BAB 7

610 35 0
                                    

"Kak Rahmat ganteng banget!"

"Udah cakep, ketua OSIS juga."

"Napa sih, Raisa nggak nerima Kak Rahmat?"

"Iya tuh cewek nggak liat apa ya? Orang seganteng itu dia tolak mentah-mentah."

"Emang nggak liat kali."

"Sombong banget ya?"

"Iya."

Raisa memutar bola matanya malas. "Please deh. Orang yang kalian lagi omongin ada di deket kalian."

"Ya bagus dong," sahut Fily.

"Daripada kita ngomongin dibelakang kamu?" ucap May.

"Ya udah kalo Raisa maunya kita ngomongin dibelakangnya," Tiwi memundurkan kursinya.

Tiwi sedikit menekuk lututnya berdiri di belakang Raisa. Fily mengikuti Tiwi.

"Fily, tau nggak kapten basket SMK kita?"

"Ihh, tau. Raisa kan? Kenapa? Dia kenapa?" ucap Fily rempong.

Raisa memutar bola matanya malas.

"Masa ya, dia nolak ketos kita pas nembak dia beberapa minggu lalu. Sok banget kan?"

Fily menghela napas lega. "Syukur deh, ditolak."

Tiwi mengernyit, "Kok bersyukur?"

"Ya kan kalo dia nerima, mati dong?"

Tawa Raisa dan keempat sahabatnya berderai. Tiwi menoyor kepala Fily gemas. "Fily bego!"

Aurel menatap Raisa. "Ra, kak Rahmat tuh ganteng, manis, baik, pinter, ketua OSIS. Kok kamu tolak sih?"

Raisa mendengus. "Buat kamu aja kalo kamu suka."

"Ihh, bener?" pekik Aurel. "Aku suka lah."

Tiwi memukul bahu Aurel. "Inget Abangku Rel. Aku bilangin Bang Arjun lho!"

Aurel nyengir lebar. "Jangan bilangin Wik. Bercanda doang elah."

"Hm," jawab Tiwi singkat.

"Kenapa ya kalian suka mukul bahu aku? Sakit tau!" Aurel mengusap bahunya. "Udah sampe kecil gini."

"Kecil dari mana?" Nita mengukur bahu Aurel menggunakan tangannya. Aurel menyampar tangan Nita kasar.

"Bahu kamu itu kayak kasur busa, Rel. Empuk," Fily tertawa.

"Nggak."

Kedua mata Aurel berbinar mendapat belaan dari Tiwi. Senyumnya pudar mendengarkan Tiwi melanjutkan ucapannya.

"Nggak kayak kasur busa. Tapi, kayak samsak punya Papanya Raisa. Jadi enak buat di pukul."

Aurel menampilkan ekspresi wajah melasnya. "Jahat!"

"Mending diet deh, Rel. Udah gemuk tuh pipi," saran Nur.

"Kalo aku gendut, yang penting aku udah punya pacar. Nggak kayak," Aurel menunjuk Nur menggunakan dagu. "Yang nggak bisa move on dari mantan."

Nur melotot, "Enak aja!"

Aurel tertawa sebelum berhenti mendengar celetukan Nita. "Aurel tambah gendut deh."

"Aku tuh nggak gendut!" Aurel memukul bahu Nita gemas.

Aurel menoleh ke arah Raisa, berharap sahabatnya itu berbaik hati menghentikan ejekan dari sahabat-sahabatnya. "Aku nggak gendut kan, Ra?"

"Nggak kok, nggak gendut." Raisa tersenyum menenangkan. "Kamu itu nggak gendut kok. Tulang kamu aja yang besar-besar."

"Tuh denger tuh. Kata Raisa aku nggak gendut. Tulang aku aja yang be-" Aurel menoleh ke arah Raisa dan berteriak tepat di telinga cewek itu. "Apaa?!"

Rasha dan Raisa✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang