Di pinggir kolam Heejin menatap bulan purnama yang bersinar terang meskipun tak seperti matahari. Tak hanya itu, Heejin beranggapan dibanding matahari, bulan yang paling beruntung. Ia tidak sendirian, melainkan bersama dengan bintang yang slalu menemaninya. Namun, berbeda dengan Heejin ia sama sekali tidak seberuntung bulan, bahkan kalau dikatakan matahari juga bukan.
Heejin menghela napasnya, suasana dingin menusuk bulu kuduknya dan menyuruhnya masuk kedalam rumah. Heejin berdiri kemudian ia melangkah. Tanpa didasari rasa hati-hati, Heejin terpeleset lalu tercebur kedalam kolam membuatnya kesulitan bernapas karena ia tak dapat berenang. Dingin, pening, sunyi itu yang dapat Heejin rasakan. Perlahan-lahan tubuh Heejin mulai melemas dan pengelihatannya mulai buram dan kesadarannya mulai menghilang.
Dipenjuru tempat dimanapun Hyunjin berada, ia tidak menemukan Heejin dimanapun, bahkan di taman belakang yang ia datangi tadi siang pun Heejin tidak berada disana. Apakah karena tadi mereka bertengkar Heejin pergi dari rumahnya untuk ke rumah lamanya, ya sekarang itu yang ada dipikiran Hyunjin. Untuk memastikannya, Hyunjin kembali ke kamarnya, namun istrinya tidak melarikan diri bahkan tasnya yang ia bawa tadi masih berada disana. Sungguh saat ini Hyunjin bingung harus mencari kemana lagi.
Mungkin Heejin berada di salah satu tempat yang seseorang tidak akan pernah tahu ia kemana.
"Ya Tuhan tolong bantu aku" Eluh Hyunjin, memohon supaya mempertemukan ia dengan Heejin.
Tak lama pikiran Hyunjin beralih pada salah satu tempat yang belum ia mencari keberadaan Heejin,
Kolam renang.
Dengan langkah cepat Hyunjin berlari menuju kesana, siapa tahu dugaannya benar Heejin disana.
"Kau sedang mencari apa Hyunjin?" Tanya Ayah Huang yang berpapasan dengan dirinya.
"Mencari Heejin ayah ia menghilang tolong bantu mencarinya bersama Jeno, aku akan mencarinya di kolam renang" Jelas Hyunjin lalu melanjutkan langkahnya ketempat kolam renang.
Sesampainya disana Hyunjin melihat disekitarnya namun nihil ia tidak menemukan tanda-tanda Heejin berada disana. Akan tetapi ada yang ia curigai di dalam kolam
"Astaga Heejin!" Teriak Hyunjin lalu berenang menolong Heejin untuk membawanya ke tepi kolam.
Hyunjin mengangkat tubuh Heejin lalu menekan dadanya dengan kedua tangannya berharap gadis itu bangun. Namun demi apapun Heejin sudah tidak bernapas, dan membuat Hyunjin khwatir.
"Heejin lo gak boleh mati secepat ini ninggalin gue" Ucap Hyunjin lalu memberinya napas buatan.
Tak lama ayah Huang dan Jeno menghampiri Hyunjin di kolam renang. Mereka kaget melihat Heejin yang sudah pucat itu namun dengan sekuat tenaga Hyunjin berharap masih dapat membuat Heejin bangun lagi, ya pasti.
"Aku mohon bangun Heejin!" Teriak Hyunjin, pria itu juga tidak berhenti menekan dada Heejin juga memberikanya napas buatan.
"Hyunjin sepertinya Tuhan sudah memanggil Heejin" Ucap Ayah Huang menenangkan anaknya itu.
Hyunjin menatap mereka dengan mata yang memerah, "Daripada kalian bilang Heejin udah mati mending tinggalin gue dengan Heejin!" Bentak Hyunjin bagaimanapun ia tidak akan menyerah karena Hyunjin tidak mau menyerah begitu saja, ia ingin berusaha demi apapun membuat Heejin sadar.
Masih dengan hal yang sama, Hyunjin tidak henti-hentinya melakukan itu terhadap Heejin ia yakin pasti Hyunjin masih hidup.
"Sayang kamu bisa denger aku kan? Sekarang bangun ya aku janji gak akan buat kamu gini lagi, tapi aku mohon bangun Heejin" Lirih Hyunjin seperti orang gila dan ayah dan adiknya itu hanya dapat menatapnya kasihan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Moments
Fiksi Penggemar' I promise will keep you again, nobody can't separate between us ' Ini sebuah moments tentang perjodohan dimana semua orang membencinya. Namun pada akhirnya mereka bahagia meski keterpurukan selalu terlibat dalam kehidupan mereka. Cha Heejin, seor...