[SUDAH TERBIT] Shalu Yoris Bijani, seorang dokter hewan yang gak suka masak terpaksa harus mempraktikkan 25 resep masakan favorit calon suaminya, Evans.
Gara-gara kewajiban yang bikin stres itu, Shalu bertemu dengan Brahma, seorang Executive Chef di...
Satu minggu berlalu cepat sekali. Sial! Padahal Shalu berharap seminggu ini berjalan lambat, seperti yang biasa dirasakan cewek-cewek LDR-an yang menahan rindu pada sang kekasih. Rindu memang berat, membuat detik demi detik terasa sangat lambat. Bukankah harusnya Shalu juga merasakan itu? Dia dan Evans kan, sudah bisa disebut pasangan virtual yang LDR-an?
Sore itu, Shalu pergi ke rumah Tante Mira dengan ogah-ogahan. Siang tadi Tante sudah menelpon, mengingatkan Shalu bahwa kursus masak kilat mereka dimulai hari ini. Fix! Mulai sekarang tidak ada lagi weekend dengan kegiatan nonton film seharian atau bermalas-malasan. Gadis itu justru akan terus berkutat di dapur bersama Tante Mira untuk menghabiskan akhir pekannya. Semuanya demi Evans!
Tiga puluh menit perjalanan, sampai juga Shalu di rumah Tante Mira. Pagar tinggi rumah itu sudah terbuka, seperti siap menyambut kedatangannya. Dia bisa melihat Tante sedang sibuk menyirami bunga-bunga, sesekali mencabuti tanaman yang layu atau mati. Huft! Perfect banget camer gue, batin Shalu seraya keluar dari mobilnya.
"Halo, Shalu. Sampai juga akhirnya." Tante Mira menghampiri calon menantunya itu, mendaratkan cipika-cipiki di kedua pipi Shalu yang sedikit chubby.
"Iya, Tante. Lagi sibuk nyiram bunga ya, Tante?"
Tante Mira tersenyum, lantas mengangguk. "Bunga-bunga ini sudah jadi bagian dari manajemen stres Tante. Kalau sudah sibuk sama bunga-bunga, stres Tante jadi hilang."
Shalu membalas ucapan Tante Mira dengan senyuman. Benar, setiap orang memang butuh cara untuk mengelola stresnya. Bisa dengan hobi, bahkan melakukan hal-hal yang sedikit gila. Seperti Shalu misalnya, mengobrol dengan Luna adalah salah satu manajemen stres yang paling melegakan. Yah, meski kucing gendut itu hanya bisa mengeong sambil mengibas-ngibas ekor, tapi setidaknya unek-unek Shalu sudah dikeluarkan.
"Ya ampun, Shalu. Kamu kurang tidur, ya? Lihat tuh, matamu jadi kaya mata panda." Tante Mira mengamati wajah Shalu dengan serius, juga prihatin.
"Coba ditutup pakai concealer biar nggak kelihatan banget gitu. Biar pun kamu sudah cantik, make-up tipis-tipis nggak ada salahnya, kan?" sambung Tante.
Oke, Shalu lagi-lagi harus berlapang dada. Setelah kemarin Tante bilang dia tidak bisa masak, sekarang dia -secara tersirat- juga dibilang tidak bisa pakai make-up. Memang berat kalau camermu sekelas pengusaha sukses seperti Tante Mira.
Shalu ingin bilang kalau penyebab insomnianya adalah pikirannya yang kalut tentang rencana Tante. Dia juga ingin bilang kalau dia tidak terlalu suka memakai make-up dan lebih sering tampil polosan. Cuma lipstik yang tidak pernah ketinggalan, supaya wajahnya tidak terkesan pucat. Uh! Jangan sampai bakal ada kursus make-up setelah ini!
Dalam kungkungan awkward momen yang membuat Shalu ingin ber-apparate* itu, deru mesin motor terdengar semakin mendekat. Beberapa detik berikutnya, Shalu bisa melihat motor sport ala Boy si anak jalanan memasuki halaman rumah Tante. Pengendaranya cowok, memakai helm fullface MDS dengan kaca tertutup sehingga Shalu tidak bisa melihat wajah di baliknya. Jaket kulit yang membungkus tubuh cowok jangkung tersebut menambah kesan maskulin.
"Siapa, Tante?" tanya Shalu.
Belum juga Tante Mira menjawab, cowok itu sudah memarkir motornya, melepas helm, jaket, dan berlari-lari kecil menghampiri mereka.
"Sorry I'm late, Tante. Weekend, restoran padat banget," ujarnya sembari meraih tangan Tante Mira, lalu menyalami dan mencium punggung tangan Tante dengan takzim.
Shalu tercekat menyaksikan pemandangan di depannya. Sopan banget cowok ini.
"Nggak apa-apa, Brahma. Shalu juga baru datang, kok. Dari tadi belum masuk rumah, malah nemenin Tante nyiram bunga." Seperti biasa, Tante Mira menjawab ringan sambil tersenyum riang.
Cowok itu menolehkan pandangannya pada Shalu, sehingga kedua mata mereka bersirobok. Senyumnya kemudian merekah, hangat.
"Oh, ini Shalu yang Tante ceritain," ucapnya. "Gue Brahma Shal, keponakan Tante Mira," lanjutnya, tangan kanannya terjulur untuk menjabat tangan Shalu.
"Oh-eh. Iya, gue Shalu."
Mereka bersalaman selama beberapa detik saja. Tak tahu saja keduanya, jabat tangan itu hanyalah pembuka dari cerita yang ke depannya akan jadi sangat rumit.
*
"Brahma yang akan ngajari kamu masak, Shalu. Maaf ya, Tante memang lagi sibuk banget belakangan ini. Pembangunan hotel di Jakarta bikin Tante harus sering bolak-balik ke sana. Ini juga Tante harus cepat-cepat pergi."
Tante Mira tampak menyesal karena tidak bisa secara langsung memberikan training masak pada calon mantunya. Sementara, Shalu bingung harus bagaimana. Hati kecilnya bersyukur karena tidak harus selalu menghabiskan weekend bersama camernya yang maha sempurna, yang selalu membuatnya merasa kecil. Namun, di sisi lain gadis itu juga ragu. Apa sama cowok ini keadaan bakal jadi lebih baik?
"Tenang, Tante sudah bicara sama Brahma supaya ngajarin kamu pelan-pelan biar kamu benar-benar paham. Tante juga sudah bikin list makanan favorit Evans yang harus kalian buat." Tante Mira menyerahkan selembar kertas pada Brahma, yang berisi serentetan menu favorit Evans.
"Dua puluh lima resep dalam waktu tiga bulan, Tante?" Brahma mengernyit memandangi tulisan tangan Tante Mira di kertas itu. "Menunya campur-campur gini, Tante serius?" lanjutnya.
Mendengar penuturan Brahma, perut Shalu seketika melilit. Dua puluh lima menu dalam tiga bulan. Gila! Dia benar-benar bakal gila!
"Ah, kamu ngomong apa sih, Brahma. Makanan favorit Evans semuanya menu gampang, kamu bisa memasaknya sambil tutup mata." Nada Tante Mira terdengar santai. "Dua puluh lima aja kok, nggak banyak. Kalian bisa lah ngobrol dulu, atur waktu sendiri gimana enaknya, ya. Tante harus pergi ini. Sudah ditunggu. Kalian kalau mau apa-apa tinggal bilang sama Bi Nah. Shalu, Tante tinggal dulu, ya. Brahma, titip Shalu." Setelah bercipika-cipiki dengan calon menantunya, Tante Mira meninggalkan mereka berdua.
Brahma masih mengernyit, seperti orang yang punya beban pikiran segunung. Sementara itu, kepala Shalu terasa berdenyut-denyut memandangi deretan menu makanan yang harus dikuasainya dalam tiga bulan ke depan.
Pana cota, rawon, tarta de santiago .... Gadis itu nyaris pingsan.
===&===
Note :
*Apparate : Mantra dalam Harry Potter yang bisa membuat orang menghilang atau berpindah tempat seketika.
❤
Yeay! Shalu jadi belajar masak, etapi sama cowok ganteng ternyata. Seganteng apa sih, Brahma ini?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seganteng ituuuuh! Ikuti terus kelanjutan kursus Brahma dan Shalu, ya. Klik bintang atau komen biar aku seneng. Hehe 😂