Moments - 2.

567 65 2
                                    

Perjodohan, memang terdengar pemaksaan, namun berujung sempurna dengan bagaimana kita menyikapinya

Seusai membeli baju, Hyunjin mengajak Heejin untuk berkunjung ke tempat lain yang benar-benar akan membuat Heejin terpukau lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seusai membeli baju, Hyunjin mengajak Heejin untuk berkunjung ke tempat lain yang benar-benar akan membuat Heejin terpukau lagi. Disaat sedang menyetir Hyunjin sesekali melihat Heejin yang senang atas pemberiannya itu. Yah setidaknya membuat gadis itu senang dengan hasil pemberianya.

"Kau suka sama bajunya?" Ucapan Hyunjin sukses membuat Heejin sedikit membuat pipinya merona.

"I-iya, terimakasih yah"

"Of course Heejin, ini sebagai pelajaran buat aku jadi calon suami" Lagi-lagi Heejin tersenyum dia sangat senang saat ini. Awalnya ia mengira Hyunjin  tidak akan baik kepadanya tapi itu diluar dugaan.

"Lalu kita akan kemana?"

"Nanti kau tau sendiri"

Tak lama kemudian mereka sampai disebuah restoran yang bisa dikatakan mewah untuk Heejin. Sungguh Hyunjin itu Sultan yah? Itu yang ada dipikirkan Heejin saat ini. Heejin bersyukur memiliki calon suami sebaik Hyunjin, ia berjanji tidak akan meninggalkannya sampai kapanpun.

"Heejin?" Sahut Hyunjin yang membuyarkan lamunan Heejin. "Kamu ngalamun ya?" Lanjutnya

"Iya maaf"

"Gak apa-apa, yaudah ayo masuk" Hyunjin menggenggam tangan Heejin lagi, kini Heejin juga membalas genggaman Hyunjin.

Kini mereka telah memasuki restoran lalu mereka duduk ditempat yang telah disiapkan. Keduanya menatap buku pesan yang telah tersedia, mata Heejin lagi-lagi kaget dengan harga hidangan tersebut, oh tolong Heejin saat ini tidak ingin memberatkan Hyunjin untuk mengeluarkan uangnya lagi karena Heejin bukan pemeras uang milik Hyunjin meskipun dia masih berstatus calon belum sepenuhnya menjadi istrinya.

"Heejin kau kenapa lagi?" Hyunjin menyibakan rambut Heejin membuat sangat empu menatapnya seperti orang yang akan kehilangan akal.

"Hyun... Aku tidak mau kamu ngeluarin banyak uang buat aku"

Hyunjin menyisir rambutnya dengan tangannya, entahlah kenapa Heejin itu berbeda dengan mantan-mantanya kala itu. Heejin terlalu baik untuknya, hingga entahlah untuk mencampakanya terlalu sulit mungkin, ya Heejin itu orang langka yang pernah Hyunjin temui. Baik, peduli, cantik itu yang menjadi prioritasnya satu lagi, Heejin bukanlah gadis penghambur uangnya seperti mantannya yang ia dapatkan dari club.

Hyunjin tersenyum, "Kan aku udah bilang ini kemauan ku jadi kamu tinggal nikmati aja okay?" Dengan ragu Heejin mengangguk

"Oke kamu mau pesan apa?" Heejin menunjuk makanan yang ia ingin coba, dia kesulitan untuk mengatakan jenis makanan itu kepada Hyunjin karena tulisanya yang sangat keluh untuk diucapkan Heejin.

Hyunjin memanggil salah satu pelayan lalu ia mengatakan pesanan yang akan mereka pesan kepada pelayan tersebut. Selama menunggu makanan tersebut disajikan, Hyunjin memainkan ponselnya berbeda dengan Heejin yang sedang bermain dengan jarinya. Sesekali ia ingin mengajak bicara Heejin tetapi topik yang akan ia tanyakan sudah tidak terpikirkan lagi. Tak lama pesanan mereka datang, baunya yang sedap menusuk hidung Heejin. Yah ini benar-benar makanan yang pernah Heejin hirup aromanya, luar biasa sangat harum.

Bukannya langsung menyantap makananya, Heejin hanya memandangi makananya tersebut dan mengundang perhatian Hyunjin yang heran dengan yang Heejin lakukan.

"Kenapa tidak dimakan?" Heejin tersenyum, "Sejujurnya aku tidak tau bagaimana cara memakan menggunakan garpu dan pisau" Astaga Hyunjin benar-benar ingin mentertawakan Heejin. Oh bagaimana bisa gadisnya itu tidak bisa menggunakan garpu dan pisau, jika dia makan menggunakan apa? Sendok saja?

"Baiklah sini aku bantu" Hyunjin berdiri dari duduknya menghampiri Heejin, pria itu tidak duduk disebelah Heejin melainkan berdiri dibelakang gadis itu dengan tanganya yang lihai memperlihatkan bagaimana menggunakan garpu dan pisau dengan benar. Heejin saat itu memperlihatkan dengan baik hingga membuatnya paham yang dilakukan pria itu.

"Sudah bisa kan? Coba kau yang melakukannya" Dengan pelan Heejin melakukan apa yang sama dilakukan oleh Hyunjin tadi. Dan ya Heejin melakukannya dengan benar.

"Aku bisa Hyun" Ucap Heejin senang. "Iya-iya cepat selesaikan makanmu lalu kita pulang" Heejin mengangguk.

_______________

Kini mereka telah sampai didepan rumah Heejin, "Hyun aku masuk dulu yah"

"Eh tunggu sebentar" Heejin memutar pandangannya lalu disambut dengan kecupan hangat dibibir Heejin dengan Hyunjin sekilas

"Jangan lupa besok aku akan mengajakmu lagi untuk mencari pakaian pernikahan kita" Heejin mengangguk kemudian ia keluar dari mobil Hyunjin.

"Oh apa yang telah aku lakukan? Memberikannya frist kiss?" Hyunjin tersenyum, lalu ia tertawa sekarang telah mencuri start duluan. Oh kalau tidak ada larangan untuk melakukan hubungan sebelum menikah, mungkin Hyunjin akan melakukannya malam ini, ah tapi itu juga tidak baik bagaimana jika Heejin hamil duluan ia tidak akan mau.

Heejin menutup pintunya, ia bersandar di daun pintu sembari memegangi bibirnya. Apa tadi itu? First kiss dari seorang Huang Hyunjin? Itu sungguh keajaiban untuknya. Ia tersenyum gembira, mungkin yang dia pikiran jika akan menikah dengan seorang Huang Hyunjin akan membuat nasibnya buruk tapi sepertinya tidak.

Yah itu tidak akan.

Heejin membuka baju yang Hyunjin pilihkan tadi, itu luar biasa sangat bagus dimata Heejin. Dari dulu ia menginginkan baju baru, tetapi kedua orang tuanya belum mampu memberikannya sepasang baju walaupun itu tidak terlalu mahal.

Oh apakah semiskin itu keluarga Cha Heejin?

Hyunjin membanting badanya diatas tempat tidurnya yang berukuran cukup besar. Dia sangat lelah dengan apa yang ia lakukan seharian ini dengan Heejin. Belum saja menikah, Hyunjin ingin bertemu lagi dengan gadis itu lalu mengajaknya bergulat diatas ranjang. Tidak, itu terlalu cepat untuk Hyunjin bahkan ia tidak akan membuat Heejin sebagai budak pemuas nafsunya melainkan seorang nyonya besar di keluarga Huang.

Pintu kamar Hyunjin terbuka menampakkan seorang pria setengah paruh baya yang tak lain ayahnya tiba-tiba masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu hingga membuat Hyunjin kaget lalu ia bangkit dari tidurnya dan mengubah posisinya menjadi duduk.

"Kenapa ayah tidak mengetuk kamarku terlebih dahulu?"

"Ayah pikir tidak perlu, tidak ada gunanya mengetuk pintu kamarmu"

"Lalu kenapa ayah ke kamarku?"

"Ini mengenai pernikahan mu"

"Iya kenapa?"

"Dibatalkan"

"Apa!?"

Catatan:

Aku kembali yosh! Saya akan update sesering mungkin jika saya ingin update ya semuanya, jadi jangan lupa ikutin nih ff saya wkwk. Dan jangan bilang chapter ini pendek

Semarang, 3 November 2019

MomentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang