Evans. Online.
[Jangan terlalu deket sama Brahma, Babe. Aku khawatir sama kamu.]
Lho, emang kenapa sih? Sebenernya kalian itu ada masalah apa? Gak bisa gitu ngasih tahu aku aja biar aku gak nebak2 gini
Evans is typing ...
[Dia suka kasar sama cewek. Dulu kita pernah punya masalah. Dia nikung aku. Aku gak mau itu kejadian lg, Babe. I love u so much]
Kedua alis Shalu bertaut membaca pesan Evans barusan. Awalnya mereka sedang chatting biasa, entah kenapa tiba-tiba Evans membahas masalahnya dengan Brahma.
Evans is typing ...
[Babe?]
Masak sih, Brahma kek gitu? Dia baik kok Babe sama aku.
[Km kan baru bgt kenal dia. Pokonya hati2. Jgn terlalu deket]
Gelenyar aneh terasa berpilin di perut Shalu. Brahma nikung Evans? Kasar? Masa, sih? Bukannya dia bilang cewek-ceweknya mutusin dia karena over posesif?
Shalu mengusap tengkuk sambil menggigit bibir bawahnya. Entah hanya perasaannya saja atau bagaimana, tapi Shalu merasa Evans tidak suka dia dekat dengan sepupunya itu. Apa Evans cemburu? Ya wajar, sih. Tapi, masa sih, Brahma kaya gitu sifatnya? Aneh, meski calon suaminya yang bilang, Shalu tidak bisa percaya begitu saja.
Dia lalu memilih untuk segera pergi ke rumah Tante Mira. Sore ini dia dan Brahma akan mengeksekusi resep ayam taliwang. Perjalanan yang menyenangkan, karena Rangga bilang Aquarius bakal mujur terus seminggu ini di acara zodiak favorit Shalu. Sejenak dia lupa dengan nasihat Evans dan masalah yang terjadi antara kedua sepupu itu.
*
Brahma sudah sibuk menyiapkan bahan-bahan di atas island saat Shalu sampai.
"Telat sebelas menit, Princess," ujar Brahma tanpa menolehkan pandangannya pada Shalu. Cowok itu sedang membelah daging ayam menjadi dua bagian yang utuh.
"Iya, sorry deh, gue emang santai sih, nyetirnya, sambil dengerin radio. Kok lo nyolong start, sih?" jawab Shalu sekenanya.
"Ini bagian sulitnya masak ayam taliwang, gimana caranya biar daging ini kebelah dua tapi nggak putus. Biar gue aja, kalau lo yang eksekusi ntar malah kena pisau lagi."
Shalu menyejajari Brahma, sejenak menatap cowok jangkung yang tengah serius dengan daging ayam kampung itu. Masa sih, Brahma bisa kasar sama cewek? Shalu membatin, teringat lagi pada petuah Evans.
"Heh, kok malah ngelamun? Tuh dicek coba, bahannya udah lengkap belum. Masakan khas Lombok ini cukup sulit Shal, tapi emang rasanya beeeh ... kaya nelen dunia, deh!" Brahma meneguk saliva, semakin bersemangat saat membayangkan ayam taliwang yang terhidang. Apalagi kalau makannya bareng Shalu.
"Air jeruk limau, garam, santan encer, gula merah, minyak," gumam Shalu, mengabsen bahan-bahan yang diperlukan seperti yang tertulis di resep.
Brahma sudah selesai dengan ayamnya, bergegas cuci tangan dan duduk memperhatikan Shalu di mini bar. Dia belum bilang pada gadis itu kalau di dapur ini ada CCTV yang mengawasi. Dia tidak ingin Shalu merasa lebih tertekan lagi dengan adanya kamera pengintai tersebut.
"Ada lagi tuh, bumbu-bumbu yang mesti lo halusin. Diulek biar enak, Shal, jangan diblender. Sanggup?"
Shalu memutar bola mata. "Nggak mau! Dasar manusia nggak ada syukur-syukurnya, udah dikasih kemudahan masih aja ngelakuin yang ribet," timpalnya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Recipe (Tamat)
Literatura Kobieca[SUDAH TERBIT] Shalu Yoris Bijani, seorang dokter hewan yang gak suka masak terpaksa harus mempraktikkan 25 resep masakan favorit calon suaminya, Evans. Gara-gara kewajiban yang bikin stres itu, Shalu bertemu dengan Brahma, seorang Executive Chef di...