BAB 29

415 33 0
                                    

Jam menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas menit. Terdengar deru mobil sport yang baru keluar dari rumah Rasha. Sahabat-sahabat Raisa keluar. Mereka berdiri di depan pagar yang tertutup rapat.

"Ciee, udah janjian pake warna samaan ya, Sha?"

Rasha menyender di pintu mobilnya. Cowok yang memakai kemeja abu-abu muda dibalut dengan jas berwarna navy dan celana hitam menatap bingung Aurel. "Maksud lo?"

Aurel mengedikkan bahunya. Ia memberi kode kepada sahabat-sahabatnya. May membuka pintu pagar. "Tuh, udah di tungguin."

Raisa keluar dari tempat persembunyiannya. Rasha langsung berdiri tegap saat melihat Raisa yang berjalan ke arahnya. Cowok itu tidak mengalihkan pandangannya dari Raisa.

Rambut yang dikepang dari atas sampai ujung. Poni yang biasanya ikut dikucir dibiarkan menutupi dahinya. Cewek itu mengenakan flat shoes senada dengan kemeja yang di pakai Rasha. Di pergelangan tangannya melingkar gelang tali kusut dan jam tangan yang biasa dikenakan.

"Rasha?" May melambaikan tangan tepat di depan wajah Rasha.

"Udah kali Sha, kedip," celetuk Nur sambil menahan tawa.

Rasha mengerjap beberapa kali. "H-hai, Ra."

Kenapa gue jadi gugup?

"Hm," Raisa mengangguk samar. "Ya udah yuk, berangkat."

"Eits, foto dulu," Aurel mengeluarkan ponselnya. "Aku kirimin ke tante Lina biar tau kalo kamu nggak malu-maluin."

"Ya kali anaknya malu-maluin. Orang cantik gini."

"Ciee," seru mereka.

"Deketan dong, kan mau difoto," ucap Tiwi.

"Ihh, bawel deh," decak Raisa. "Apaan sih tarik-tarik," gerutunya pada Rasha.

"Ya masa lo mau foto keliatan rambutnya doang?"

Raisa menghela napas. Kedua bola matanya membulat ketika Rasha merangkul pundaknya. Raisa melepaskan rangkulan Rasha. "Apaan sih, Sha!"

"Ya gue ngerangkul lo, biar keliatan sweet," Rasha nyengir lebar.

"Udah difoto kan, Rel?" tanya Raisa.

"Belum Ra," jujur Aurel karena dari tadi ia merekam mereka bukan memotret mereka. "Cepet pose yang bagus."

Raisa tersenyum lebar begitu pula dengan Rasha.

"Duh."

Raisa menoleh ke arah Rasha. "Kenapa?"

Rasha tersenyum jahil, "mata gue kelilipan." Cowok itu menunduk. "Tolong tiupin, Ra."

"Bisa ae tu anak," celetuk Aurel.

Raisa meniup mata Rasha yang katanya kelilipan itu. "Udah?" tanya Raisa polos.

Rasha mengangguk dan tersenyum lebar. "Udah, makasih ya."

"Buruan berangkat," suruh Aurel.

"Hee?" Raisa mengangkat satu alisnya. "Katanya suruh foto?"

"Udah," Aurel menujukkan layar ponselnya ke arah Raisa. Foto Rasha dan Raisa yang saling tatap dengan Rasha yang terlihat tersenyum lebar. "Bagus ya fotonya," goda Aurel.

Raisa mengepalkan kedua tangannya. Ia menatap tajam Rasha yang tersenyum manis. Raisa membalikkan badan dan membuka pintu mobil Rasha. Cewek itu melirik tajam Rasha. "Buruan berangkat!"

"Siap nyonya," Rasha tertawa kecil sebelum memutari mobilnya.

🐬🐬🐬

"Ra, tungguin!"

"Lagian kamu jalannya kayak siput!"

Rasha menyusul Raisa setelah mengunci mobilnya. Tangan Rasha menggandeng tangan cewek yang berjalan di sampingnya. Raisa melepaskan gandengannya.

"Nggak usah gandengan!"

"Jadi ngerangkul boleh nih?" Rasha menaik turunkan kedua alisnya.

"Nggak!"

"Raisa!" Rasha mengejar Raisa yang berjalan meninggalkannya.

"Aduh!"

Punggung Raisa terbentur dada bidang Rasha ketika cowok itu tiba-tiba menariknya. Rasha menatap Raisa. Wajah cowok itu memerah menahan amarah.

"Jalannya jangan cepet-cepet! Liat kanan kiri. Untung lo nggak sampe ketabrak. Ceroboh banget sih. Untung gue narik lo sebelum ketabrak mobil. Lain kali hati-hati Ra!" cerocos Rasha.

"Iya, iya maaf. Aku nggak tau kalo ada mobil."

Rasha menggenggam erat tangan Raisa. "Nggak usah protes. Gue nggak mau lo sampe hampir ketabrak kayak tadi."

Raisa mendengus. "Ya."

Raisa mengedarkan pandangannya. Cewek itu takjub melihat dekorasi pernikahan rekan kerja orang tuanya. Raisa berjalan menghampiri rekan kerja orang tuanya yang sedang bersama tamunya yang lain.

"Aduh Ra, kok narik-narik?"

"Aku mau ke tempatnya Om Reza."

Rasha mengangkat satu alisnya. "Om Reza?"

"Rekan kerja orang tuaku," jelas Raisa.

Rasha membulatkan mulutnya. Raisa melepaskan genggaman tangannya. "Yahh, kok dilepas Ra gandengannya?"

"Males gandengan sama kamu," ucap Raisa sambil menahan tawanya. "Om Reza?" panggil Raisa.

"Ehh, Alea," Om Reza membalikkan badannya.

Raisa mengulurkan tangannya yang dibalas oleh pria paruh baya yang berdiri di hadapannya. "Selamat ya Om atas pernikahan putri Om. Maaf mama sama papa baru di luar kota, jadi Alea yang dateng, hehe."

"Makasih ya. Nggak papa, om tau mereka sibuk banget," Om Reza terkekeh. Pandangan Om Reza beralih ke cowok yang berdiri di samping Raisa. "Ini pacar kamu ya?"

"Iya om," Rasha mengangguk mantap. Cowok itu nyengir lebar mendapat tatapan tajam dari Raisa.

"Kalian cocok," om Reza terkekeh. "Ya udah, om kesana dulu ya. Masih banyak tamu," pamit Om Reza pada mereka.

"Ya om."

🌿

Yuk lanjut baca chapter 30

Rasha mau...


Udah langsung baca aja, hehe

Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

Rasha dan Raisa✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang