Moments - 32.

38 3 0
                                    

Pria itu duduk termenung di ruang tamu bersama Yeji yang khawatir sejak kepergian Heejin tadi. Mantan kekasihnya itu hanya diam dan sesekali menangis. Hanya pelukan dan nasihat yang dapat ia sampaikan terhadap Hyunjin meski pria itu tidak mendengarnya. Di pikiran Hyunjin hanya bagaimana Heejin dapat kembali denganya kembali.

Yeji tetap berada disisi Hyunjin sampai pria itu benar-benar dapat menenangkan dirinya. Kemudian Yeji mencoba memeluk Hyunjin dalam dekapannya, kali ini Hyunjin tidak menolak bahkan ia juga memeluk balik Yeji. Jika Heejin tidak dapat berada di sisinya, Hyunjin akan menerima Yeji sementara menggantikan posisi Heejin untuknya.

Kejadian apapun yang telah terjadi saat ini adalah pelajaran bagi Hyunjin entah sekecil apapun masalah itu, pastinya akan menjadi besar meskipun ditutupi setebal apapun. Mau kesalahan yang Hyunjin perbuat sendiri atau terjebak dalam permainan yang ia tidak mengerti, itu tetap kesalahannya yang harus ia terima dalam keadaan apapun. Kesalahan tidak selalu mendatangkan kehancuran namun dapat menjadi kebahagiaan darimana letaknya.

Berhari-hari, berbulan-bulan kini Hyunjin dapat melewati kepergian Heejin dan menerima Yeji sementara menggantikan Heejin. Yeji tidak pernah menentang atau cemburu terhadap Hyunjin yang gemar bercerita tentang Heejin. Ia paham bagaimana pria itu berbicara merendahkan dirinya atau sebagai teman cerita.

"Kau ingin ke kantor?"

"Ya ada tugas mendadak yang harus aku kerjakan" Hyunjin mengusap rambut Yeji pelan dan diakhiri mengecup perut besar Yeji yang sebentar lagi akan melahirkan

"Tapi Hyunjin aku takut bagaimana nanti jika aku-"

"Tenang saja, aku akan langsung menemuimu kalau terjadi sesuatu" Yeji mengangguk paham

Yeji menghela nafasnya pelan, ia meraih ponsel miliknya dan menghubungi nomor milik Heejin.

"Hallo Heejin?"

"Ya Yeji kenapa menghubungiku apa keadaanmu dengan Hyunjin buruk akhir-akhir ini?"

Yeji menggeleng, "Tidak, aku dengan Hyunjin baik-baik saja, kau tidak ingin kesini?"

"Sepertinya tidak bisa lagipula aku sibuk setelah mendapat pekerjaan kemarin"

"Wah kau sudah bekerja?"

"Ya begitulah, ah ya sudah aku- Yeji kau tidak apa-apa!?" Tanya Heejin yang kaget mendengar rintihan Yeji.

Kemudian terdengar suara Bibi Han, "Non Heejin?"

"Ah Bibi Han! Yeji kenapa?" Heejin panik setelah suara tergantikan oleh Bibi Han.

"Sepertinya Non Yeji mau melahirkan tadi saya melihatnya kesakitan saat telepon sama Non Heejin terus ya saya nyuruh dianterin ke rumah sakit"

"Bagaimana dengan Hyunjin? Bibi sudah mengabarinya?"

"Oh ya bibi lupa, saya kabarin dulu ya non" Ketika ingin menjawab, panggilan telah ditutup.

Entah kenapa ia begitu mencemaskan Yeji sampai menyuruh Bibi Han menelepon Heejin. Seharusnya ia tidak melakukan itu.

Hyunjin berlari menuju lift setelah mendengar kabar bahwa Yeji akan melahirkan. Ia menunggu lift yang terbuka cukup lama dan membuatnya kesal

"Shit!"

Hyunjin berlari menuju tangga diikutin Manager Lim yang kewalahan mengejar atasanya yang berlari cepat itu, ia belum pernah melihat Hyunjin mencemaskan sesuatu yang berhubungan dengan istrinya, Heejin. Padahal Manager Lim tidak tahu yang dikhawatirkan bukan Heejin melaikan Yeji.

Hyunjin yang telah sampai, kemudian duduk di kursi pengemudi. Sementara Manager Lim yang baru saja sampai ia harus kebingungan duduk dimana, dan akhirnya duduk di sebelah kursi pengemudi.

MomentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang