BAB 38

385 26 0
                                    

Raisa mengambil ponselnya dari dalam tas. Ia mencari nama seseorang dan menelponnya. "Hallo, udah kangen aja nih sama aku."

"Aurel," panggil Raisa dengan bibir yang bergetar.

"Ra, kamu kenapa?" terdengar nada cemas yang begitu jelas dari sahabatnya.

Tenggorokan Raisa tersekat. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan sahabatnya. Aurel semakin khawatir mendengar Raisa yang terisak. Aurel mengambil kunci mobil dan berjalan keluar rumah.

"Aku sama yang lain ke rumah kamu. Kamu tunggu ya!"

Setelah tiga puluh menit perjalanan, Aurel dan yang lainnya sampai di rumah Raisa. Mereka langsung berlari menaiki tangga setelah bertanya pada Bi Inem dimana keberadaan sahabat mereka itu. Mereka berhenti di depan pintu kamar Raisa saling melempar tatapan.

"Siapa yang mau masuk?" tanya May.

"Kita semua?" Fily balik bertanya.

"Jangan, mending salah satu aja," usul Tiwi.

"Siapa?" tanya Nur.

"Aurel aja, dia yang paling tua," usul Nita. "Emm, maksudnya yang paling dewasa kedua setelah Raisa," ralat Nita setelah melihat Aurel yang menatapnya tajam.

Aurel mengangguk lalu menarik napas dalam dan menghembuskannya pelan lewat mulut. Aurel membuka pintu kamar sahabatnya yang ternyata sudah tidak terkunci dari dalam. Cewek itu masuk dan menutup pintunya perlahan.

Untuk pertama kalinya, ia melihat sahabatnya itu dalam keadaan kacau. Ada apa dengan sahabatnya itu yang selalu bisa menenangkan dirinya dan sahabatnya yang lain?

Aurel memberanikan diri untuk melangkah mendekati Raisa yang meringkuk di atas kasurnya dengan mata yang terpejam erat. Ia duduk di sebelah Raisa.

Aurel mengusap bahu Raisa yang bergetar. "Raisa," panggil Aurel.

Raisa membuka kedua matanya. Ia langsung duduk dan memeluk erat sahabatnya. Aurel ikut menangis melihat sahabatnya itu menangis. Aurel mengusap punggung Raisa memberi ketenangan pada cewek itu.

"Nangis aja, Ra. Nggak papa," bisiknya.

Raisa menumpahkan semua sesak dalam dadanya. "Rel, apa aku salah kalo aku buka hati untuk orang lain?"

🐬🐬🐬

May membuka pintu ketika terdengar bel rumah Raisa yang berbunyi berulang kali. "May, gue boleh masuk?" May mengangguk.

Rasha berlari menaiki tangga menuju kamar Raisa. Niatnya mengetuk pintu kamar Raisa terurung ketika pintunya terbuka.

"Rel, gue mau masuk. Gue mau ketemu Raisa."

Aurel menutup pintu kamar sahabatnya membuat Rasha mengerutkan dahinya dalam. Cewek itu mendorong kuat bahu Rasha hingga cowok itu mundur beberapa langkah.

"Nggak usah deketin Raisa lagi!"

Teriakan Aurel itu tentu membuat sahabat-sahabatnya dan Rasha terkejut.

"Maksud lo apa?"

"Kamu budeg apa gimana sih?" decak Aurel.

Aurel mendorong bahu Rasha dengan tangan kanannya. "Apa perkataanku barusan kurang jelas, haa?! Aku bilang nggak usah deketin Raisa lagi," ucap Aurel penuh penekanan.

"Jauhin dia!"

"Gue nggak bisa jauhin Raisa. Gue sayang sa-"

Aurel mendengus geli. "Sayang? Kalo sayang kenapa peluk cewek lain, haa?!"

Kedua mata Rasha membulat. Cowok itu menggeleng kuat. "Raisa salah paham, Rel. Gue bisa jelasin."

Aurel menarik kasar lengan Rasha keluar dari rumah Raisa. "Nggak. Raisa nggak mau ketemu sama kamu! Sekarang pergi!"

"Rel, gue bisa jelasin!"

Aurek tidak mendengarkan Rasha dan membanting pintu rumah Raisa. Rasha mengacak rambut tebalnya dan menggeram.

"Ra, lo salah paham."

🐬🐬🐬

"Kalian pulang aja nggak papa," ucap Raisa kepada sahabat-sahabatnya.

"Nggak Ra, kita nggak mau ninggalin kamu," tolak Tiwi. "Kita nginep sini aja deh."

"Nggak papa. Aku udah mendingan kok. Kalian pulang aja, udah malem ini."

"Beneran nggak papa?" tanya Nur yang dijawab anggukan oleh Raisa.

"Ya udah, kita pamit ya," pamit May.

Mereka pulang setelah memeluk sahabatnya itu. Menyalurkan sebuah kekuatan dan ungkapan bahwa mereka akan selalu ada untuknya.

Raisa mengambil sesuatu di dalam tasnya. Lagi-lagi air matanya keluar menatap sebuah topi berwarna navy dengan gambar skateboard di sisi kiri. Topi itu yang ia beli kemarin saat jalan-jalan ke bazar.

Topi itu untuk seseorang yang sudah membuatnya jatuh hati sekaligus membuatnya patah hati.

Raisa mengusap air matanya. Ia tidak boleh menangis lagi.

Tok, tok, tok

"Masuk!"

🌿

Apa Raisa memang salah paham?

Terus siapa dong Mentari itu?

Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

Rasha dan Raisa✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang