Moments - 15.

261 23 0
                                    

Hyunjin mengenakan jasnya, namun ketika ia memakai dasi, tiba-tiba Heejin datang lalu memakaikannya juga merapikan jas suaminya seraya menepuk-nepuknya.

"Kalau seperti ini kan terlihat lebih rapi"

"Yah, tapi lagipula mau serapi apapun aku akan terlihat tampan" Celoteh Hyunjin yang menyombongkan dirinya.

"Bilang seperti itu saja terus setelah ini aku tidak akan melayanimu sebagai istri yang baik!" Kesal Heejin kemudian ia pergi, namun Hyunjin memeluknya dari belakang.

"Jangan bicara seperti itu sayang aku hanya bercanda"

"Iya-iya ya sudah sana pergi ke ruang makan aku sudah menyiapkan sarapan disana bersama Bibi Han"

"Sayang bagaimana kita tidak usah berangkat saja"

"Tidak Hyunjin! Kita harus berangkat kalau tidak mau ya sudah aku sendirian saja" Heejin melepaskan tautan tangan Hyunjin yang melingkar di perutnya lalu meninggalkan pria itu.

Heejin turun dari lantai atas, setelah menyuruh suaminya sarapan pagi ini. Saat itu ia melihat Jeno dari kamarnya dengan membawa koper dan itu mengundang penasaran darinya.

"Kau mau kemana Jeno?" Heejin bertanya yang mengundang perhatian Jeno yang barusan menutup pintunya

"A-ah aku akan kembali ke London kak"

"Kenapa cepat sekali? Padahal kan masih ada waktu kamu di rumah"

"Kuliah liburnya di ajukan, jadi seminggu lagi aku berangkat jadi aku harus pulang ke London lagi"

Heejin tersenyum, "Tak apa, ingat jaga baik-baik dirimu disana kalau ada apa-apa hubungi kakak" Jeno mengangguk seraya tersenyum.

"Kak aku boleh minta tolong sesuatu?"

"Iya apa?"

"Tolong jaga Brownie untukku, aku titip"

"Pasti, kakak juga mulai menyukai Brownie daripada Hyunjin jadi aku akan menjaganya untukmu"

"Ekhem aku tidak salah dengar kan?" Tiba-tiba suara itu membuat Heejin menoleh dan itu Hyunjin.

"Aku bercanda Hyunjin, ah sudahlah lupakan sekarang kita ke meja makan" Ajak Heejin lalu ia menarik kedua pria itu menuju ruang makan.

Kini mereka telah menyelesaikan sarapan bersama, bagi Heejin dapat berkumpul bersama walaupun tidak dengan ayah mertuanya, Heejin merasa seperti sedang memiliki dua anak laki-laki.

Selepasnya mereka keluar secara bersamaan, Jeno akan pergi menuju bandara harus memesan sebuah taksi. Karena tidak ada waktu Hyunjin mengantarkan adik tirinya itu ke bandara. Yah memang kakak yang sangat tidak baik. Sebelum pergi, Heejin menyempatkan salam perpisahan dengan Jeno, ia benar-benar akan merindukan adik iparnya itu atas kepergiannya.

"Hati-hati yah" Jeno mengangguk, Tak lama setelahnya mereka berangkat dengan jalur yang berbeda.

Dalam perjalanan menuju kampus Heejin. Perempuan itu tidak dapat diam seperti biasanya karena Hyunjin yang mengendarai dengan kecepatan rata-rata dalam situasi keadaan macet.

"Hyunjin! Kau tidak bisa pelan-pelan apa!?" Omel Heejin yang Hyunjin acuhkan.

"Kau dengar tidak!" Hyunjin mengerem tiba-tiba membuat Heejin terpental.

Hyunjin menatap istrinya, "Jangan cerewet seperti itu aku tidak bisa konsentrasi. Jika mau memarahiku nanti saja" Ucap Hyunjin lalu melajukan mobilnya kembali.

Heejin diam seribu bahasa setelah Hyunjin berkata seperti tadi. hingga ketika sesampainya di Universitas, Heejin hanya diam hingga saat ia ingin membuka pintu mobil Hyunjin mencegahnya keluar.

MomentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang