Lampu-lampu kota mulai dinyalakan saat Shalu hampir sampai di rumah Tante Mira. Duh, gara-gara begadang nonton drakor semalam, seharian ini dia tidur terus-terusan sampai sore. Jari jemari gadis itu mengetuk-ngetuk setir mobil tidak sabaran saat harus terpaksa berhenti di lampu merah. Sesekali ekor matanya melirik jam di pergelangan tangan.
Ya ampun, udah jam lima! Brahma pasti marah besar! Padahal resep yang harus mereka eksekusi hari ini adalah makanan berat khas Nusantara, coto Makassar. Pasti butuh waktu lama, kan? Shalu menggigit bibirnya. Lampu merah ini lama banget, sih! Umpatnya kesal.
Dia langsung berlari menuju dapur begitu sampai di rumah Tante Mira. Bi Nah, yang masih sibuk menyiram bunga sampai terheran-heran. Kenapa Non Shalu itu, kok kaya dikejar setan?
"Brahma, Brahma! Sorry, telat banyak banget, plis jangan marah! Yuk, gue udah siap! Sekarang kita ngapain? Ngerebus daging, ngulek bumbu, atau apa? Gue siap!" Shalu mengucapkan kalimat sepanjang itu dalam satu helaan napas, sambil terengah-engah pula.
Brahma yang sedang asik menyendoki Lova Cake-nya menatap gadis itu tanpa kedip. Sore ini ada yang beda dari Shalu, tapi apa ya? Ah, rambut sebahunya yang dibiarkan tergerai? Gelenyar aneh terasa merambati punggung Brahma, membuat jantungnya bertalu lebih kencang. Dia ingin--ingin sekali--mengelus puncak kepala Shalu, sedikit mengacak rambut gadis itu.
"Eh, lo kok malah senyum-senyum sendiri, sih? Mana ngemil cake sendirian, pula!" Shalu mencebik sebal.
Back to the earth, Bro! Seperti ada yang baru saja menjentikkan jari di depan wajah Brahma, membuatnya bangun dari pengaruh magis rambut tergerai Shalu. Chef penyuka cokelat itu malu sekali kedapatan senyum-senyum sendiri oleh Shalu, apalagi seandainya Shalu tahu bahwa penyebab senyum-senyumnya adalah dia! Untung Tuhan tidak memberi gadis itu kekuatan membaca pikiran orang.
"Ehem! Lo telat satu jam by the way." Akhirnya Brahma mengalihkan pembicaraan untuk menutupi rasa malunya daan ... berhasil! Gadis itu tampak muram, matanya yang kecokelatan menyiratkan penyesalan.
"Sorry, deh. Gue semaleman nggak tidur, jadi seharian ini ketiduran sampai sore. Sorry, ya, gue janji nggak bakal telat lagi." Shalu mengangkat kedua jarinya membentuk simbol peace sambil meringis.
Ya Tuhan, Shaluuu! Brahma mengepalkan tangannya kuat-kuat, menahan sebisa mungkin untuk tidak mencubit gemas pipi cewek itu. Oh, sampai kapan ini akan berhasil sedangkan perasaannya semakin tidak bisa dikendalikan? Satu minggu setelah drama dansa amatiran itu bagai satu abad rasanya bagi Brahma. Rindu memang berat, kali ini dia sepakat dengan Dilan.
"Ya udah, gue pegang janji lo! Nih, gue padahal bawain lo Lova Cake strawberry. Karena nungguin lo lama banget, gue makan duluan, deh!" jawab Brahma sambil mengedikkan dagu ke arah piring porselen di hadapannya. Lova Cake strawberry itu tinggal separuh.
"Yah, sayang banget. Kesukaan gue padahal, malah lo makan sendiri!" Shalu mencibir, tapi tangannya mulai sibuk menyendoki separuh cake yang tersisa. Hmm, krim strawberry meleleh dalam mulutnya.
"Ini enak banget, Brahma! Sumpah deh, gue diajarin bikin Lova Cake strawberry kayak gini, dong! Kalau beli di restoran lo kan pasti mahal!"
Brahma terkekeh mendengar pujian Shalu. "Gue bakal bawain buat lo terus kalau lo emang suka. Nggak usah bikin sendiri, ntar malah nggak enak," ledeknya sambil tertawa.
Mata Shalu membesar, cuping hidungnya kembang kempis, dan sedetik kemudian Brahma mengaduh keras sekali. Cubitan maut Shalu kali ini mendarat di punggungnya.
"Lo bisa nggak sih, kalau nggak usah nyubit. Aw! Sakit banget, Shalu!" Wajah Brahma memerah, bahkan butiran air tersembul dari sudut matanya saking pedasnya cubitan itu. Sial, Shalu malah tertawa sampai memegangi perut, terpingkal-pingkal. Brahma mendengus kesal.
"Gue mau ajak lo makan coto Makassar terenak di kota ini sebelum kita eksekusi resep. Lo-nya malah telat." Setelah rasa nyeri di punggungnya dan tawa Shalu agak reda, Brahma mengutarakan maksudnya.
"Hah? Di mana?" Shalu menyahut antusias.
"Warung lesehan pinggir jalan, tapi di situ terkenal banget coto Makassarnya karena emang enak. Langganan Tante Mira juga coto itu. Gue masih neliti resep rahasia mereka, nih. Gue aja nggak bisa bikin seenak itu."
"Kok lo jadi kaya Plankton yang mau nyuri resep rahasia krabby patty?" Shalu menjawab asal.
Brahma berdecak sebal, lalu berdiri dan menyambar jaket kulitnya. Cowok itu kemudian meninggalkan Shalu yang mulutnya masih penuh dengan Lova Cake.
"Eh eh, lo mau ke mana? Ikut dong gue! Ye, marah dia!" Gadis itu mengejar langkah-langkah panjang Brahma yang sudah sampai di ruang santai.
Sang chef tidak menyahut sama sekali, memasang tampang sok jutek sampai mereka tiba di halaman. Cowok itu mengambil kunci motor dari saku jaketnya dan bersiap mengenakan helm.
"Ki-kita naik motor?" Shalu berkata sangsi.
"Dekat, Shal. Nggak ada sepuluh menit, kok. Nih, pakai helm lo! Gue tadi minta Bi Nah nyiapin helm buat lo," jawab Brahma sembari mengangsurkan satu helm lagi pada Shalu.
Gadis itu menurut dan segera memakai helmnya. "Dicatokin pengaitnya sampai bunyi klik, Shal."
"Iya iya, bawel banget, sih!" Shalu mengerucutkan bibir dan segera membonceng Brahma. Jujur, ini kali pertamanya dia membonceng motor sport. Agak ngeri juga sebenarnya.
"Pegangan yang kencang. Gue lagi nggak santuy, nih!" ujar Brahma, membuat Shalu semakin merasa ngeri.
Gadis itu lalu meletakkan telapak tangannya di kedua pundak Brahma. Habis, mau pegangan di mana lagi? Mendapati reaksi dokter hewan kesayangannya, senyum Brahma merekah. Hatinya diliputi kehangatan. Dia segera menyalakan mesin motor, lantas beberapa detik kemudian motor sport tersebut sudah melesat dari halaman rumah Tante Mira.
Di belakang mereka Bi Nah mengintip dari balik korden jendela sambil senyum-senyum.
"Gusti, semoga Den Brahma sama Non Shalu berjodoh." Bibir perempuan tua itu melantunkan doa.
===&===
Hmm, jadi begituuuh usaha Brahma buat bikin Shalu jatuh cinta? Haha, baique! Kita lihat Shalu jadi jatuh hati nggak sama si chef ini!
Kalau kamu nggak mau, di sini banyak yang mau lho Shal! 😝
Thanks yang udah kasih voment-nya! 😍
Salam Spatula,
Ayu 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Recipe (Tamat)
ChickLit[SUDAH TERBIT] Shalu Yoris Bijani, seorang dokter hewan yang gak suka masak terpaksa harus mempraktikkan 25 resep masakan favorit calon suaminya, Evans. Gara-gara kewajiban yang bikin stres itu, Shalu bertemu dengan Brahma, seorang Executive Chef di...