BAB 50

608 35 0
                                    

Rasha menarik Raisa untuk berada di belakang punggungnya. Melindungi cewek itu. Raisa melihat orang itu dari belakang punggung Rasha.

Orang itu tertawa jahat. "Wah, wah, Alea mau jadi pahlawan yaa? Mau menggagalkan rencana Om, iya?"

Raisa menggeleng tidak percaya. Mengapa orang itu menculik Rasha?

"Kenapa Om Reza nyulik Rasha?!"

Yaa, Om Reza. Masih ingat dengan rekan kerja orang tua Raisa yang satu itu?

"Hmm, kenapa yaa?" sahut Om Reza santai.

Rasha membawa Raisa melangkah mundur melihat Om Reza mengeluarkan sebuah pisau setelah menyuruh orang-orang suruhannya masuk ke dalam rumah.

Menyebalkan. Punggung Rasha sudah menempel pada tembok. Om Reza berhasil menarik Raisa dari dekapan Rasha. Om Reza menyeringai sambil mengarahkan pisau itu ke leher Raisa.

"Om, lepasin Alea," pinta Rasha.

Om Reza tertawa sambil mundur ke belakang. "Kamu kayaknya sayang banget sama cewek ini, Gus?"

Raisa memejamkan matanya saat mata pisau itu menyentuh kulit lehernya. "Kamu maju, Alea mati di tangan Om," ancam pria paruh baya itu melihat Rasha berjalan mendekat.

Rasha menyeka air matanya cepat. "Mau Om apa nyulik Bagus?"

Akhirnya, kalimat yang ditunggu-tunggu pria paruh baya itu keluar juga dari mulut keponakannya.  Pria paruh baya itu menyeringai. Mengatakan apa yang ia inginkan selama ini.

"Suruh Papa kamu serahin semua warisan pak Raharja ke Om!"

Rasha mendengus lalu sudut kanan bibirnya naik. "Cuma karena harta Om tega nyulik Bagus?"

"Saya nggak peduli. Pak Raharja juga tidak peduli dengan saya. Dia selalu membanggakan Papa kamu. Soal warisan saja, beliau tidak adil!"

Rasha tertawa meremehkan. "Emang seharusnya kan? Om juga harus nyadar diri. Darah keluarga Raharja nggak mengalir di darah Om. Apa Bagus perlu memperjelas kalau om itu anak ang-kat."

Rasha menekankan satu kata terakhir. Dan usaha Rasha membuat Om Reza marah berhasil. Terbukti dengan Om Reza yang melepaskan cengkraman lengannya pada leher Raisa dan melangkah mendekat ke arah Rasha.

"Kurang ajar!"

Rasha menendang tangan Om Reza hingga pisau itu terjatuh. Om Reza melayangkan pukulan dan bisa di tangkis oleh Rasha.

Bugh

Rasha menendang perut Om Reza membuat pria paruh baya itu terjerembab di atas tanah. Rasha menahan dirinya untuk tidak memukuli Om Reza yang sudah tak berdaya mengingat dia adalah pamannya. Meskipun bukan paman kandung.

Rasha mendekat ke arah Raisa. Membantu cewek itu berdiri lalu memeluknya erat. "Kamu nggak papa?"

"Iya, aku nggak papa."

Raisa membuka matanya dan membelalak. Om Reza berjalan mendekat dari arah belakang Rasha dengan menggenggam pisau di tangannya. Cewek itu langsung mendorong tubuh Rasha ke samping.

Jleb

"Raisa!"

Terdengar Raisa yang meringis kesakitan saat pisau itu ditarik cepat oleh Om Reza dari perut bagian kirinya. Dengan emosi yang memuncak, Rasha memukul Om Reza tanpa henti. Tidak peduli siapa Om Reza lagi. Yang ada di otaknya, orang yang sedang ia pukuli ini telah melukai cewek yang ia sayang.

"Ra-sha," suara yang memanggilnya pelan itu membuat kepalan tangan Rasha berhenti di udara. Rasha melepaskan cengkraman krah kemeja Om Reza lalu berlari menghampiri Raisa.

Rasha dan Raisa✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang