BAB 24

434 35 0
                                    

Raisa keluar dari rumahnya membawa sepeda. Raisa mengernyit melihat Rasha yang menaiki sepeda di depan pagar rumahnya. Rasha tersenyum hangat ke arah cewek itu.

"Selamat pagi calon ibu dari anak-anakku," ucapnya sambil merentangkan tangan.

Tangan Raisa terangkat menjitak dahi Rasha. "Kasar banget deh sama calon suami," gerutunya sambil mengusap dahi.

Kedua tangan Raisa terangkat memegang kepala Rasha. "Kenapa kepala gue lo puter-puter sih, Ra?" tanyanya bingung.

"Diem!" sewot Raisa. "Aku coba benerin otak kamu yang kayaknya geser deh," ucapnya sok tahu.

Rasha mendengus kesal. "Bukannya bener, otak gue makin geser Ra."

Tawa Raisa berderai sebelum menaiki sepedanya. Raisa mengayuh sepedanya kencang meninggalkan Rasha. "Aku duluan ya, bye."

"Raisa! Lo nggak tau apa gue nungguin lo. Gue mau berangkat bareng sama lo!" teriak Rasha menyusul Raisa.

"Nggak tau," sahut Raisa enteng lalu menjulurkan lidahnya.

🐬🐬🐬

Rasha berjalan di samping Raisa menyusuri koridor sekolah. Jam menunjukkan pukul enam pagi. Mereka terlalu bersemangat untuk datang ke sekolah sepertinya.

Rasha berhenti ketika Raisa menghentikan langkahnya. Cewek itu berjongkok dengan satu lutut yang menjadi tumpuan. Rasha menunduk menatap bingung Raisa.

"Ra, sepatu lo kan nggak ada talinya alias pake perekat kaya sepatu bocah. Kenapa lo jongkok?"

Raisa mendongak, "siapa bilang aku mau benerin tali sepatu?"

"Terus?"

Kedua mata Rasha melebar melihat tali sepatunya yang ditarik Raisa. Raisa berlari meninggalkannya. "Tali sepatunya diiket dulu, Sha!"

Raisa berlari menuju kelasnya. Ia sesekali menoleh ke belakang.

Bruk

Raisa mengusap dahinya yang terbentur bahu seseorang yang ia tabrak.

"Kamu nggak papa, Ra?"

Raisa mendongak dan mengangguk samar. "Maaf kak. Aku nggak sengaja."

Rahmat tersenyum, "nggak papa."

"Kakak ngapain di depan ruang kelasku? Ini masih pagi juga, tumben udah berangkat?"

Rahmat terkekeh, "aku nungguin kamu."

Raisa mengernyit. "Kenapa?"

"Alea Raisa!"

Raisa menoleh ke belakang. Cewek itu berlari menghindari Rasha yang berlari ke arahnya. "Nggak bisa ngiket sepatu kan?" ledeknya.

"Enak aja!" protes Rasha.

Tawa mereka berderai. Rahmat tersenyum kecut melihat mereka berlari seperti kucing yang mengejar tikus. Raisa menghentikan larinya ketika ingat Rahmat yang tadi sedang mengajaknya mengobrol.

Rasha mendengus kesal melihat Raisa yang berlari ke arah Rahmat. Matanya melebar melihat apa yang Rahmat sembunyikan di balik badannya.

Raisa berdiri di depan Rahmat. "Ehh, maaf ya kak. Emang tu anak kayak bocah," Raisa melirik Rasha sekilas.

"Nggak papa," Rahmat tersenyum.

Raisa mengusap hidungnya yang terasa gatal. Kini hidungnya mulai memerah. Rahmat menyodorkan sesuatu yang ia sembunyikan di balik badannya kepada Raisa.

Buket bunga mawar berukuran sedang.

Rahmat melotot melihat buket bunga mawarnya yang dibuang Rasha. Rahmat mencengkram kuat baju olahraga Rasha bagian depan. "Lo kenapa buang buket bunga buat Raisa?!"

"Bego lo!" Rasha mendorong tubuh Rahmat.

"Raisa alergi sama bunga!"

Raisa berjalan mundur beberapa langkah hingga punggungnya menabrak tembok. Hidungnya gatal. "Hacimm."

Rahmat berlari menghampiri Raisa. Berjongkok di depan cewek itu. "Ra, aku minta maaf. Aku nggak tau kamu alergi bunga."

Raisa mendongak sekilas melihat Rahmat yang cemas sebelum memejamkan matanya lagi. Raisa melengkungkan bibirnya ke atas. "Nggak papa kak."

Rasha menarik lembut tangan Raisa membuat cewek itu berdiri. Raisa tersentak ketika Rasha langsung memeluknya.

"Apaan sih," Raisa mendorong Rasha.

Rasha menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. "Kayaknya kalo dipeluk bisa sembuh deh," ucapnya sok tahu.

Raisa melirik tajam Rasha. "Sok tahu banget sih," ucapnya setelah bersin.

"Ra, gue anterin ke UKS yuk," ajak Rasha.

Rahmat menarik Raisa mendekat ke arahnya. "Biar gue aja yang nganter," ucap Rahmat dingin sambil menatap tajam Rasha.

Rasha menarik tangan kanan Raisa. "Biar gue aja."

Rahmat menarik lengan kiri Raisa. "Gue aja."

Raisa menghempaskan tangannya dan berlari menuju kantin meninggalkan dua cowok itu.

"Raisa!" teriak mereka.

🌿

Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

Rasha dan Raisa✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang