Bab 35: Where Are You, Chef?| 2

6.3K 534 13
                                    

Shalu menganjur napas dalam begitu sampai di basement. Ragu, gadis penggemar strawberry itu turun dari mobilnya. Tidak mudah baginya untuk sekadar bertandang ke sini, tapi demi mencari tahu di mana keberadaan Brahma, dia toh akhirnya sampai juga. Resto sekaligus hotel bintang lima Tante Mira ramai sekali di hari-hari weekend begini. Shalu memilih duduk di pojok agar tidak terlihat mencolok. Kacamata hitam dan scarf yang menutup kepala dirasanya sudah cukup untuk sedikit menyamar. Berjaga-jaga saja, siapa tahu mantan calon mertua atau justru mantan calon suaminya ada di sini, bukan?

Meski satu bulan sudah berlalu sejak peristiwa pembatalan pernikahannya, Shalu belum bisa juga menemukan Brahma. Sang chef bintang dua tidak bisa dihubungi, mungkin ganti nomor atau kontak Shalu yang memang diblokir. Begitu Shalu menyadari hal tersebut pasca Evans dan Tante Mira pulang dari rumahnya, sorenya Shalu pergi ke apartemen Brahma. Benar saja, tanpa perlu naik ke lantai sepuluh, Pak Satpam yang dulu ditemuinya sudah memberikan kabar.

"Nyari Den Brahma ya, Mbak?" tanya Pak Satpam bertubuh tambun itu dengan sorot prihatin.

Shalu mengangguk sekilas.

"Anu, Mbak. Den Brahma pamit pergi tadi pagi," lanjut Pak Satpam lirih.

Hati Shalu mencelus. Meski Tante Mira sudah memberitahunya, entah kenapa kabar dari Pak Satpam ini terasa lebih mengoyak perasaan. Kedua manik mata Shalu mulai berkaca-kaca.

"Pergi ke mana, Pak? Dia bilang sama Bapak?"

Pak Satpam menggeleng, raut wajahnya juga menyiratkan kesedihan. "Dia cuma pamit sama saya, mau pergi dan nggak balik lagi ke sini, Mbak. Kopernya, barang-barangnya semua dibawa."

Ya Tuhan, lo ke mana, Brahma? Shalu membatin seraya menggigiti kuku-kukunya yang pucat. Sekarang jalannya benar-benar terasa buntu. Gadis itu lantas berbalik tanpa berkata apa-apa lagi pada Pak Satpam. Pikirannya sekarang hanya tertuju pada satu orang yang mungkin tahu di mana Brahma. Niken. Tapi, bagaimana menemuinya? Main ke Merlion? Shalu mendengus. Tentu saja bukan saat ini. Dia bagaikan seonggok daging yang suka rela masuk ke kandang singa kalau sampai nekat ke sana saat ini juga. Setidaknya biar berita viral tentang pernikahannya reda dulu.

"Mbak! Tunggu!" Langkah Shalu terhenti. Pak Satpam bertubuh tambun mengejar dan kini sudah berada persis di sampingnya.

Shalu mengangkat alis, bingung. "Ada apa, Pak?"

"Mbak ini siapanya Den Brahma? Maaf Mbak, maksud saya ... mungkin Mbak juga kenal Bu Mira? Dia kan yang punya apartemen yang ditempati Den Brahma ini. Tadi pagi beliau juga ke sini, ya ... mungkin ngelepas Den Brahma pergi. Mbak bisa tanya beliau saja, beliau mungkin tahu Den Brahma pergi ke mana."

Shalu terenyak mendengar penuturan Pak Satpam yang panjang lebar. Sekarang semuanya sudah terang: Tante Mira yang menyuruh Brahma pergi.

*

"Mau pesan apa, Mbak? Silakan menunya." Salah seorang petugas restoran berseragam rapi menyodorkan buku menu pada Shalu, membuat buyar lamunan gadis itu.

Tetap menunduk, Shalu berpura-pura menelusuri deretan menu yang tertera di sana. Dia akhirnya memesan Choco Lova Cake dan secangkir sahlab. Begitu menu tersebut tiba, Shalu buru-buru memanggil supervisor yang tengah berkeliling, memintanya memanggilkan chef yang meracik semua menu di restoran ini.

"Baik, Mbak. Saya akan panggilkan dan bilang kalau Anda terkesan dengan Choco Lova-nya," sambut sang supervisor ramah.

Jantung sang dokter hewan bertalu bagai genderang perang  saat seseorang yang diminta menemuinya berjalan mendekat. Cewek tinggi semampai berkulit sewarna tembaga, berseragam putih bersih ala chef profesional, dengan senyuman indah yang ditujukannya pada seluruh pengunjung. Topi chef-nya yang tinggi menyisakan kuciran rambut kecokelatan yang menjuntai. Dilihat dari mana saja, sosok chef ini jauh lebih cantik secara fisik dari Shalu. Gadis itu meneguk ludah, merasa keputusannya menemui Niken adalah hal yang salah.

The Last Recipe (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang