Raisa bangun dari tidurnya. Keringat dingin bercucuran di dahi cewek itu. Ingatan tentang Bagus pindah rumah dan pergi meninggalkan Raisa selalu datang di mimpinya ketika ia sedang sakit.
"Ra, kenapa?"
Raisa menoleh ke arah suara. Melihat Rasha yang duduk di kursi meja belajarnya. Raisa menggeleng. Cewek itu melirik jam yang tertempel di tembok kamarnya.
Jam menunjukkan pukul lima sore. Raisa turun dari kasur dan melangkah menuju pintu kamarnya. Ucapan Rasha menghentikan langkahnya.
"Udah pada berangkat ke lapangan."
Rasha berjalan ke arah Raisa. Menarik lembut tangan cewek itu untuk duduk di tepi kasur. Rasha menarik kursi dan duduk di depan Raisa.
Rasha menggenggam kedua tangan Raisa. Menatap kedua bola mata coklat gelap cewek itu. "Lo masih sakit. Gue sama mereka nggak mau lo kenapa-napa."
"Aku cuma demam, Sha," Raisa gagal menarik tangannya dari genggaman tangan Rasha. Cowok itu mengeratkan genggamannya.
"Lo tadi kenapa teriak?"
"Aku teriak apa?"
"Lo teriak nama Bagus," jawab Rasha.
Raisa mengalihkan pandangannya ke arah lain. Tak mau menatap kedua mata Rasha yang menatapnya lekat. "Nggak papa."
Rasha mengusap punggung tangan Raisa dengan kedua ibu jarinya membuat cewek itu menatapnya lagi. "Cerita sama gue, gue bisa jadi pendengar yang baik," yakin Rasha.
Raisa menunduk. Setetes air mata mengenai punggung tangan Rasha yang menggenggam erat tangan Raisa.
"Aku mimpi Bagus pas dia ninggalin aku, Sha."
Rasha menarik Raisa ke dalam dekapannya. Kedua tangan Raisa mencengkram kuat bahu Rasha. Cewek itu menangis sesenggukan dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang Rasha.
"Jangan inget-inget lagi hari dimana Bagus ninggalin lo, Ra," bisik Rasha tepat di samping telinga Raisa.
🐬🐬🐬
Rasha berada di dalam kamarnya. Ia sedang mengkhawatirkan Raisa. Kata Bi Inem, Raisa belum pulang sekolah. Padahal jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam.
Rasha segera menuju balkon ketika mendengar suara mobil berhenti. Sebuah mobil terparkir di depan rumah Raisa.
Rasha menajamkan indra penglihatannya melihat seseorang yang keluar dari dalam mobil setelah seorang cowok membukakan pintu.
"Raisa?"
Hati Rasha panas melihat Raisa membalas pelukan cowok itu. Rasha masih bisa mendengar percakapan mereka.
"Ya udah sana pulang," ucap Raisa sambil tertawa kecil.
"Yee, lo ngusir gue?" balas cowok itu.
Raisa menjulurkan lidahnya. "Biarin."
Pegangan Rasha pada pagar balkon mengerat. "Ngapain ngacak rambut Raisa segala. Kenapa meluk Raisa lagi? Kenapa Raisa anteng-anteng aja? Dorong dia dong, Ra!"
🐬🐬🐬
Rasha memalingkan wajahnya melihat Raisa berjalan masuk ke dalam kelas bersama May dan Fily.
"Kok belum pulang, Sha?" tanya Raisa.
"Bukan urusan lo!" ketus Rasha.
"Lagi marahan, Ra?" tanya Fily.
Raisa mengedikkan bahunya tidak tahu lalu memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.
"Kemarin jalan-jalannya gimana, seru?" tanya May.
Rasha diam-diam mendengarkan percakapan mereka sambil berpura-pura menyibukkan diri dengan bermain ponselnya.
"Seru banget," jawab Raisa semangat. Raisa mendengar Rasha yang mendengus kesal. "Kenapa, Sha?" tanyanya tidak suka.
"Nggak papa."
"Jangan bohong!"
Rasha tidak menjawab lalu menyampirkan tasnya di bahu kanan dan berjalan keluar kelas.
🐬🐬🐬
"Rasha!"
Rasha menghentikan langkahnya. Ia menatap datar cewek yang berdiri di depannya. "Kenapa?"
"Kalo aku salah, aku minta maaf. Jangan diemin aku kayak gini dong. Aku nggak tahu aku salah apa. Ngomong sama aku, biar aku tahu aku salah apa. Jangan tiba-tiba diemin aku kayak gini!" cerocos Raisa.
Rasha menahan senyumnya. Kalo gue nggak lagi marah sama lo, bakal gue cubit tuh pipi.
"Rasha!"
"Hm."
"Terserah kamu mau marah sama aku apa nggak. Bodo amat."
Rasha mencekal pergelangan tangan Raisa yang akan melangkah pergi. Raisa menghempaskannya. "Maafin gue, Ra."
"Hm."
"Lo kemarin jalan sama siapa?" tanya Rasha to the point.
"Sama sepupu aku," jawab Raisa tanpa menatap lawan bicaranya.
Kedua sudut bibir Rasha terangkat. "Bener sepupu?"
"Hm."
Rasha menghela napas lega. "Untuk bukan pacar," gumam Rasha yang masih bisa didengar Raisa.
Bugh
"Aduh, kenapa gue ditonjok?" tanya Rasha sambil mengusap perutnya.
"Kamu marah gara-gara ngira aku jalan sama pacar?"
Rasha nyengir lebar. Rasha berlari ketika melihat Raisa yang melepaskan sepatu kanan cewek itu. Raisa berlari mengejar Rasha sambil membawa sepatu di tangan kanannya.
"Rasha kamu nyebelin banget tau nggak!"
"Apa? Gue ngangenin?" balas Rasha.
"Bener-bener itu telinga minta disumpelin sepatu!"
🌿
Aku akan rajin update selama liburan sekolah, hehe
Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊
22-12-2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasha dan Raisa✔
Teen FictionCOMPLETED Elang Series 1 Alea Raisa, akrab dipanggil Raisa. Salah satu murid berprestasi di sekolahannya, SMK Elang. Cewek cantik yang banyak disukai oleh teman-temannya. Sikapnya yang baik, ramah, dan jahil. Setiap ada seorang cowok yang melakukan...