Moments - 36.

65 5 0
                                    

Hyunjin merasakan sakit disekujur tubuhnya, entah berapa banyak peluru yang terdapat di tubuhnya. Meskipun sudah di keluarkan rasanya lebih sakit dibandingkan saat peluru itu masih dalam tubuh Hyunjin. Hyunjin menahan sakitnya itu sampai akhirnya ia berteriak kesakitan.

Dari CCTV yang di pantau, ketika melihat pasien kamar ICU sadar, dokter mulai menuju kesana. Sesampainya disana Mengecek keadaan Hyunjin yang telah sadar kemudian barulah Hyunjin di suntikan obat penenang. Pria itu tertidur kembali. Para suster pun perlahan melepas alat yang terdapat pada Hyunjin dan mulai memindahkan pria itu ke ruang pemulihan.

Heejin terduduk di ruangnya. Wajahnya tertekuk muram, ia lelah berharap Hyunjin akan sadar, namun kenyataannya nihil. Heejin selalu beranggapan ucapan Heejin masih belum dapat membuat suaminya itu bangun.

"HEEJIN! AKU KEMBALI" Itu Jinra yang datang bersamaan dengan Jaemin.

"Kau kenapa muka tertekuk gitu?" Ujar Jaemin yang penasaran.

"Aku sedang menunggu kesadaran Hyunjin tapi dia tidak kunjung datang"

"APA!" Lagi-lagi suara Jinra membuat Heejin kaget begitu juga dengan Jaemin. "HYUNJIN MASUK RUMAH SAKIT? YANG BENER AJA"

"Beneran Jinra, suaramu itu pelankan sedikit ini rumah sakit"

Jinra terkekeh pelan, "Hehehe maaf, aku kira kalian sudah pisah"

"Mana mungkin aku begitu dengan Hyunjin, aku tahu ini hanya ujian maka dari itu aku bertahan"

Jinra bertepuk tangan, "Aku salut denganmu Heejin, mungkin jika hal itu terjadi padaku dan Jaemin aku tidak akan mempertahankan hubungan pernikahan"

"Hubungan pernikahan itu sakral sayang kau tidak dapat memutuskannya tanpa sebab apapun" Jawab Jaemin dan Heejin mengangguk setuju.

"Bagaimana dengan bayi kalian?"

"Kami titipkan di rumah ibu Jinra, tidak mungkin aku harus mengurusnya terus-menerus bisa di pecat absen dari pekerjaan"

"Ah begitu, lain kali Jinra cobalah jadi ibu rumah tangga jangan terlalu ambisi pada wanita karier. Aku akan berhenti bekerja jika aku sudah memiliki anak, aku hanya ingin fokus padanya"

"Kau benar, tapi mungkin jika bayiku sudah besar aku akan berhenti. Begitu ya aku mengerti"

Sesaat, pintu terbuka memperlihatkan seseorang suster masuk kedalam ruangan Heejin untuk mengatakan kabar gembira.

"Bu Heejin, pasien atas nama Hwang Hyunjin sudah sadar"

Heejin terdiam sebentar, entah apa yang ada di pikirannya, apakah ia akan dibohongi lagi?

"Kamu mengatakan yang sejujurnya?" Suster itu mengangguk.

"Sekarang pasien sudah dipindahkan ke ruang inap, saya permisi" Setelah mengatakan apa yang terjadi, suster itu kemudian pergi.

"Sepertinya yang dikatakan isteri itu benar, coba kau menemui Hyunjin" Heejin ragu namun kemudian ia mengangguk.

Bergegaslah Heejin menuju ruang yang dikatakan suster. Sesampainya disana, benar saja keadaan Hyunjin tidak seperti yang ia lihat terakhir kalinya. Sekarang berbeda, masih tertidur tanpa alat bantu apapun. Heejin mendekati pria itu kemudian menyibakkan rambut Hyunjin.

"Apa kau sudah sadar hm? Kenapa ketika aku datang aku selalu melihatmu tertidur? Apakah kau tidak ingin melihatku disini sekarang sayang?"

Heejin masih memandangi wajah Hyunjin, hingga tak lama kemudian pria itu membuka matanya.

Heejin kaget juga seperti ingin menangis, matanya sudah berkaca-kaca.

"Hay Heejin" Lirih Hyunjin pelan.

MomentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang