Moments - 7.

283 32 0
                                    

Aku dobel up neh, wkwk... Ini semua berkat skz comeback Levanter kan aku semangat ngetik+up nya hehe. Dan buat vote nya (*´︶'*)♡Thanks!

Jeno baru saja turun dari pesawat menuju ruang tunggu, entah kenapa baru sekarang ia baru ingin pulang setelah tiga tahun di London untuk kuliah disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno baru saja turun dari pesawat menuju ruang tunggu, entah kenapa baru sekarang ia baru ingin pulang setelah tiga tahun di London untuk kuliah disana. Jeno tidak dijemput pihak keluarga bahkan kakaknya itu juga tidak menjemputnya di bandara katanya sibuk. Jeno memainkan jarinya meng-klik aplikasi di layar ponselnya lalu memesan sebuahtaksi online. Tak butuh waktu lama, taksi datang lalu menjemputnya menuju lokasi yang telah terpampang di lokasi.

Jeno turun dari tadi, iamenatap rumahnya itu, ya tidak ada yang berubah masih seperti dulu hanya saja ada bagian rumah yang selesai di renovasi. Jeno berjalan lalu didepan pintu ia menekan tombol bel. Tak butuh waktu lama pintu itu terbuka, namun apa yang dia lihat? Seorang gadis dalam rumah? Kenapa bisa

"Kamu adiknya Hyunjin kan?" Tanya gadis itu yang belum Jeno ketahui identitasnya di rumah ini siapa.

Lelaki itu menaikan alisnya, "Ya, kamu siapa ya?"

Heejin tersenyum lalu menyodorkan tanganya, "Saya Heejin istri dari kakakmu Hyunjin" Jeno masih merespon ucapan perempuan itu, memangnya kakaknya itu sudah menikah ya? lalu kenapa ia tidak tau

Jeno membalas, "Aku Huang Jeno, senang bertemu kau" Ucapnya tersenyum singkat.

Setelahnya Heejin menyuruh adik iparnya masuk rumah. Lelaki itu kagum dengan rumahnya itu, ya terlihat sangat bersih dan harum. Ia berpikir apakah kakak iparnya ini yang mengerjakan semuanya? Sungguh Hyunjin itu menganggap Istrinya itu pembantu?

"Ah iya Jeno setelah dari kamar nanti makan ya, aku akan menyiapkannya dulu" Ia tersenyum tersenyum lalu mengangguk. Kemudian Jeno berjalan melangkah ke kamarnya.

Jeno membuka kamarnya lalu menaruh tasnya diatas ranjang, ia membuka tasnya lalu mengeluarkan figura yang berfotokan dirinya dan seorang gadis. Ah Jeno rindu dengannya hingga ia membayangkan apakah gadis itu tenang di surga atau sekarang dia sedih disana.

"Andai kau masih hidup, aku pasti senang bahkan rindu jika aku jauh darimu" Jeno tersenyum seraya mengusap foto wajah gadis itu.

Sedikit ada penyesalan di lubuk hati Jeno sekitar tujuh tahun lalu ketika gadis yang berada di figuranya itu tiba-tiba pergi meninggalkanya karena kecelakaan dan,  Ia benar-benar menyesal saat itu, karena kesalahannya Jeno memutuskan untuk kuliah di London untuk menenangkan dirinya atas perbuatanya sendiri. Jika kejadian itu dapat diputar kembali Jeno akan mengubahnya namun, mau bagaimana lagi jika sudah terjadi akan dibilang terlalu mustahil untuk mengulangnya kembali.

Jeno berdiri lalu berjalan keluar dari pintu kamar,  ia beranggapan pasti kakak iparnya itu telah menyiapkan semuanya untuk dihidangkan. Sesampainya di meja makan Jeno bertemu Hyunjin, pria itu telah kembali. Dengan tenang ia mendekati ke arah meja lalu duduk di antara mereka.

"Aku pikir kau tidak akan makan, kan aku ingin menghabiskan semuanya saja" Kata Hyunjin yang benar-benar membuat Heejin ingin sekali menyumpal mulut suaminya itu.

"Hyunjin... " Lirih Heejin pelan, kemudian pria itu hanya bergeming.

Heejin senang melihat mereka memakan masaknya dengan senang hati dan itu adalah nilai plus bagi Heejin karena ia berbakat saat memasak. Namun disela-sela saat makan, dirinya terasa tidak enak pada perutnya lalu merasakan mual. Heejin berlari ke kamar mandi membuat dua pria itu bingung.

"Kak, istri lo itu hamil?" Tanya Jeno penasaran yang membuat Hyunjin tersedak saat makan.

"Gak lah ya kali dia hamil, mungkin dia mau datang bulan kali" Ucap Hyunjin asal.

Jeno mengerutkan dahinya, "Emang kalau datang bulan ada acara mual-mual gitu?" Hyunjin mengedikkan bahu.

"Gak lo bawa ke rumah sakit aja dulu?"

"Gak usah biar gue aja yang ngobatin dia"

"Lo kan bukan dokter"

"Tapi gue segalanya buat dia" Jeno hanya bisa mengumpat mendengar kata sok-sokan dari kakak tirinya itu.

Heejin kembali ke ruang makan lalu duduk dihadapan dua kakak-adik itu. Hyunjin melirik istrinya itu, demi apapun Heejin terlihat sangat pucat. Apa benar ia harus membawa Heejin ke rumah sakit, ah tapi sepertinya tidak usah.

"Heejin, setelah ini kamu tidak usah cuci piring langsung tidur di kamar aku antar" Intrusi Hyunjin, ia hanya tidak ingin Heejin membuatnya susah karena mengetahui kalau Heejin sakit.

"T-tapi Hyunjin siapa yang akan mencuci piring?" Tanya Heejin seraya memegangi perutnya yang masih terasa nyeri.

"Jeno" Hyunjin melirik Jeno yang membuat sangat empu melotot ke arahnya.

"Kok gue sih anjing?"

"Kalau di London lo pernah nyuci piring kenapa gak dipraktekin disini, itung-itung lah berbuat baik sama orang"

"Lah sialan! Gue baru dateng malah suruh kerja"

"Halah udah sono kerjain"

Hyunjin berdiri lalu mendekati Heejin, menggendong gadisnya itu ala bridal style menuju ke kamarnya. Jeno menatap kedua suami istri itu, sungguh demi apapun ia tetap menilai Hyunjin yang tidak jauh beda dari dulu. Sifatnya, prilakunya, cara meluluhkan perempuan sama saja. modus.

Ketika dikamar, Hyunjin merebahkan tubuh Heejin ke atas kasur. Mungkin kalau ayahnya ada di rumah pasti Ayah Huang menyuruh Hyunjin membiarkan Heejin sakit, ah tapi tidak seperti itu juga sih.

"Hyunjin bisa kah kau cari penghangat seperti Minyak Kayu Putih atau salonpas?" Ujar Heejin yang masih memegangi perutnya

"Kau sakit? Kan tadi kamu udah makan kenapa masih sakit perut?"

"Aku tidak tahu! Lebih baik cepat kau cari itu!" Hyunjin menghela napas lalu mencari barang yang disuruh Heejin

Hyunjin memberikan Minyak Kayu Putih kepada perempuan itu dan langsung di ambil oleh Heejin. Ia mengoleskan Minyak Kayu Putih ke perutnya, hingga perlahan-lahan sakit perutnya hilang.

"Udah gak sakit lagi kan? Ya udah gue mau turun main game sama Jeno, kau ngantuk tidur saja duluan" Hyunjin pergi dari hadapanya, entahlah Heejin merasa suaminya perlahan tapi pasti akan berubah menjadi buruk.

Memang Hyunjin selalu berbuat semaunya tanpa memikirkan apa resikonya itu kecil atau besar terhadap perasaan Heejin. Namun, ia selalu tidak keberatan saat suaminya memperlakukannya seperti itu, yang terpenting Hyunjin masih mamenyalurkan rasa kasih sayangnya kepada Heejin. Ya Syukur-syukur Hyunjin mau membantunya tadi walaupun dengan cara yang berbeda. Akhirnya Heejin menutup matanya lalu tertidur seraya memeluk kakinya, dengan posisi ini membuat perutnya tidak sakit.

Hyunjin menuruni tangga lalu melihat ke arah Jeno yang sedang menonton televisi lalu ia menghampirinya kemudian duduk di sebelah lelaki itu.

"Loh ngapain lo ke sini?" Tanyanya bingung pasalnya Jeno beranggapan Hyunjin juga akan tidur bersama istrinya

"Males di kamar suruh ini itu sama Heejin"

"Lo itu bego ya? Wajarlah dia kek gitu, namanya sakit lagipula lo suaminya malah gitu"

"Yah lo taulah dari dulu kek gimana gue"

"Alah alesan, kapan mau berubahnya lo aja kek gini terus"

"Eh lo ada benernya sih"

"Serah dah lo sialan!"

"Slow dong gue kesini mau ngajak lo ngegame mau gak"

"Yaelah ngomong dong kalau mau ngajak ngegame gak seharusnya gue marah, emang sih ya elo tuh" Hyunjin cuman ketawa lalu ia mengambil Stick PS memberikan satunya untuk Jeno.

Semarang, 15 Desember 2019

MomentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang