BAB 21

440 34 0
                                    

Raisa turun dari mobil Rahmat yang mengantarnya pulang. Cewek itu menundukkan kepalanya. "Makasih kak udah nganterin sampe rumah."

"Sama-sama," Rahmat tersenyum hangat.

"Ya udah hati-hati kak."

"Nggak disuruh masuk dulu apa, Ra?"

"Di rumah nggak ada siapa-siapa kak. Bi Inem pergi ke pasar."

Rahmat mengangkat satu alisnya. "Ke pasar jam tiga sore ya?"

Raisa meringis karena ketahuan berbohong. "Ehh, bi Inem cari sayur jam segini kak. Katanya lebih seger sayurnya, hehe. Mainnya lain kali aja ya," kekeh Raisa.

Rahmat mengangguk paham. "Ya udah deh, lain kali aja. Daa Ra."

Raisa menghela napas lega setelah mobil Rahmat melaju. Cewek itu berjalan masuk ke rumahnya tidak memperdulikan teriakan cowok yang berdiri di depan pagar rumah cowok itu.

"Raisa ajarin gue naik sepeda dong!" teriak Rasha.

"Males," sahut Raisa sebelum menutup pagar.

Rasha memanjat pagar rumah Raisa. Cowok itu berteriak, "Raisa, ajarin gue naik sepeda dong."

"Berisik!" sahut Raisa yang berada di balkon.

Rasha terkekeh, "cepet banget lo sampe lantai dua."

"Nggak usah berisik!"

"Ra, ajarin gue naik sepeda dong! Gue pengen bisa naik sepeda, Ra."

"Males."

"Ayolah Ra. Satu jam gue udah bisa naik sepeda kok."

"Emang bisa?"

"Yee, ngeremehin seorang Rasha. Gue kalo belajar tuh cepet kalo niatnya besar."

Raisa kembali ke dalam kamarnya. "Woi, malah masuk lagi. Raisa!"

"Nggak usah teriak-teriak!" pintu pagar rumah Raisa terbuka. Cewek itu membawa keluar sepedanya. "Satu jam aku ajarin kamu naik sepeda."

🐬🐬🐬

Raisa mengendarai sepedanya memutari Rasha. "Ngapain muter-muter gitu?" protes cowok itu.

"Mau pamer kalo aku bisa naik sepeda," kekeh Raisa. Cewek itu turun dari sepedanya. "Cepet naik."

"Gue takut jatuh, Ra."

"Aku bantu kamu bangun lagi."

"Duh, jadi laper. Ehh, baper," Rasha nyengir lebar.

Raisa menjitak dahi Rasha membuat cowok itu mengaduh. "Jadi belajar nggak?"

Rasha mendengus kesal. "Ya jadi dong, sayang."

Raisa melotot. Tangan kanannya yang mengepal diarahkan ke wajah Rasha. Rasha meneguk ludahnya susah payah. "I-iya jadi Ra."

Raisa menurunkan tangannya. Raisa memegangi bahu Rasha dan stang kiri sepeda. Jantung Rasha berdetak melebihi ritme ketika Raisa menumpukkan tangan kirinya dengan tangannya.

Rasha menginjakkan kedua kakinya di pedal. Ia mulai mengayuh sepedanya. Cowok itu hampir jatuh kalau ia tidak gesit menapakkan kakinya ke aspal.

Keringat yang menetes tidak menghilangkan semangat Rasha yang ingin bisa naik sepeda dan semangat Raisa mengajari Rasha. Raisa berjalan cepat mendorong Rasha. Perlahan ia melepaskan tangan kirinya dari stang sepeda. Kemudian melepaskan tangannya dari bahu Rasha.

Cowok itu berteriak kencang. "Gue bisa naik sepeda!"

"Yeay, Rasha bisa!"

Rasha menghentikan laju sepeda dan meletakkan sembarang tempat sepeda Raisa mendengar teriakan cewek itu. Rasha berlari mengampiri Raisa.

"Gila, cepet juga ka-"

Rasha menarik tangan Raisa. Membawa cewek itu ke dalam dekapannya. Memeluknya erat. Raisa mengerjapkan kedua matanya. Tangannya terangkat nenepuk kedua bahu Rasha.

"Sha, lepasin!"

Niat Raisa untuk berteriak tepat di telinga Rasha terurung ketika merasakan air mata yang membasahi puncak kepalanya. Kedua tangan Raisa yang mengepal terbuka lalu terangkat dan mengusap punggung cowok itu.

Kedua mata Raisa membulat mendengar detak jantung Rasha yang berdegup kencang.

🌿

Napa tuh si Rasha nangis?

Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

Rasha dan Raisa✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang