Moments - 8.

275 32 0
                                    

Matahari terbit menembus celah-celah tirai jendela, Heejin membuka kedua matanya. Ia menatap Hyunjin nyenyak tertidur seraya mendengkur disampingnya. Heejin tersenyum sesekali tanganya menyentuh wajah pria itu. Heejin melihat jam yang terpapar di dinding menunjukkan pukul enam pagi, Heejin bergegas berjalan menuju kamar mandi. Ia tidak akan mengulangi hal seperti kemarin, itu semua ulah Hyunjin. Selepasnya, Heejin melangkah menuruni anak tangga untuk menuju pintu keluar. Ketika hendak berjalan pergi dari rumah, Heejin melihat Jeno yang sedang berada di dapur. Kemudian ia menghampirinya juga ingin berpamitan denganya.

"Jeno!" Pria itu menoleh, "Aku akan berangkat kuliah sekarang aku titip pamit dengan Hyunjin ya" Jeno hanya mengangguk.

Tunggu, Heejin masih seorang mahasiswa?

"Ah kak tunggu" Heejin menghentikan langkahnya lalu berbalik pandang.

"Iya kenapa?"

"Kak Heejin masih seorang mahasiswa? Belum bekerja sama sekali?" Tanya Jeno yang entah kenapa menanyakan hal itu.

"Aku belum bekerja, ya aku seorang mahasiswa yang sedang menginjak semester empat"

"Lalu kamu sudah kerja?" Lanjut Heejin yang giliran bertanya.

Jeno menggeleng, "Aku masih semester enam kak, kurang dua semester lagi aku akan wisuda"

"Oh begitu, eh aku berangkat sekarang ya sepertinya akan telat jika kita berbincang lama-lama"

"Aku antar kak" Ujar Jeno lalu ia mengambil kunci mobil.

Sesampainya di kampusnya, Heejin tidak terlambat semenitpun. Padahal jika ia tadi memilih naik bus mungkin akan terlambat sepuluh menit. Namun karena Jeno memberikan tawaran Heejin tidak terlambat. Bahkan sebenarnya Heejin juga tidak ingin memberatkan adik iparnya itu tapi tetap saja Jeno memaksa dan lagi-lagi Heejin mengalah untuk seseorang laki-laki sejauh ini.

Heejin berjalan menyusuri setiap lorong-lorong kampus, ketika menuju dikelas Heejin menyempatkan berjalan menuju loker untuk mengambil jas kebanggaannya. Ya Heejin adalah seorang calon dokter, ia memilih dokter ahli bedah. karena keinginannya, Heejin ingin membantu seseorang yang benar-benar membutuhkan bantuan medisnya untuk menyembuhkan penyakit dengan cara operasi.

"HEEJIN...!" Triak seseorang lalu memeluk Heejin teramat erat

"Jinra, lepaskan kau ini aku tidak bisa bernapas bodoh!" Gadis yang bernama Jinra itu lalu melepaskan pelukanya.

Jinra melipat wajah bahagianya, "Aku rindu kau tau tidak!"

"Lalu jika rindu kenapa di hari pernikahanku kau tidak datang?" Ketus Heejin yang tak ingin kalah.

"Oh itu, aku minta maaf tidak bisa datang karena ada acara lamaran"

"Memang kau akan menikah?" Jinra mengangguk pelan, "Astaga, Jinraaa! Itu berita bagus" Sorak Heejin senang mengetahui temanya itu akan menyusulnya.

"Tapi aku tidak setuju dengan pernikahan itu Heejin" Kini wajah Jinra sedih

Heejin menaikan alisnya, "Loh kenapa?"

"Aku tidak ingin mempunyai suami yang terlihat cute dimataku dan terlebih dia muda dariku, kau tau pria muda itu terlalu manja" Celoteh Jinra yang entah kenapa Heejin merasa ingin melempar apapun itu ke arah temanya.

"Sudah-sudah nikmati saja pernikahannya seperti diriku"

"Apakah malam pertama mu menyenangkan?" Heejin tidak kaget bahkan terlihat biasa ketika ia mendengar ucapan Jinra meski mengganggu kenyamanannya.

"Ya seperti itu, makanya kau coba sendiri dulu pasti nanti tau rasanya seperti apa" Jinra hanya mengangguk, bagaimanapun itu ia harus terima konsekuensinya setelah menikah meskipun masih dalam belajar hidup Berumah tangga.

MomentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang