75. Kencan

6.6K 246 35
                                    

Persembahan spesial untuk yang ikutan challenge kemaren. Makasih dong ke mereka, kalau gak requesan mereka penulis mau aplot Syabiq agak banyakan, tapi sebagai ucapan terimakasih penulis buatkan part ini.

Ricis dan Wildan telah sampai di sebuah Mall yang banyak menjual tas branded. Jangan ditanya senangnya hati Ricis bisa kencan berdua saja dengan Wildan seperti ini.

"Syabiq udah di rumah?" tanya Ricis sesaat setelah suaminya nelpon anak-anak.

"Sudah, tapi karena kita tidak ada Risya ngajak Abang Syabiq ke mall juga, mau main katanya."

"Tu anak gak ada capeknya." Ricis menggeleng mengingat tingkah Risya.

"Persis Umminya kan?" goda Wildan, Ricis meringis malu. Wildan tertawa pelan. Berjalan beriringan mereka menyusuri deretan toko tas yang tak begitu ramai. Tangan Wildan senantiasa bertengger di pinggang Ricis memberikan perlindungan dari orang yang mungkin nekat mengganggu di keramaian, tapi lebih ke menandai kepemilikan atas diri wanita cantik di sampingnya. Tak dipungkiri Wildan masih banyak lelaki yang menatap Ricis dengan sorot kagum dan ingin memiliki. Wildan tahu arti tatap lelaki. Rasanya Wildan ingin nyuruh Ricis pakai cadar, tapi dia tak mau memaksa.

"Bang, kita ke toko itu deh, Aku mau cari tas warna shock pink." Ricis menunjuk sebuah toko tas dengan merk mendunia.

"Bukannya sudah punya ya, yang dulu pernah kubeliin." mereka sekarang memasuki toko itu.

"Ye, itu kan udah lama, Bang, sebelum kita nikah. Modelnya udah jadul." Wildan tertawa.

"Auh ah, aku ingatnya itu aja. Kamu manis sekali waktu itu. Merengek manja pingin tas warna pink. Mana belum bisa dipeluk lagi karena belum halal. Kebayang gak gregetnya aku." Ricis senyum-senyum mengenang kisah ketika mereka belum nikah.

"Abang eneg ya lihat aku manja kaya gitu?"

"Ya enggaklah, malah gemes pingin gigit." Wildan menggigit bibir menahan gemas pada makhluk cantik yang sekarang sibuk milih tas.

"Tasnya bagus-bagus, hijau toska, kuning gading, ih demi apa...merah cabe..." Ricis kalap. Wildan berdecak mengusap kepala Ricis.

"Katanya nyari yang pink."

"Tapi ini bagus juga. Aku suka." Ricis memeluk tas-tas itu. Wildan pasrah.

"Ya udah, ambil."

"Yang warna apa?"

"Lah, malah nanya. Mana kutahu."

"Iih, dulu sebelum nikah mau pilihin tas untuk aku, sekarang kok enggak? Gak romantis." Ricis sedih. Wildan memandang istrinya itu dengan keheranan yang nyata.

"Neng, bagian mananya Abang gak romantis? Neng minta tas ayo Abang beliin Abang temenin. Mau apalagi?"

"Abang gak mau milihin warna tas." masih cemberut hampir nangis. Bener kan manjanya ngalahin Risya. Rasanya Wildan ingin menyeret Ricis ke kamar pas dan menciumnya sampai berantakan, tapi ini toko tas bukan toko baju, jadi ruang pas gak ada.

"Abang gak suruh Neng milih, Abang nyuruh Eneng beli. Ambil semuanya." Ricis ternganga. Setelahnya dia memeluk Wildan tanpa peduli penjaga toko memerah malu.

"Makasih Abang cayaaank. Kalau gak ada orang Eneng cium habis-habisan. Kiss jauh aja deh, mmmuaaach." bisik Ricis. Wildan menggaruk kepala.

"Ya udah, ayo ambil tasnya dan bayar, nih kartunya, Abang mau cepat pulang."

"Lah, buru-buru bet dah." Ricis mengernyit heran, baru juga mampir satu toko. Walau udah dapat sekali tiga sih. Tapi kan warna pink belum.

"Tuh kan dapat tas lupa yang lain." gerutu pelan Wildan.

"Lupa apa deh? Gak ngerti." ini Nyak pura-pura lupa atau apa sih. Gemes Wildan berbisik di telinga Ricis.

"Katanya mau nyium Abang habis-habisan. Ayoo di rumah atau kita ke hotel?" dan Ricis cengo.

"Oh, hehe, eum, tapi Adek belum selesai belanja." ringisnya. Wildan mendelik.

"Abang perlu penyelesaian, dan itu penting." Ricis melirik Wildan yang berwajah serius tak bisa dicandain. Ok, Babeh dalam kondisi siaga satu.

"Siap Pak erte..." Ricis ngasih hormat sebelum terburu ke kasir. Suaminya harus diselamatkan. Hehe. Ampun dah brondong beranak tiga inih.

"

Kekasih Hatimu (Wildan dan Ria Ricis)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang