-pernik ulang tahun lainnya. Anak-anak sebaya Syabiq juga banyak tapi sudah pulang karena acara pestanya sudah usai. Syabiq terlihat senang sekali. Sepanjang pesta yang dihadiri banyak artis youtube Syabiq tak lepas dari Arcil. Bocah laki-laki yang montok itu begitu menyita perhatiannya. Dia jadi ingat anak bayi ustadzah di pondok tahfidz.
"Syabiq suka adik bayi ya?" tanya aunti Riri.
"Suka banget, Nti." sahutnya girang. Tangan Arcil yang kotak-kotak jadi objek remas-remas gemes.
"Minta gih sama Umi Abi." Riri menunjuk Ricis dan Wildan yang sedang ngobrol dengan Aries dan Vazo, Derry ada sih, tapi ya diam-diam bae. Sepertinya mereka sedang mempersiapkan konsep video Ricis balik ke youtube. Asik banget sampai Syabiq bebas mau main dengan mainan apa saja. Tapi Syabiq pilih main sama yang hidup aja, Arcil.

Ella senyum melihat kejahilan Riri. Lihat deh,Syabiq sudah memulai sesi minta adek bayi.
"Usil banget sih Ce Riri, lihat itu si Umi dan Wildan jadi bengong." Ella dan Riri tertawa-tawa.
"Ya, Bi, Syabiq mau minta adek bayi yang gendut kaya Arcil." kaki Wildan digoyang-goyang hingga dia tak lagi dicuekin.
"Kita minta sama Allah ya Sayang, Umi Abi gak bisa ngasih." Wildan coba membujuk. Ricis geleng-geleng kala melirik Riri dan Ella yang sedang mentertawakannya.
"Pantas aja ngebet mo punya adik bayi, Mba Riri yang ngomporin." Ricis manyun. Vazo,Aries dan Derry tertawa lucu lihat Syabiq dikerjain.
"Sya, nanti beli di toko ya. Mau karakter apa Umi beliin. Ok? Jangan rewel lagi." Icis ikut membujuk.
"Gak mau yang di toko, maunya yang kaya Arcil." Syabiq ngotot.
"Udah deh Yun, tambah anak agak tiga lagi." kata Aries.
"Belum dikasih." Ricis melirik Wildan. Tuh laki senyum-senyum lucu melihat Syabiq ngebet punya adek. Dikira langsung jadi apa? Nih tiap malam sudah usaha, tapi kalau kata Allah belum ya mau gimana.
"Adek Arcilnya dibawa ke Depok aja,Mi." Syabiq kembali merengek.
"Kasian, nanti kalau nangis gimana?"
"Dikasih susu dong, Mi, atau kita ajak jalan."
"Nanti Om Aries nangis anaknya dibawa." Wildan ikut membujuk.
"Kan masih ada satu lagi adek bayi. Ya Mi..." dan drama ala Syabiq dimulai. Dia menarik-narik jilbab Umi. Ricis kepayahan menahan jilbabnya biar gak lepas. Wildan menenangkan Syabiq dengan menggendongnya menjauhi Ricis.
"Wuah, anak Abi udah berat bat dah, memang udah cocok punya adik bayi, tapi gak bisa langsung jadi. Sembari nunggu kita pelihara kelinci gimana?"
Syabiq menghentikan tangisnya.
"Kucing boleh?Anjing herder?"
"Kucing boleh, anjing gak boleh, nanti rumah kita gak dimasuki malaikat."
"Malaikatnya takut sama anjing ya,Bi?" tanya Syabiq polos. Wildan duduk di sofa teras sambil memangku Syabiq.
"Malaikatnya gak takut, tapi gak mau masuk karena rumah kita banyak najisnya. Kan anjing binatang haram."
"Najis tu apa,Bi?"
"Kotoran yang lebih kotor dari BAB atau BAK Syabiq. Bersihinnya juga ribet." Wildan bergidik.
"Ih, gak mau lah pelihara anjing. Syabiq mau pelihara kelinci, kucing, burung, apalagi ya?" Syabiq nampak berfikir keras mau pelihara apalagi. Wildan sibuk mikir kerjaan ekstra karena rumahnya akan jadi taman binatang, Syabiq persis Ricis waktu masih gadis.

Akhirnya Syabiq bisa melupakan balada adik bayi kala Abinya membelikan beberapa ekor hewan berpasangan. Bagaimanapun mereka butuh pasangan. Cukup Wildan aja yang merasakan derita lima tahun ditinggal pasangan. Jangan sampai makhluk-makhluk imut peliharaan Syabiq kesepian.

"Bi, sibuk amat sama peliharaan barunya, aku dicuekin." Ricis komplen. Otomatis perhatian Wildan jadi kurang karena harus merawat peliharaan Syabiq. Bocah itu belum tahu cara merawat, dia asik main saja bersama "adik-adiknya."
"Tunggu ya,kasian nih si cemong belum makan dan minum susu." Wildan menyuapi sepasang kucing lucu berbulu agak tebal. Ricis berlalu ke kamar. Sudah malam gini masih asik dengan kucing, gimana Syabiq mau punya adek?

Tak berapa lama Wildan masuk kamar. Ricis pura-pura tidur. Wildan mencolek pinggang Ricis yang berbaring miring ngadap dinding.
"Yang, udah tidur? Tumben cepet?"
"Lagi ngambek." jawab Ricis masih ngadap tembok. Wildan tertawa geli.
"Ngambek bilang-bilang." katanya sambil meluk istri dari belakang. Duh, Wildan tak pernah berpikir Ricis itu lebih tua beberapa tahun darinya, lah tingkahnya ngegemesin gini, makanya Wildan paling suka nggigit Ricis. Gemeezzzz.
"Berapa menit lagi ngambeknya?" sabar Wildan bertanya.
"Lima menit lagi. Kamu udah sikat gigi dan cuci tangan belum?"
"Belum."
"Hiii, jorrroook. Sono deh. Gak mau dipegang kamu."
Wildan tertawa dan bergegas ke kamar mandi.
"Oke, udah bersih semua nih, Yang. Sebadan-badanku pun dah bersih dari pakaian." Wildan menghampiri Ricis yang kali ini sudah membalik badan. Dia menutup mata pakai telapak tangannya.
"Wildan Alamsyah Sultan Akbar! Gak perlu diomongin juga keleeess, matiin aja lampunya dan jangan lupa kunci pintu." Wildan menuruti apa kata istri sambil nyengir. Baiklah, selanjutnya bukan urusan kita. Yap, sekepo apapun kamu, aku gak mau ngasih bocoran.

Yap, segini aja dulu ya..ngetik di hape tu sering typo, jadi capek ketik hapus. Ojo lali vote n komennya...

Kekasih Hatimu (Wildan dan Ria Ricis)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang