Heejin keluar dari mobil begitupun dengan Jeno, mereka berjalan memasuki rumah. Didalam rumah sudah ada ayah mertuanya dan Hyunjin, dua insan tersebut seperti sedang membicarakan sesuatu. Selepas Heejin dan Jeno masuk, Ayah Kim dan Hyunjin menatap mereka kemudian Ayah Kim menyuruh Heejin duduk begitupula dengan Jeno.
"Jadi begini Heejin, kamu dan Hyunjin pernah menikmati waktu bersama?" Pertanyaan ayah mertuanya itu kedengaran aneh untuk Heejin, tapi mengapa?
"Ah itu, jarang sih yah, lagipula aku juga sibuk kuliah Hyunjin juga sibuk bekerja"
"Jadi ayah akan membuat kalian merasakan apa itu liburan"
Hyunjin menaikan alisnya, "Tidak usah liburan ayah aku sibuk" Kata Hyunjin yang malas berlibur karna itu hanya akan membuatnya menjadi pemalas.
"Iya ayah aku juga sibuk kuliah besok aku juga ada presentasi" Jelas Heejin yang ikut-ikutan sibuk dengan tugasnya.
"Ah kalian ini banyakan alasan, ayah tidak mau tau seminggu lagi kalian ayah mengirim kalian ke Prancis" Jelas Ayah Kim tanpa basa-basi terhadap pasangan sok sibuk itu
"Kenapa ayah menentukan kami harus berlibur ke Prancis? Kenapa tidak kami saja yang memilih" Tanya Hyunjin dingin karena bisa dibilang ia membenci negara itu.
"Yah menurut ayah Heejin juga setuju dengan pendapat ayah, iya kan Heejin?" Heejin mengangguk ragu sedangkan Hyunjin yang menatap perempuan itu merasa menyebalkan.
"Heejin mau kan menemani Hyunjin ke Prancis?" Heejin mengangguk, Ayah Kim tersenyum
"Heejin saja mau, kau harus menuruti permintaannya Hyunjin" Pria itu tidak menjawab ucapan ayahnya dan memilih pergi meninggalkan semuanya yang berada di ruang tamu.
"Anak itu benar-benar tidak punya sopan santun" Eluh Ayah Huang seraya memegangi kepalanya.
"Tidak apa-apa ayah, kalau memang Hyunjin tidak mau tidak apa-apa" Ujar Heejin lalu pergi menuju Hyunjin yang berada di kamar.
"Tidak kalian harus jadi pergi ke Prancis bagaimana pun juga" Heejin hanya diam mendengar kata-kata ayahnya itu, mungkin ini juga penyebab Hyunjin selalu menghindari perkataan ayahnya.
"Aku tidak dikasih liburan ayah? Seperti kak Hyunjin dan kak Heejin?" Kini Jeno tak mau kalah.
"Kamu kembali ke London saja berliburnya" Ujar Heejin seraya menahan tawanya.
"Ah kak Heejin bagaimana, yang ada itu bukan liburan tapi memaksa aku untuk kuliah lagi"
"Yah tidak apa-apa" Senyum Heejin.
___________________
Heejin meraih figura yang terletak di meja. Sejenak Heejin memikirkan betapa ia menyukai sore tadi dapat berkumpul dengan keluarga Huang, namun, dibalik sisi itu Heejin juga rindu kediaman rumahnya ia ingin sekali dapat bertemu dengan ayah dan ibunya. Sejak Heejin menikah dengan Hyunjin sebulan lalu, ia jarang menemui kedua orang tuanya. Mungkin sebelum ia pergi ke Prancis Heejin akan berkunjung ke rumahnya melepas rindu.
Kini Heejin beralih membuka lemari lalu ia memasukan beberapa bajunya lalu ia rapikan. Tak lama Hyunjin masuk dan melihat apa yang sedang dilakukan istrinya, kemudian ia berjalan mendekatinya. Heejin yang mengetahui Hyunjin berada disampingnya segera berdiri seraya memandanginya. Mereka saling menatap setelahnya Heejin yang mulai bertanya.
"Hyunjin kamu mau pakai baju yang mana biar aku siapkan" Ujar Heejin yang ingin memasukan baju untuk Hyunjin juga. Pria itu menghentikan tangan Heejin yang akan mengambil bajunya lagi.
"Kau saja yang pergi ke Perancis aku di rumah saja"
Heejin menaikan alisnya, "Kenapa Hyunjin, ayolah kita bersenang-senang disana" Bujuk Heejin supaya pria itu mau, tapi Hyunjin malah marah kepadanya.
"Aku bilang tidak Heejin! Kalau kamu mau ya sudah sana!" Bentak Hyunjin lalu ia pergi dari hadapan Heejin, ia hanya terdiam perkataan Hyunjin tadi entahlah membuatnya sakit.
Hyunjin turun dari tangga dengan wajah yang tidak menyenangkan, saat Bibi Han berada di teras membersihkan barang-barang disana, wanita itu melihat majikannya turun dengan wajah yang kesal, karena beranggapan yang tidak-tidak terhadap istrinya, akhirnya Bibi Han menghampiri Heejin yang berada di kamar. Bibi Han membuka kamar dan benar ia melihat Heejin yang menangis.
"Loh non Heejin kenapa menangis?" Ujar Bibi Han seraya mengusap rambut Heejin.
Heejin mengusap air matanya, "Tidak apa-apa Bibi Han tidak perlu khawatir" Ujar Heejin tersenyum
"Pasti karena Tuan Hyunjin memarahi non Heejin yah?" Tebak Bibi Han kemudian mendapat anggukan oleh Heejin.
"Maafkan saja Tuan Hyunjin, memang dia selalu bersikap seperti itu karena ia tidak ingin bertemu dengan ibunya di sana tapi entahlah kenapa Tuan Huang menginginkan itu" Jelas bibi Han yang membuat Heejin penasaran.
"Memangnya dulu kenapa bi dengan keluarga Hyunjin?"
"Jadi saat Tuan Hyunjin masih kecil, ia tidak pernah dapat kasih sayang dari ibunya, bahkan dulu Tuan Huang lah yang mendidik Hyunjin hingga menjadikan dia menjadi anak penurut. Dan setelah kejadian itu Tuan Huang dan istrinya berpisah, dan katanya ibu sekarang tinggal di Prancis"
"Lalu Jeno itu anak dari ibu Hyunjin dengan pria lain bi?"
"Ah itu bukan, Jeno itu Tuan Huang dengan wanita lain tapi yah waktu itu istrinya meninggal ketika melahirkan nak Jeno"
"Jadi Jeno adik tiri Hyunjin?" Bibi Han mengangguk
"Kalau bibi katakan nak Hyunjin itu lebih menurut daripada adik tirinya" Bibi Han menahan tangisnya, "Non Heejin bagaimana pun non Heejin harus sabar yah menghadapi sikap buruk Tuan Hyunjin, dia seperti itu karena..."
"Karena kemauan ayahku" Kata Hyunjin meneruskan percakapan kedua orang itu.
Hyunjin menatap dingin Bibi Han, "Jadi waktu ayah memarahiku sebelum kami menikah Bibi Han tahu, iya bibi mendengarkan semua percakapan kami?" Desak Hyunjin yang membuat Bibi Han takut dengan kemarahan pria itu.
"Maaf Tuan bibi tidak sengaja" Bibi Han menunduk, "Sekarang bibi keluar" Ucap Hyunjin kemudian Bibi Han pun keluar.
"Kenapa kau melakukan itu kepada Bibi Han Hyunjin!" Bentak Heejin yang tak terima memperlakukan Bibi Han seperti tadi.
"Kenapa kau marah? Lagipula aku tidak membuat perkataan yang membuat Bibi Han tersakiti"
"Iya itu hanya untuk Bibi Han tapi apa? Kau bahkan selalu membuatku tersakiti "
"Kan Bibi Han sudah bilang dan aku hanya meneruskan perkataannya tadi, dan pasti kau akan mengerti" Hyunjin mengusap air mata Heejin yang menetes dengan cepat Heejin menangkisnya, "Jangan menyentuhku, aku membencimu Huang Hyunjin"
"Ya kamu pantas membenciku Heejin" Kemudian pria itu pergi dari hadapan Heejin lagi.
Heejin menangis menuangkan kesedihannya. Kenapa, kenapa ia harus merasakan keterpurukan dengan dirinya yang sedang berusaha mencintai pria itu. Namun, suaminya mengacuhkannya, lalu apa ia seperti itu karena permintaan ayahnya? mustahil.
Waktu demi satu terus berjalan, tapi ketika makan malam tiba Heejin tidak melihat Hyunjin yang berada di meja makan membuatnya resah mungkin karena perkataan tadi membuat Hyunjin pergi dari rumah.
Setelah selesai makan Heejin langsung menuju ke kamar. Disana ia menunggu kepulangan dari Hyunjin. Namun, sampai dengan waktu jam dua belas pria itu tidak juga pulang bahkan Heejin mencari Hyunjin di sofa ia tidak menemukannya. Ia mulai putus asa, ia berandai mungkin kalau tidak ia berkata seperti itu Hyunjin tidak akan seperti ini. Heejin menguap ia merasa sudah mengantuk hingga pada akhirnya ia memutuskan tidur.
Sekitar jam dua pagi Hyunjin baru saja pulang, ia melihat Heejin yang tengah tertidur pulas. Hyunjin berjalan menuju ranjangnya lalu ia menjatuhkan dirinya yang sudah kehilangan keseimbangannya. Hyunjin merasa ia sangat mengantuk dan Ia pun akhirnya tertidur.
Semarang, 28 Desember 2019

KAMU SEDANG MEMBACA
Moments
Fanfic' I promise will keep you again, nobody can't separate between us ' Ini sebuah moments tentang perjodohan dimana semua orang membencinya. Namun pada akhirnya mereka bahagia meski keterpurukan selalu terlibat dalam kehidupan mereka. Cha Heejin, seor...