Hyunjin merasa kedinginan ketika ia harus semalaman tidur di sofa, ia tidak dapat tidur dengan nyenyak membuatnya mengubah posisi terus-menerus hingga akhirnya ia memutuskan kembali ke kamarnya. Dengan mata yang masih sayu, Hyunjin berjalan pelan seraya menaiki anak tangga. Ketika pintu terbuka, Hyunjin melihat istrinya itu yang sudah tertidur pulas. Dengan langkah yang pelan, Hyunjin meraih selimut yang berada di samping Heejin, setelah dapat meraihnya Hyunjin kembali keluar, namun tiba-tiba langkahnya terhenti ketika Heejin yang menahanya dari belakang
"Hyunjin kamu mau kemana?" Ucap perempuan itu dengan mata yang masih sayu. Hyunjin melepaskan pelukan itu.
Hyunjin memegang bahu Heejin, "Kamu masih ngantuk kan sayang? Sekarang balik tidur oke" Pinta Hyunjin yang dibalas gelengan oleh Heejin
"Aku tidak mau tidur kalau kamu masih marah denganku" Hyunjin mengerutkan dahinya, apakah mimpi Heejin bersangkutan dengan kejadian tadi?
"Aku sudah tidak marah Heejin, sekarang kamu tidur lagi ya" Kata Hyunjin lalu mengecup kening Heejin. Selanjutnya Heejin kembali tidur di ranjangnya.
Tanpa sengaja Hyunjin tertawa ikhlas melihat kelakuan Heejin terhadapnya. Pria itu menggelengkan kepalanya lalu kembali keluar.
Kini waktu sudah menjelang subuh, Heejin bangun lebih awal entah mengapa. Tanganya meraba kesamping namun, tangannya tidak mendapatkan Hyunjin disitu. Heejin mengubah posisinya menjadi duduk ia membayangkan semalam seseorang mengecup keningnya entah siapa. Heejin memegangi wajahnya yang memanas, sungguh mimpi itu seperti kenyataan tapi bagaimana bisa? Ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Yang mimpi itu hanya khayalan tidak kejadian. Pikirnya.
Heejinberanjak dari kasur lalu ia duduk didepan cermin, ia menyisir rambutnya lalu mengikatnya dengan kuat agar tidak kendor. Setelah selesai Heejin turun kebawah karena ia akan memasak untuk sarapan pagi ini bersama.
Langkah Heejin terhenti melihat Hyunjin yang tidur di sofa dengan selimut yang menyelimuti tubuhnya. Ia berpikir mungkin karena kemarin Hyunjin tidak ingin tidur bersamanya. Lagi-lagi itu yang selalu terpikirkan membuatnya merasa bersalah telah marah terhadap suaminya. Heejin membuang napasnya lalu berjalan menuju dapur.
Hyunjin mengerjapkan kedua matanya lalu ia terduduk seraya mengumpulkan nyawanya. Setelah semalam tidur di sofa, Hyunjin benar-benar nyaman dengan selimut yang dia ambil dari kamar. Kini Hyunjin beranjak memutuskan beralih pergi ke kamar, namun ketika melihat Heejin sedang memasak tiba-tiba ia memutuskan niatnya kembali ke kamar .Dengan langkah mengendap-endap Hyunjin mendekati Heejin, lalu memeluknya dari belakang membuat sangat Heejin kaget.
"Apa yang kamu lakukan Hyunjin! Lepaskan" Sentak Heejin namun Hyunjin tidak memperdulikan kata Heejin.
"Tidak lihat aku sedang-- Ah, H-hyunjin ini geli" Rengek Heejin saat suaminya itu tiba-tiba mengecupi lehernya.
"Hey! Astaga hentikan H-hyunjin a-aku mohon" Lirih Heejin memohon ketika Hyunjin memasukan tanganya kedalam baju Heejin dan bermain-main disana membuatnya Heejin harus menahan desahnya.
"Kak sedang mas--" Jeno keluar dari kamarnya, "Loh kok hyung ada disini" Hyunjin menghentikan perbuatannya dengan perbuatan yang tertangkap basah. Ia benar-benar merasa kesal terhadap Jeno. Disisi lain Heejin bernapas lega karena kedatangan Jeno.
"Gak apa-apa tadi gue penasaran Heejin masak apa, hm keknya gue keluar dulu" Hyunjin berjalan keluar lalu saat melewati Jeno ia berbisik, "Sialan lo!" Jeno menahan tawanya melihat ekspresi kakaknya tadi.
_____________________
Mereka berkumpul di ruang makan, tapi berbeda dengan Heejin yang sedaritadi hanya menatap makananya tanpa belum ia sentuh sedikitpun. Ya akhir-akhir ini Heejin memang sedang kehilangan nafsu makanya. Hyunjin yang tengah menyantap makannya tiba-tiba terhenti ketika ia melihat Heejin yang sama sekali belum menyentuh makananya. Dan kini Heejin mengambil garpu dan sendok namun ia hanya memainkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moments
Fanfiction' I promise will keep you again, nobody can't separate between us ' Ini sebuah moments tentang perjodohan dimana semua orang membencinya. Namun pada akhirnya mereka bahagia meski keterpurukan selalu terlibat dalam kehidupan mereka. Cha Heejin, seor...