BAB 34

407 29 0
                                    

Raisa sedang memanasi mesin motornya. Seseorang mengetuk bagian belakang helm Raisa. Raisa membeku ketika Rasha menaruh dagunya di pundak kiri Raisa.

"Ajarin gue naik motor dong, Ra."

Raisa mendorong wajah Rasha dengan telapak tangannya. "Aku mau ke rumahnya Fily."

"Sebentar aja, gue cepet belajar kok."

Raisa menutup wajah Rasha dengan telapak tangannya. "Nggak usah sok melas."

Rasha menampilkan wajah memelasnya lagi. "Makanya ajarin gue ya, Ra?"

Raisa memutar bola matanya malas. "Ya udah, iya."

Rasha tersenyum lebar. "Oke. Gue ganti baju dulu ya. Masih pake seragam nih," Rasha menunjuk seragam sekolah yang masih ia pakai.

"Nggak usah, kelamaan." Raisa melepaskan helmnya dan memberikan kepada Rasha.

"Pakein dong," Rasha nyengir lebar.

"Manja. Pake sendiri," Raisa mendorong helm itu dan tak sengaja mengenai perut Rasha.

"Aduh," Rasha mengusap perutnya.

"Ehh maaf, Sha," Raisa tak sadar ikut mengusap perut Rasha.

Rasha tersenyum jahil. "Kotak-kotak kan perut gue."

Raisa mendongak menatap Rasha lalu mencubit perut cowok itu. "Aduh, sakit Ra," gerutu Rasha.

Raisa mendengus kesal, "biarin."

"Nggak diusap lagi nih perut gue. Kali ini beneran sakit lho," Rasha menaik turunkan kedua alisnya.

Raisa melirik tajam Rasha. "Bodo amat."

Rasha tertawa kecil. "Lo nggak pake helm?"

"Kita latihannya di sekitar komplek aja."

Rasha mengangguk lalu memakai helm. Rasha naik ke motor Raisa setelah cewek itu turun dari motornya.

Raisa yang duduk di belakang memberi instruksi. "Nyalain motornya. Gas pelan aja. Ini motor matic jadi gampang."

"Oke. Bismillah." Rasha menyalakan motor dan mengegasnya. Rasha tersentak kaget motornya melaju kencang.

"Rasha, rem motornya!"

Mereka menghela napas lega. Raisa memukul keras bahu Rasha dari belakang. "Untung nggak nabrak tiang listrik. Aku bilang pelan-pelan, Sha!"

Rasha menunduk merasa bersalah. "Maaf, Ra. Gue nggak jadi belajar aja."

Raut wajah Raisa melunak. "Kok gitu?"

"Gue nggak mau kalo lo celaka gara-gara gue," jujur Rasha.

Kenapa perkataan Rasha begitu manis terdengar di telinga Raisa?

Raisa menghela napas. "Kalo kamu nggak belajar sekarang, aku nggak mau ngajarin kamu lagi. Aku telat dateng ke rumah Fily nggak papa deh. Asal hari ini kamu bisa bawa motor sendiri."

"Tapi gue tetep nggak bisa bawa motor, Ra," ucap Rasha datar. "Motor itu berat. Gue bisanya mengendarai motor bukan membawa motor."

Rasha tertawa melihat Raisa yang menepuk jidatnya.

🐬🐬🐬

Mereka duduk di depan rumah Raisa menghadap ke arah matahari terbenam. Rasha menoleh ke arah Raisa yang sedang mendongak menatap langit.

"Makasih ya, Ra. Lo udah ngajarin gue sampe gue bisa."

"Iya sama-sama."

Rasha mengacak puncak kepala Raisa gemas sambil tersenyum manis.

Deg

Raisa membulatkan kedua bola matanya. Cewek itu membeku. Jantungnya tidak pernah berdetak sekencang ini mendapat perlakuan manis dari seorang cowok.

Mengapa dengan Rasha jantungnya berdetak sekencang ini?

🐬🐬🐬

"Raisa," panggil Rasha membuat cewek yang sedang memakan bakso menoleh ke arahnya.

"Hm," sahut Raisa yang sedang mengunyah bakso.

"Raisa."

"Hm."

"Raisa."

"Hihh, apa Sha?" tanya Raisa gemas.

Rasha tertawa kecil. "Ada bazar di taman."

Raisa mengangkat satu alisnya bingung. "Terus?"

"Gue mau ajak lo ke sana."

"Kapan?"

"Habis pulang sekolah."

Raisa menatap Rasha tidak percaya. "Sekarang?"

Rasha mengangguk mantap. "Iya, habis lo makan kita berangkat," ucapnya enteng.

"Mendadak banget. Sama siapa?"

"Lo sama gue. Kita berdua."

Raisa tersedak teh yang sedang ia minum. "Haa?"

"Kita mau ikut!" seru sahabat-sahabat Raisa.

"Sha, ikut dong!"

"Nggak!" tolak Rasha.

"Yahh."

"Ra, nggak usah mau diajak. Dia nggak mau ngajak kita berenam. Kamu nggak boleh pergi sama dia," Aurel mengompori.

"Kamu harus tau ya, Sha. Kita itu satu paket," ucap Nur sambil menggebrak meja pelan.

Tiwi mengangguk mengiyakan. "Satu orang diajak jalan-jalan, yang lain juga ikut."

Rasha mendengus. "Makanan yang kalian makan sekarang gue yang bayar asal kalian nggak ikut."

Mereka tersenyum lebar. "Siapp pak bos!"

"Udah sono, Ra. Cepet makannya. Kasihan si Rasha nungguin."

Raisa mencebikkan bibirnya. "Siapa ya yang tadi nggak ngebolehin sekarang nyuruh-nyuruh?"

"Siapa sih?" Aurel berpura-pura tidak tahu. Raisa mencubit lengan Aurel. "Aduh, sakit Ra."

Raisa melanjutkan makannya. "Aku nggak mau pergi ke sana."

"Yahh, kenapa Ra?" tanya Rasha.

"Mager."

Rasha menurunkan bahunya lemas. "Padahal ada live music, bazar buku, bazar makan-"

Tanpa mendengar lanjutan Rasha, Raisa menggendong tasnya dan berdiri. "Gaes, duluan ya. Sha, cepet! Nanti makanannya keburu habis."

Keenam sahabatnya menggeleng takjub. "Giliran ada makanan aja langsung berangkat."

"Rasha cepet!" teriak Raisa yang sudah berjalan keluar kantin.

Rasha terkekeh. "Dasar."

🌿

Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

Rasha dan Raisa✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang