BAB 35

449 35 3
                                    

Rasha mencekal pergelangan tangan Raisa yang berjalan cepat meninggalkannya. "Lo jalannya cepet banget, sih."

"Nanti makanannya keburu habis."

Rasha mengacak puncak kepala Raisa gemas. "Kita sampe aja belum buka, Ra. Bazarnya baru mulai jam lima."

Raisa tertawa kecil. "Iya, iya."

Rasha mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Cowok itu menyodorkan hoodie berwarna abu-abu muda kepada Raisa. Raisa mengangkat sebelah alisnya.

"Pake hoodienya biar nggak keliatan banget habis pulang sekolah."

Raisa mengangguk dan segera memakai hoodie pemberian Rasha. Raisa mengernyitkan dahinya melihat tulisan kecil pada hoodie.

"Rara?"

Rasha tertawa kecil. "Iya, Rara."

"Maksudnya?" tanya Raisa yang belum mengerti.

"Lo pasti tahu lah."

Dahi Raisa mengerut dalam. Rasha tertawa melihat Raisa. Tangan cowok itu terangkat mengusap dahi Raisa.

"Nggak usah dipikirin."

Raisa melihat Rasha mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya lagi. Cowok itu mengeluarkan hoodie yang sama dengan yang Raisa pakai.

"Ceritanya couple-an nih?"

Rasha tertawa, "iya dong."

"Sha, kita naik apa?" tanya Raisa. "Kamu bukannya tadi pagi ngojek ya?"

"Naik bis," jawab Rasha sambil tersenyum lebar.

"Haa?"

🐬🐬🐬

Rasha dan Raisa menunggu bus di halte depan sekolahannya. "Kok lo nggak beli skateboard baru?" tanya Rasha yang melihat Raisa menenteng skateboardnya.

"Nggak."

"Mending beli yang baru. Skateboardnya juga udah jelek gitu."

Raisa menoleh dan tersenyum ke arah Rasha. "Biarin. Yang penting masih di pake kan?"

Rasha mengangguk. "Lo sayang banget ya sama skateboard itu?"

Raisa menunduk menatap skateboardnya. "Banget. Skateboardnya dari Bagus."

Senyum Rasha perlahan memudar. "Nama Bagus belum hilang dari hati lo ya, Ra?"

Raisa menoleh mendengar Rasha yang sepertinya bertanya kepadanya tapi dengan suara yang sangat pelan. "Kamu nanya apa?"

Rasha tersenyum. "Ehh, nggak. Itu bisnya udah dateng. Yuk naik," ucap Rasha bertepatan dengan bis yang berhenti di depan mereka.

🐬🐬🐬

Rasha menunduk. "Ra, maaf ya. Lo jadi nggak nyaman gini," ucap Rasha.

Mereka berdiri dan berdesakan dengan penumpang lain karena semua kursi penuh. Jam setengah lima sore memang pas jam pulang orang bekerja.

Raisa mendongak menatap Rasha. "Nggak papa. Aku jadi punya pengalaman naik bis berdiri," kekeh Raisa.

"Apalagi naiknya sama orang ganteng kayak gue ya?" Rasha menaik turunkan kedua alisnya.

Raisa tak sadar berdehem pelan. Rasha tertawa. "Akhirnya Alea Raisa mengakui kegantengan seorang Rasha," seru Rasha.

Raisa menutup mulut Rasha yang berteriak membuat mereka berdua menjadi pusat perhatian. "Diem!"

Raisa menahan napasnya. Jantungnya lagi-lagi berdetak melebihi ritme saat menatap kedua mata Rasha dari dekat. Raisa tersadar setelah Rasha mengedipkan satu matanya ke arah Raisa.

Raisa menjauhkan wajahnya dan menurunkan tangannya. Rasha tersenyum jahil. "Kok muka lo merah, Ra?"

Raisa memalingkan wajahnya. "Kepanasan," alasannya.

"Yakin kepanasan?" goda Rasha.

Raisa berdecak. "Bawel ihh."

"Permisi."

Duk

Dahi Raisa menubruk dada bidang Rasha. Raisa menjauhkan kepalanya lalu menunduk dalam menyembunyikan kedua pipinya yang memerah.

Cewek itu berdehem berulang kali berusaha mengurangi detak jantungnya yang berdetak melebihi ritme.

"Tadi kedorong sama orang."

Rasha tertawa kecil. "Kalo mau gue peluk bilang aja kali. Nggak usah pake alasan kedorong orang deh."

"Nggak," Raisa yang salah tingkah memukul pelan perut Rasha.

Rasha tertawa melihat Raisa. Ia menahan tawanya melihat kedua pipi Raisa yang memerah. "Nggak salah?"

"Rasha!"

Rasha terbahak ketika Raisa memukul bahunya. "Ciee, salting."

🐬🐬🐬

Seorang cewek dan cowok berjalan bergandengan di tengah kerumunan. Sang cowok menggenggam erat tangan sang cewek, begitu juga sebaliknya. Mereka seperti tidak mau kehilangan satu sama lain.

Terkadang sang cowok melindungi kepala sang cewek dengan telapak tangannya ketika kerumunan semakin banyak.

"Gini banget dah nasib jomblo."

Raisa menoleh ke arah Rasha. Ia mengikuti arah pandangan Rasha. Tawanya berderai mengetahui alasan wajah memelas cowok itu.

"Sabar ya, mblo," ejek Raisa.

Rasha menoleh ke arah Raisa. "Ngaca mblo."

"Aku itu single. Kan belum pernah pacaran."

"Emang beda?" tanya Rasha polos.

Raisa mengedikkan bahunya. "Kayaknya sih beda."

"Lo belum pernah pacaran. Nggak ada yang naksir ya?" ejek Rasha.

"Enak aja," Raisa menoyor kepala Rasha. "Kalo aku sebutin satu-satu siapa yang naksir sama aku nanti pegel mulut aku," ucap Raisa sambil terkekeh.

"Sombong amat," tawa Rasha berderai. "Kalo gitu gue juga single dong."

"Kok bisa?"

"Kan gue juga belum pernah pacaran," Rasha nyengir lebar.

Sekarang tawa Raisa yang berderai. "Haha, nggak ada yang naksir," ejek Raisa.

"Enak aja. Gue juga banyak yang naksir. Tapi ya gitu," Rasha mengangkat kedua bahunya.

"Kenapa?"

"Nggak ada cewek yang bikin gue kagum, terpesona, dan jatuh hati pada pandangan pertama."

"Emang beneran nggak ada?" tanya Raisa polos.

"Iya. Tapi sekarang gue udah ketemu sama satu cewek yang bikin gue nggak cuma naksir sama dia tapi gue udah sayang banget sama cewek itu."

"Siapa?" tanya Raisa tidak sadar.

Rasha tersenyum. Ia mengusap pipi kanan Raisa. Menatap lekat kedua bola mata Raisa. "Lo cewek itu, Alea Raisa."

Raisa membeku. Kedua pipinya panas. Dan entah untuk keberapa kalinya Rasha membuat jantung Raisa berdegup kencang.

Raisa menunduk menyembunyikan kedua bola matanya yang berkaca-kaca. Cewek itu terharu mendengar ucapan Rasha yang membuat hatinya menghangat. Apalagi melihat keseriusan di kedua bola mata cowok itu.

Ada apa dengan Raisa?

🌿

Habis makan banyak gula pasir kali ya si Rasha sampe bisa manis banget kata-katanya?

Ngingetin aja, siapkan hati kalian untuk membaca beberapa part kedepan yaa😉 soalnya aku aja sampe nangis ngetiknya. Emang dasarnya aku baperan sih😂

Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

23-12-2019

Rasha dan Raisa✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang