Moments - 33.

37 3 0
                                    

Beberapa bulan kemudian. . .

Dengan derapan langkah kaki yang tergesa-gesa perempuan itu berjalan melewati lorong-lorong sepi. Tak jarang orang-orang menyapa perempuan itu dengan ramah.

"Hey kau tau dokter itu" Seseorang menunjuk perempuan itu.

"Ah ya dia, kenapa?"

"Sayang sekali sudah cantik, ramah, masih muda tapi belum menikah. Dan rumornya banyak pria yang mendekat tapi ia menolaknya"

"Wah hebat sekali, tapi sayang juga ia tak kunjung menikah"

"Sudahlah kita pergi saja"

Sesampainya di balik pintu ia membuka lalu memakai jas putihnya yang tersampir di kursinya. Kemudian ia mendata dokumen pasien, ya dia Heejin. Sejak tahun bekerja di rumah sakit Ansan, sekarang ia sukses menjadi dokter tetap.

Tak lama kemudian dari ujung lorong datanglah seseorang yang terlihat lesu seperti vampir yang kehausan darah mungkin? Ya, itu tak lain adalah Jinra.

"Kau kenapa Jinra?"

"Aku habis bertengkar dengan Jaemin"

"Apa!? Apakah Jaemin meminta cerai?" Jinra memukul Heejin.

"Hey kalau ngomong yang benar saja!" Jinra mengambil napas lalu membuangnya, "Kami bertengkar hanya karena menentukan nama" Heejin terkekeh mendengarnya.

"Astaga kalian ini yah sudah punya anak masih saja diributkan, keadaanmu sepertinya membaik setelah melahirkan"

"Tentu saja! Melahirkan normal ternyata tidak sesulit jika dioperasi, jadi untuk penyembuhan cepat"

"Baguslah"

Jinra memegang tangan Heejin, "Heejin tolong bantu aku meyakinkan Jaemin"

"Menyakinkan bagaimana?"

"Bahwa nama Bongsu itu bagus"

Heejin hanya terdiam, Bongsu? apakah itu nama atau sebutan bayi yang belum mempunyai nama?

"Tidak ada waktu aku sibuk"

"Huh kau ternyata seperti Jaemin, arghhh" Jinra pergi dengan wajah kesalnya

Heejin hanya menatap temanya itu, dia hanya merasa heran orang seperti Jinra bisa mengalami penyembuhan cepat setelah melahirkan. Tapi jika bukan Jinra tidak ada orang seperti dia.

Sejak Heejin mengurus semua pekerjaannya, ia selalu lupa dengan yang lainnya entah pulang ke rumah atau menginap. Heejin lebih memilih rumah sakit sebagai penginapan yang nyaman. Bahkan jika dibandingkan dengan Jinra, keduanya berbeda. Heejin masih merasa kesendiriannya tanpa Hyunjin masih baik-baik saja daripada harus bertemu denganya. Dan Jinra yang harus dapat membagi waktu pekerjaannya maupun mengurus bayinya.

Karena Jinra memiliki ambisi dalam pekerjaan, meskipun ia masih dalam tahap pemulihan di masa liburnya, ia tetap bersikeras bekerja dan membiarkan Jaemin yang mengurus. Aneh namun begitu kehidupan keluarga mereka.

Untuk Heejin, mungkin menginginkan keluarga seperti Jinra, namun ia harus mengalah dengan keadaannya. Bertemu dengan Hyunjin diwaktu luang jika pria itu tidak sibuk sudah menjadi kebahagiaan baginya.

Andai jika dulu ia tidak keguguran dan mendapatkan perlakuan buruk, ia akan bahagia bersama dengan Hyunjin.

_________________________

"Bagaimana semua sudah kau laksanakan sesuai perintahku Manajer Lim?"

"Sudah semua Tuan"

"Kerja bagus" Ucap Hyunjin menatap laptopnya.

MomentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang