Moments - 31.

35 4 1
                                    

Hyunjin telah rapi dengan kemejanya pagi ini. Kali ini ia tidak pergi ke kantor melainkan menemani kontrol kandungan Yeji yang tak akan lama melahirkan. Bagaimana pun juga ia harus merahasiakan kepergian pagi ini dengan Heejin. Hyunjin lelah sungguh, menipu bahkan membuat terluka wanita yang dia sayangi kembali.

"Kau mau kemana rapi sekali?" Hyunjin tersentak ketika Heejin bertanya. perempuan itu kini sudah bangun.

Hyunjin menatap Heejin seraya tersenyum kemudian mendekatinya, memeluknya penuh dengan penyesalan. Mungkin saja kesalahannya kali ini tak dapat dimaafkan.

"Tiba-tiba saja Manager Lim menyuruhku untuk menemuinya"

"Ah begitu yah? Apakah kau terburu-buru? kalau tidak aku buatkan bekal"

"Tidak usah Heejin, aku tidak akan lama di kantor jadi tidak perlu"

"Tidak akan pulang terlambat lagi?"

"Iya aku akan pulang tepat waktu"

Heejin mencium pipi Hyunjin hangat, "Kau ingin aku buatkan sesuatu sebelum pulang?"

"Masaklah sesuatu yang enak dan jangan menghabiskan persediaan di kulkas"

"Baiklah aku pergi dulu" Hyunjin mengusap kepala Heejin kemudian menciumnya seperti biasa.

Heejin melambaikan tangannya menatap kepergian suaminya itu.

"Iya Hyunjin aku akan memasak makanan yang enak agar kau betah bersamaku"

Hyunjin mengetuk pintu apartemen Yeji, namun tidak ada sahutan dari dalam. kekhawatirannya menjadi membuat Hyunjin memasuki apartemen itu tanpa menunggu lama. Ia mencari keberadaan Yeji yang tidak ada di sana, hingga di atap barulah Hyunjin menemukannya. Yeji sedang memandangi suasana Kota Seoul di pagi hari. Hyunjin mendekati Yeji lalu mencubit pipi perempuan itu.

"Senang yah membuatku khawatir jika kau sedang sendiri?"

"Beritahu aku Hyunjin bagaimana caranya hidup dengan kedamaian"

"Aku tidak tahu juga, dunia terlalu sempit untuk mendapatkan kedamaian yang seseorang inginkan"

Yeji menatap Hyunjin lekat, "Aku mohon Hyunjin bantu aku mendapatkan kedamaian yang sesungguhnya"

Hyunjin memeluk tubuh Yeji seraya mengusap rambut perempuan itu lembut, "Aku akan mendatangkan kedamaian itu Yeji, bukan sekarang, mungkin nanti"

"Jika mau, tinggalah bersamaku jangan anggap ini semua mudah kau lakukan sendiri"

Jika seorang perempuan sedang mengandung dan membutuhkan perhatian dari sang suami, mungkin itu ada benarnya. Tetapi apakah benar Hyunjin memiliki keberanian mengatakan pada Heejin dengan terus terang? Seharusnya begitu, namun masih saja ia mengulurnya dan berkata masih belum saatnya seakan akan terasa baik-baik saja nantinya. Tapi tidak bagi Heejin yang sama dengan Hyunjin hanya sanggup memendam kebohongan keduanya yang entah akan bertahan atau tidak.

Didalam perjalanan Heejin banyak mengobrol tidak seperti biasanya, entahlah melihat Heejin yang tiba-tiba sesenang ini membuat Hyunjin juga merasa senang.

Sepulang dari rumah sakit, Hyunjin duduk di sofa yang berada di ruang tamu. Ia melongarkan dasi yang terlilit di lehernya kemudian ia merebahkan badannya. Perlahan Hyunjin mulai menutup matanya, Tiba-tiba saja ada sensasi dingin yang menyentuh pipinya membuat ia terkejut lalu membuka mata.

"Kok tidur? Ayo makan dulu Hyunjin! Aku sudah memasakan makanan kesukaanmu"

"Baiklah aku akan makan dulu kemudian tidur"

Di meja makan keduanya sangat menikmati makan malam kali ini terlebih Hyunjin yang entah lapar atau senang masakan yang Heejin buat sehingga membuatnya tidak berhenti mencicipi makanan tersebut.

MomentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang