Bab 6: Panna Cotta | 1

6.7K 613 14
                                    

Jalanan Kota Bogor basah oleh hujan yang baru saja mengguyur.   Julukan Kota Hujan memang bukan semata kiasan, apalagi di bulan-bulan mendekati akhir tahun seperti ini. Hampir setiap hari Bogor dinaungi langit berwarna kelabu yang kemudian menurunkan rintik-rintik air. Aroma petrichor yang bagi para pujangga merupakan inspirasi paling digemari setelah senja, jelas bukan hal asing di sini.

Honda Jazz Shalu membelah jalan raya dengan kecepatan rata-rata. Dia ditemani oleh ocehan Rangga, penyiar radio Prambors FM Jakarta yang bersuara bulat dan menyenangkan. Acara ramalan zodiak yang hadir setiap hari Sabtu adalah favoritnya. Buat iseng-iseng aja.

Satu minggu berjalan super cepat bagi Shalu. Seperti baru kemarin dia bertemu Brahma, marah-marah nggak jelas padanya, dan sekarang ini mereka sudah harus bertemu lagi.

Yeay, Aquarius! Tampaknya di minggu-minggu ini lo harus banyak bersabar. Bakal ada sesuatu yang mengguncang emosi lo dari hubungan lo sama si doi.

Keuangan lo tetap oke, ya. Aquarius terlahir sebagai horang kaya, haha! Kesehatan. Lo kudu jaga kesehatan karena cuaca minggu ini bakal nggak menentu. Olahraga dan minum air putih yang banyak!

Nggak usah terlalu mikirin beban hidup lo, terima aja dengan lapang dada. Seperti kata pepatah lama, semua akan indah pada waktunya. Eits, seenggaknya lo bakal punya waktu weekend yang menyenangkan. Jangan sia-siain!

Hmm ... Shalu mengernyit. Tanpa Rangga bilang pun dia sudah mengalami hubungan asmara yang memang cukup rumit.

*

"Lo udah datang dari tadi, ya?" Shalu menyapa Brahma yang sedang asik membaca majalah di teras rumah Tante Mira.

"Yep!" Cowok itu menjawab enteng. "Dan sekarang lo yang telat. Emm ... tiga puluh menit."

"Biar aja! Gue emang sengaja balas dendam sama lo!" Shalu berkata tanpa dosa sambil berlalu masuk ke dalam rumah.

Brahma mengikuti langkah-langkah ringan Shalu dengan sebal.
"Padahal sejak lo nangis kaya bayi kemarin gue sampai janji sama diri sendiri kalau gue nggak bakal telat lagi seumur hidup. Lo malah balas dendam. Gue kan, udah minta maaf, Shal," ucapnya kesal, yang ditanggapi Shalu dengan gelak tawa puas.

Tanpa banyak basa-basi lagi, keduanya segera menuju dapur. Eksekusi resep pertama! Mereka bersepakat untuk mengawali dengan resep yang ringan-ringan dulu. Kebanyakan makanan favorit Evans didominasi daging dan dessert-dessert manis. Sialnya, Shalu yang penggemar seafood harus menghadapi kenyataan kurang menyenangkan. Calon suaminya alergi seafood!

Brahma sudah menyiapkan bahan-bahan yang mereka perlukan di atas island dengan rapi. Tak ketinggalan timbangan untuk mengukur komposisi bahan yang diperlukan supaya takarannya pas.

"Panna cotta, pencuci mulut atau puding khas Italia. Mungkin lo sering banget makan dessert yang satu ini, tapi gue yakin lo belum pernah sekalipun bikin sendiri." Brahma mengawali kursus mereka sore ini.

Bibir Shalu mengerucut. "Ngapain juga gue mesti bikin sendiri. Demi calon suami gue baginda Evans doang gue mau susah payah bikin ini!" tandasnya.

"Shalu, peraturan nomor satu di dapur. Lo nggak boleh ngebantah atau motong perkataan executive chef lo. Apalagi kalau orangnya ganteng kaya gue." Brahma sok serius, membuat Shalu semakin sebal saja.

"Oke, oke, Chef! Saya bakal nurutin semua perintah Anda tanpa berkata-kata," jawabnya bersungut-sungut.

"Jadi, yang diharapkan orang ketika mereka memasukkan panna cotta ke dalam mulutnya yang pertama adalah kelembutannya. Panna cotta yang berhasil adalah panna cotta yang teksturnya lembut dan meleleh dengan sendirinya di mulut tanpa orang harus sibuk mengunyah.

Kedua, baru rasanya. Ini sebenarnya bisa ditanyain sesuai selera masing-masing, apakah mau less sugar atau manis seperti biasa. Kita bakal bikin yang manisnya pas." Shalu mengangguk-anggukkan kepala mendengar kuliah singkat Brahma.

"Untuk sausnya kita bikin saus strawberry sesuai permintaan lo. Ingat ini ya, Shal. Yang harus lo pelajari dalam memasak bukan resep, tapi teknik. Resep cuma tulisan sekali pakai yang gue yakin lo pasti bakal lupa keesokan harinya. Tapi kalau lo udah nguasain teknik, masak bakal jadi menyenangkan."

Shalu memakai celemek yang sudah disiapkan Tante Mira, sementara Brahma sibuk mengawasi. Jantung gadis itu berdebar lebih kencang dari biasanya dan tangannya mulai mengeluarkan keringat dingin.

Ya ampun, Shalu. Lo mau masak aja kaya mau nari striptis gini sih, groginya! Dia membatin jengkel.

"Seperti petuah Tante Mira, gue nggak bakal turun tangan di sini kecuali kalau benar-benar urgent. Di depan lo udah ada resep yang clear banget. Jadi tugas gue cuma sedikit ngasih instruksi, ngawasin lo, tapi lo bakal ngelakuin step by step-nya sendiri," imbuh Brahma.

Huh! Shalu membuang napas dan menyeka keringat yang muncul satu dua di pelipisnya.

"Ini benar-benar tindakan kriminal, Brahma!" dengusnya.

===&===

Coba tebak, eksekusi resep pertama ini berhasil nggak? Gut luck ya, Shalu! Demi baginda Evans!

Terima kasih yang udah mau mampir, tetap stay tune dan jangan lupa tinggalin voment, ya! 😍

Salam Spatula,

Ayu 😘

The Last Recipe (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang