Sedaritadi dalam perjalanan Heejin terus menangis ia berharap keluarganya selamat dalam tragedi itu. Tangan Hyunjin juga tidak lepas dari genggaman Heejin, ia juga berusaha menenangkan perempuan disebelah kirinya itu.
Sesampainya disana Heejin langsung turun dari mobil, ia berjalan menerjang sekumpulan orang disana hingga tepat di hadapannya ia melihat seseorang tergeletak tertutup dengan koran. Heejin berjalan mendekati jenazah itu lalu membukanya, sesaat Heejin menangis histeris entahlah siapa yang ia lihat ibu atau ayahnya, yang pasti tubuhnya itu sudah tidak dapat dikenali karena mempunyai luka bakar serius yang membuat salah satu korban keluarganya meninggal dunia.
Tak lama kemudian Bibi Jung berjalan mendekati Heejin yang menangis disana. Sungguh ia melihat keponakannya itu merasa kasihan.
Bibi Jung mengangkat Heejin untuk berdiri, "Heejin kamu sudah datang ayo bibi temui dengan ibumu" Ucap Bibi Jung lalu membawa Heejin keluar dari kerumunan polisi dan orang-orang lainnya.
Ketika Bibi Jung berhenti membawa Heejin. Perempuan itu menatap apa yang ia lihat. Dan itu ibunya, Ibu Na. Heejin menangis kembali ia benar-benar hancur, terlebih Ibu Na mengalami trauma yang membuat dirinya menjadi gila.
"Ibu, ini Heejin" Heejin membelai wajah Ibu Na lalu wanita itu menatapnya
"Heejin dari mana saja kamu ayo ibu sudah masak, sebelumnya kita menunggu ayah dulu ya tapi kenapa lama datangnya?" Ujar Ibu Na yang sudah tidak mengerti keadaannya sekarang.
"Ayah sudah meninggal bu"
"Belum Heejin, tadi ayah kamu masih di sedang bekerja serabutan sebentar lagi dia pulang kok jangan bilang seperti itu ya, ayah pasti pulang ibu yakin" Heejin benar-benar merasa kacau, sesedih itu kah Heejin mendapat ujian dari Tuhan?
"Bibi Jung tolong ceritakan semua kenapa ini bisa terjadi"
"Bibi juga tidak tau Heejin, tiba-tiba rumah kamu sudah terbakar dan warga membawa ibumu yang tidak terkendali seperti sekarang"
"Lalu aku harus bagaimana bi sekarang?" Heejin bingung bahkan ia tak tahu harus bagaimana sekarang.
"Bibi pikir mungkin ibumu dibawa ke rumah sakit jiwa"
"Apa tidak ada yang lain bi?" Bibi Jung menggeleng, "Bibi tidak dapat merawat ibumu, bibi akan kembali bekerja di luar kota. Mungkin kamu dengan suamimu bisa merawatnya"
_________________________
"Ibu aku pamit pulang" Ucap Heejin dengan ibunya yang sedang menatap di luar jendela.
Setelah pulang dari pemakaman Heejin bersama Hyunjin mengantar Ibu Na ke rumah sakit jiwa yang disarankan Bibi Jung tadi kepadanya. Awalnya Heejin tidak rela jika ia menitipkan ibunya ke rumah sakit jiwa karena bagaimanapun Ibunya masih bisa Heejin rawat sampai sembuh, bahkan Hyunjin juga mau menerima Ibu Na tinggal bersama mereka walaupun dengan keadaan seperti itu. Tapi Heejin berubah pikiran dengan mengirim ibunya ke rumah sakit jiwa, tujuannya ia berharap ibunya lekas sembuh. Jika menyuruh Bibi Han merawat ibu Na, Heejin takut ibunya akan melakukan yang tidak-tidak di rumah ketika Heejin dan Hyunjin meninggalknya.
Heejin menutup pintu kamar ibunya, "Heejin kamu yakin ibumu dititipkan disini?" Tanya Hyunjin lagi, ia masih percaya bahwa sejujurnya Heejin masih ingin jika ibunya tinggal di rumah Hyunjin
"Iya, sudahlah tidak apa-apa Hyunjin" Heejin berjalan dahulu lalu diikuti oleh Hyunjin
Namun, tiba-tiba saja kepala Heejin menjadi pusing hingga membuatnya tidak seimbang lalu terjatuh, dengan cepat Hyunjin menahan Heejin kemudian menggendong istrinya itu ke mobil menuju rumah sakit yang tidak jauh dari sini.
Hyunjin menggenggam tangan Heejin, ia masih menunggu kesadaran darinya saat ini, ya Hyunjin akan memberi tahu sesuatu yang pasti Heejin akan senang begitu pula denganya karena sudah lama penantian itu mereka tunggu. Tak lama ia menunggu kesadaran Heejin, kemudian perlahan perempuan itu membuka matanya.
"Hyunjin aku dimana"
"Kita sedang di rumah sakit"
"Ah maaf, aku tadi tiba-tiba pingsan" Hyunjin menggeleng, "Tidak perlu minta maaf, oh ya ada kabar bahagia Heejin" Seru Hyunjin yang tidak sabar memberi tahu kepada Heejin.
"Kenapa? Ceritalah"
"Kau hamil, astaga Heejin aku benar-benar senang" Heejin tersenyum sekilas, ia sebenarnya juga merasa bahagia. Namun, apakah ia harus bahagia tanpa ayah dan ibunya?
"Tapi kata dokter kamu perlu banyak istirahat jangan terlalu setres Heejin" Omel Hyunjin yang entah terdengar seperti ibu sedang menasehati anaknya.
"Iya-iya aku tahu"
Setelahnya berangsur pulih, dokter akhirnya mengijinkan Heejin pulang tak lupa dokter juga memberikan resep untuk pemulihan Heejin semasa awal kehamilan. Lalu barulah mereka pulang dari rumah sakit. Tapi sejak kepulangan mereka didalam mobil Heejin masih belum menampakan kebahagiaannya bahkan ia juga hanya diam menatap pemandangan di luar jendela. Dan ini pertama kalinya Hyunjin belum pernah melihat istrinya itu melipat wajah senangnya itu selama ini. Kecuali moodnya sedang tidak baik.
"Heejin kamu jangan sedih lagi, aku janji akan jagain kamu setelah ini" Heejin mengangguk lalu ia memeluk Hyunjin begitu dengan Hyunjin.
Malam ini tiba-tiba Heejin merasa mual kemudian ia berlari menuju kamar mandi, memuntahkan semua yang ada dalam perutnya disebuah wastafel, bukan makanan yang ia keluarkan namun hanya air dan lendir. Ya, namanya juga orang hamil pasti akan mengalami seperti itu. Heejin lelah bahkan lemas sejak daritadi ia mual dan sekarang mual lagi. Mungkin sudah ada dua kali Heejin merasakan mual seharian ini.
Selesainya dari kamar mandi, Heejin membuka pintu kemudian ia melihat suaminya itu yang sedang duduk dengan membawa mangkuk berisikan bubur untuknya.
"Kamu makan ya Heejin, tadi kau hanya makan sore tadi"
"Aku tidak lapar Hyunjin, bahkan setiap kali aku selesai makan pasti rasanya aku merasa mual"
"Itu reaksi karena kamu sedang hamil Heejin, sekarang makan ya" Hyunjin menyuapi Heejin, namun gadis itu menolak ia tidak mau makan dan itu juga membuat Hyunjin kesal.
Hyunjin memakan beberapa suapan kedalam mulutnya, ia tidak menelanya tapi Heejin yang akan menelanya. Pria itu menarik tangan Heejin lalu menciumnya, Hyunjin mencoba untuk membuat istrinya itu membuka mulut tapi Heejin tidak mau. Hingga saat itu sebuah ide muncul di otak Hyunjin, ia menekan hidung Heejin membuat sangat empu kehabisan napas lalu akhirnya ia akan membuka mulutnya, dan benar Heejin membuka mulutnya lalu dengan cepat Hyunjin mendorong bubur itu kedalam mulut Heejin membuatnya menelan makanan itu.
"Apa yang kau lakukan Hyunjin! Menginginkan aku mati!?"
"Kau tidak mau makan ya sudah aku lakukan itu"
"Jahat ka--" Hyunjin menyodorkan sendok yang berisikan bubur itu kedalam mulut Heejin skali lagi.
"Kan sudah aku bilang jangan banyak bicara atau aku akan menyumpal mulutmu itu dengan bubur" Tegas Hyunjin, pria itu benar-benar hanya menginginkan Heejin makan itu saja, namun lagi-lagi Heejin juga merasa mual kembali.
Dan itulah yang mengharuskan Hyunjin bersabar dan lebih berusaha lagi menjaga Heejin semasa kehamilan. Lagipula Hyunjin yang menginginkannya.
Akhirnya part ini saya up juga gays, seneng aja wkwk
Dan selamat buat kalian yang ngerayain malming di luar:'
Oh ya, vote 5 lebih saya dobel update:))
Semarang, 8 Februari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Moments
Fanfiction' I promise will keep you again, nobody can't separate between us ' Ini sebuah moments tentang perjodohan dimana semua orang membencinya. Namun pada akhirnya mereka bahagia meski keterpurukan selalu terlibat dalam kehidupan mereka. Cha Heejin, seor...