BAB 28

421 34 2
                                    

Raisa menggeleng kuat. Dalam hati ia tertawa ngakak melihat sahabatnya yang ia gulung dengan selimutnya yang lebar dan tebal. Raisa mengikat mereka dengan erat agar mereka berenam tidak terlepas.

Apalagi posisi mereka yang berdiri membuat mereka susah bergerak. Sekali diantara mereka bergerak pasti mereka terjatuh bersama-sama.

Kejam?

Ya, begitulah Raisa jika ide untuk menjahili orang muncul di otaknya.

"Raa, tolongin dedek," rengek Tiwi. "Tiwi yang mungil dan cantik badai ini nggak bisa napas."

Itu kenapa kok sahabatnya Raisa masih bisa menyombongkan dirinya sendiri ya?

Raisa lupa jika Tiwi memiliki tubuh yang mungil dan tinggi cewek itu lebih pendek dari mereka berenam. Raisa berlari ke arah Tiwi. Bukannya menolong sahabatnya itu, Raisa malah terbahak.

Ujung selimut menutupi mulut dan hidung Tiwi membuat cewek itu susah untuk bernapas. Tiwi sampai mendongak untuk bisa menghirup oksigen. "Ra, lepasin napa? Aku nggak bisa napas."

Raisa menggeleng kuat. "Belum lima belas menit."

Raisa mengangkat satu alis melihat dua sahabatnya yang dari tadi diam saja. Raisa menahan tawanya melihat ekspresi memelas Fily. "Fily, kamu nggak papa kan?"

Fily tersenyum tipis. "Nggak papa."

"Kenapa dah ni anak?" heran May yang berada di samping Fily.

"Nggak papa kok. Beneran," Fily tersenyum paksa. "Jangan khawatirin aku, May."

May mencebikkan bibirnya. "Dih, pede amat mbak."

"Nggak usah bohong. Bilang deh," ucap Raisa.

"Sebenernya aku," Fily menggantungkan kalimatnya.

"Kenapa?" tanya sahabat-sahabatnya khawatir.

"Aku keringetan."

"Ya elah, kita semua juga keringetan kali," decak May.

"Iya sih," raut wajah Fily kembali ceria. "Makasih ya."

"Buat?"

"Makasih karena kalian nggak mempermasalahkan aku yang keringetan. Padahal dari kemarin pagi aku belum mandi lho," jujur Fily.

"Astaga Fily!" pekik mereka.

Tawa Raisa berderai melihat sahabat-sahabatnya yang bergerak.

"Jangan gerak dong!"

"Jorok banget ihh, Fily."

"Kenapa juga nggak mandi?!"

"Aaa, lepasin Ra! Nita nggak mau kena pencemaran bau badannya Fily."

"Ya gimana ya, aku mau hemat air sih," ucap Fily enteng.

"Fily jorok banget ihh!"

Satu sahabatnya masih terdiam. Sahabatnya itu tidak ribut seperti yang lain. Raisa menatap lekat wajah Aurel. Raisa ingin tertawa tapi ia juga kasihan melihat ekspresi sahabatnya yang sepertinya menahan sesuatu.

"Aurel?"

Aurel mendongak. "Yaa?"

"Kamu kayak lagi nahan sesuatu deh."

"Emang iya," jujur Aurel.

"Apa?"

"Sini," Aurel menyuruh Raisa mendekat. Tawanya meledak setelah mendengar bisikan Aurel. "Aku mau ngeluarin, tapi aku kasihan sama mereka."

Raisa menepuk pundak Aurel menenangkan. Ia berusaha kuat menahan tawanya agar tidak berderai. "Nggak papa. Mereka paham kok."

"Bener?"

Raisa mengangguk mantap. "Iya Rel."

"Pada ngomongin apa sih?" tanya Nita penasaran.

"Ada deh," sahut Raisa.

"Dih, sok buat orang jadi penasaran," decak May.

"Emang iya," Raisa menjulurkan lidahnya.

Raisa berjalan membuka pintu kaca yang membatasi kamarnya dan balkon selebar mungkin. Ia berdiri di balkon sambil membawa kamera yang sudah merekam mereka dari tadi.

"Bener nih Ra?" tanya Aurel memastikan.

Raisa mengarahkan kameranya pada mereka. "Bener, Rel."

"Oke."

Tut, tut, tuttt

"Suara apa itu?"

"Astaga, bau apa ini?"

"Siapa yang kentut?"

"Siapa sih yang kentut?"

"Please, Ra. Lepasin!"

"Nggak bisa tutup hidung, huaa!"

"Hidung Nita tercemar bau tidak sedap."

"Ra, lepasin! Tiwi nggak bisa napas."

"Siapa sih yang kentut?" ucap Aurel santai.

Sontak mereka berlima menoleh ke arah Aurel. "Aurel!"

"Pasti Aurel nih."

"Bau pete sama jengkol banget."

Raisa mendekat ke arah sahabat-sahabatnya. Mengarahkan kamera ke satu per satu sahabatnya. "Hai gaes, sapa dulu dong ke kamera."

"Raisa!"

🌿

Jorok banget mereka, wkwk

Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

Rasha dan Raisa✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang