BAB 25

415 32 0
                                    

"Ra, kenapa?"

Raisa membuka mata dan menutupnya kembali ketika ia bersin. Sekilas ia melihat sahabat-sahabatnya sudah mengelilinginya.

"Aku bersin."

"Kita semua tahu kalo kamu bersin," dengus Aurel.

Fily menyentuh dahi Raisa. "Kamu nggak demam kok."

"Kalo kamu bersin-bersin gini," mereka menoleh ke arah May. "Kamu nyium bunga?" tebak May tepat.

Raisa mengangguk samar.

"Kok bisa ada bunga?" heran Tiwi.

"Aku dikasih bunga sama kak Rahmat."

"Haa?" pekik mereka.

Raisa menatap sekilas mereka. "Lebay. Biasa aja kali. Ng-nggak usah pake teriak-teriak."

Fily menggeleng takjub. "Nggak nyerah-nyerah tu ketos."

"Kamu terima nggak Ra?" tanya Nur penasaran.

"Ya nggak lah."

"Yahh, kasihan kak Rahmat."

Raisa mendelik. "Kok malah kak Rahmat yang dikasihanin? Kan yang bersin aku."

"Kan kak Rahmat yang patah hati," ucap Tiwi.

Raisa mengangkat satu alisnya. "Kenapa bisa patah hati?"

"Udah kamu tolak beberapa kali," ucap Nita.

Raisa mengangguk paham. "Yang aku tolak bunganya."

"Berarti kamu nerima dia?" mata Aurel berbinar.

Raisa menoyor kepala Aurel. "Nggak. Kak Rahmat nggak nembak aku lagi. Dia cuma mau kasih bunga ke aku."

"Kenapa dia ngasih bunga?" tanya Fily.

Raisa mengedikkan bahunya tidak tahu. Cewek itu mengeluarkan ponselnya yang berbunyi. Raisa mengerjapkan kedua matanya melihat nama yang muncul di layar ponsel.

"Astaga!" pekik Nur tepat di telinga Raisa.

Raisa mengusap telinga kanannya. "Biasa aja, bego."

"Ya maap Raisa sayang," Nur nyengir tanpa dosa.

Raisa bergidik geli.

"Siapa yang telepon, Ra?" tanya Nita.

"Ahh, iya kan. Aku jadi lupa ngangkat."

Raisa melirik tajam Nur yang sedang nenikmati teh hangatnya. Nur memejamkan matanya. "Enak."

Raisa menoyor kepala Nur membuat sahabatnya itu mendelik ke arahnya. "Tuh kan, Mama aku udah matiin teleponnya. Gara-gara kamu sih Nur," omel Raisa.

"Kok aku sih?" ucap Nur tidak terima.

Sahabat-sahabat Raisa melirik ponselnya yang tergeletak di meja. Mereka mengangkat satu alis melihat nama yang muncul pada layar.

Nyonya besar

"Itu siapa?" tanya Fily.

"Mama," Raisa mengangkat ponselnya lalu meletakkannya lagi. "Udah ah, aku nggak mau angkat."

"Hallo Ma?"

"Yee," seru mereka bersamaan melihat Raisa yang menggeser tombol hijau pada layar ponselnya.

"Katanya nggak mau ngangkat!"

"Emang sih nggak ngangkat hapenya, tapi ngangkat teleponnya."

"Tau tuh, dasar nggak jelas."

"Ssstttt," desis Fily.

Aurel mendorong wajah Fily menggunakan telapak tangannya. "Diem!"

"Fily berisik banget sih!" gerutu Fily.

May menoyor kepala Fily. "Mbak, anda lupa sama nama sendiri ya?"

"Ohh iya. Fily kan nama saya. Jadi saya menge-"

"Berisik!" sewot Nur.

Fily, May, dan Aurel menunduk. "Maaf Nyonya."

Raisa menoleh ke arah Tiwi yang menendang kakinya di bawah meja. "Loudspeaker, Ra."

"Maaf Ma, berisik banget disini."

"Nggak papa."

"Tumben nelpon Alea. Kenapa Ma?"

Tumben nelpon Alea

Lina mematung mendengar ucapan anak tunggalnya. Lina mengusap air matanya yang tak sadar menetes.

"Mama bisa minta tolong sama Alea?"

"Minta tolong apa Ma?"

🌿

Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

Rasha dan Raisa✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang