BAB 11

515 37 0
                                    

"Bagus, berhenti nggak!" seru Raisa tak sadar.

Bagus

Raisa menghentikan larinya. Cewek itu terdiam. Sebuah ingatan memutar di kepala Raisa seperti memutarkan sebuah film.

Flashback On

Seorang gadis kecil yang memakai rok biru dan baju berwarna pink muda berlari mengejar sahabatnya. Ia membawa pistol air di tangannya.

"Bagusss, berhenti nggak! Bagus larinya kenceng banget sih," teriak anak perempuan itu yang bernama Alea-nama kecil Raisa.

"Alea capek, Guss!"

"Nggak mau! Alea cepet dong larinya. Masa gitu aja capek," ejek Bagus.

Bruk

"Aduh!"

Bagus berhenti berlari. Ia membalikkan badan dan melihat sahabatnya terduduk di jalanan. Bagus berlari menghampiri sahabatnya.

Ia berjongkok di depan Alea. "Ale nggak papa?"

Anak perempuan itu menatap sebal sahabatnya. Ia mengusap lututnya yang terluka. Alea berjalan menuju depan rumahnya.

Bagus melihat sahabatnya itu sesekali meringis kesakitan membuatnya ikut meringis.

Alea duduk di depan pagar. Ia menekuk lutut dan meniupnya pelan. Terdengar isakan tapi ia berusaha tidak mengeluarkan air mata.

"Lutut Alea sakit," rengeknya.

Bagus berlari ke dalam rumahnya. Tak lama kemudian, ia berlari ke arah sahabatnya dan duduk disebelah sahabatnya.

Bagus menyodorkan obat merah pada Alea. "Ale, lututnya ditetesin obat merah dulu."

"Ale nggak mau temenan sama Bagus lagi, Bagus nakalin Alea. Ale sampe jatuh nih. Bagus sih, larinya kenceng banget," bibir Alea bergetar menahan tangisnya.

"Ale nggak bisa ngejar Bagus. Ale kan pake rok. Tali sepatu Ale juga lepas."

Bagus menunduk. Kedua matanya ikut berkaca-kaca melihat sahabatnya mau menangis. "Maaf Ale. Bagus minta maaf."

"Bagus masih mau temenan sama Ale. Bagus larinya nggak kenceng-kenceng deh. Lukanya cepet dibersihin, terus ditetesin obat merah ya."

"Nggak mau."

"Ale cepet bersihin lukanya."

Alea berjalan menuju kran depan rumahnya. Ia meringis menahan lukanya yang terkena air.

Alea duduk lagi disamping Bagus. Ia mengambil obat merah di tangan Bagus dan meneteskan pada lututnya.

"Ale, tali sepatunya diiket biar Ale nggak jatuh lagi."

"Ale nggak bisa ngiket tali sepatu, Gus."

"Ya udah, Bagus ajarin."

Flashback Off

Rasha berjalan menghampiri Raisa yang membeku di tempatnya berdiri. Rasha menepuk pelan bahu Raisa.

Raisa tersadar dari lamunannya. Ingatan masa kecilnya membuat Raisa meneteskan air mata. Raisa dengan cepat menyeka air matanya.

"Ra, kenapa?"

Raisa tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang rapi. "Nggak papa."

Melihat Raisa tersenyum, Rasha ikut tersenyum. "Ya udah, yuk pulang. Nanti lo kedinginan."

"Hm," Raisa mengangguk.

Rasha menoleh ke arah Raisa yang menunduk menatap kakinya yang melangkah. "Ra, lo jangan ngelamun."

Raisa menoleh, "Siapa yang ngelamun?"

"Lo yang nge-"

"Aku duluan ya. Maaf udah bikin kaos kamu kotor," Raisa berlari meninggalkan Rasha.

Mulut Rasha terbuka, "Gue ditinggal?"

🐬🐬🐬

Jam menunjukkan pukul lima sore, masakannya sudah siap. Mereka membawa masakannya keluar rumah Raisa.

Raisa dan Aurel mengeluarkan mobil dari dalam garasi. Rasha yang mendengar keributan mereka, keluar dari rumahnya.

"Pada mau kemana?"

"Mau jualan," jawab Nita.

Mata Rasha berbinar, "Gue ikut ya!"

"Ng-"

Raisa mendengus kesal ucapannya dipotong oleh keenam sahabatnya. "Oke."

"Tungguin. Gue ganti baju dulu," Rasha berlari masuk ke dalam rumahnya.

"Sampe hitungan ke tiga dia belum keluar, kita tinggalin," ucap Raisa. "Satu, dua, ti-"

"Yuk berangkat!"

"Cepet banget," May menggeleng takjub.

"Gue nggak mau ditinggal," Rasha melirik Raisa yang menyenderkan punggungnya pada mobil Aurel. "Ya kan Ra?"

"Hm."

Raisa berjalan membuka pintu mobil Aurel. Cewek itu hampir terjatuh ketika sahabat-sahabatnya mendahuluinya masuk mobil.

"Aduh, biasa aja dong!"

Sahabat-sahabatnya nyengir lebar. Mereka sudah memenuhi mobil Aurel. "Geser dong! Aku mau duduk."

"Nggak muat Raisa," celetuk May.

"Muat. Aku kan slim."

"Kamu di foodtruck aja. Udah nggak muat mobil aku," suruh Aurel.

"Nggak mau. Aku maunya disini!"

"Raisa, nurut sama bunda!" Raisa langsung menjitak dahi sahabatnya itu. Nur meringis, "Kasar."

"Nggak usah ngeyel, Ra. Lihat nih, aku aja nggak bisa duduk dengan nyaman," May memelas.

Raisa tertawa melihat May yang duduk berhimpitan dengan tikar dan peralatan lainnya. "Ya udah iya."

Melihat Raisa masuk foodtruck dan duduk di kursi depan samping Rasha. Sahabat-sahabatnya bertos berhasil membuat Raisa dekat dengan Rasha.

🐬🐬🐬

Mobil Aurel terparkir di samping foodtruck. Mereka menyiapkan tikar dan meja untuk makan. Mereka memakai celemek dan topi.

Pengunjung sudah banyak berdatangan ke lapangan. Para pedagang juga sudah mempersiapkan dagangannya.

Setelah sholat magrib, pengunjung bertambah banyak. Ada banyak pengunjung yang makan di foodtruck mereka.

Yang ada di dalam foodtruck menyiapkan makanan adalah Nita, Tiwi, Fily, dan May. Yang lainnya menjadi pengantar makanan.

"Hai semuanya. Hai, Raisa," sapa seorang cowok yang datang bersama ketiga temannya.

🌿

Terima kasih sudah membaca dan memberi suara☺

10-11-2019

Rasha dan Raisa✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang