BAB 36

410 30 0
                                    

Raisa yang sedang memakan es krim mendengus kesal ketika Rasha menarik tangannya. "Kenapa sih tarik-tarik?"

Rasha membalikkan badan Raisa dan mendorong kedua bahu cewek itu dari belakang seperti bermain kereta-keretaan. "Gue punya kejutan buat lo."

"Apa?"

"Ya kalo gue ngasih tau namanya bukan kejutan, Ra."

Rasha berhenti dan membalikkan badan Raisa. Sekarang mereka berdiri berhadapan. Rasha tertawa melihat Raisa yang masih asyik makan es krim.

"Lo makan es krimnya lama banget sih," ejek Rasha.

"Biarin. Nanti aku mau beli es krim ini lagi."

Kedua mata Rasha membulat. "Ini es krim kelima yang lo beli, Ra. Lo masih mau makan es krim lagi?"

Raisa mengangguk. "Abis enak."

Rasha menarik kedua pipi Raisa gemas. "Ya udah, nanti gue beliin lagi."

Raisa mengusap pipinya sambil tersenyum lebar. Ia yakin pipinya sekarang memerah karena cubitan Rasha dan ia juga bersyukur.

Bersyukur pipinya yang merona tersamarkan.

"Katanya mau ngasih kejutan, mana kejutannya?"

"Ohh iya. Lo tutup mata dulu."

Perasaan Raisa menjadi tidak enak melihat senyum jahil di wajah Rasha. Raisa mengangkat satu alisnya. "Kamu nggak aneh-aneh kan?"

Rasha menggeleng. "Nggak."

"Beneran?"

"Iya, Alea Raisa. Sekarang lo tutup mata," suruh Rasha.

"Oke," Raisa memejamkan kedua matanya.

Rasha berjalan menjauh setelah memastikan Raisa benar-benar menutup kedua matanya. Tak lama cowok itu kembali. Rasha menarik lembut tangan Raisa membuat cewek itu tersentak kaget.

"Ini gue, Rasha."

Raisa mengangguk mengerti. Ia mengernyit ketika tangannya digenggam erat oleh sebuah tangan. Raisa merasakan tangan itu berukuran besar, tidak seperti tangan manusia biasanya.

Rasha menahan tawanya melihat raut wajah Raisa yang bingung. "Sekarang, lo boleh buka mata."

Raisa membuka kedua matanya perlahan. Di hadapannya berdiri seorang cowok memakai hoodie yang sama dengannya. Dahi Raisa mengerut dalam melihat kedua tangan Rasha yang ada di dalam saku hoodie.

Jadi, siapa seseorang yang masih menggenggam erat tangannya?

Kepala Raisa pening memikirkan kemungkinan-kemungkinan siapa seseorang yang masih menggenggam erat tangannya.

Tubuh Raisa mengeluarkan keringat dingin. Jantungnya berdetak kencang. Ia benar-benar takut menoleh ke kiri. Ia takut, tebakannya benar.

Kepala Raisa perlahan menoleh ke kiri ketika merasakan sebuah tepukan lembut di puncak kepalanya. Jantungnya seperti mencelos.

Tebakannya benar.

Sesuatu yang Raisa takuti sejak kecil. "Lucu kan Ra badutnya?"

Wajah Raisa memucat. Cewek itu berusaha menarik tangannya dari genggaman badut itu. "Lepasin aku!"

Raut wajah Rasha berubah melihat Raisa yang menangis. "Ra, lo kenapa?" tanyanya cemas.

"Lepasin aku! Lepasin!"

Badut itu melepaskan tangan Raisa. Raisa berlari kencang membelah kerumunan orang-orang. Tak peduli dengan umpatan orang-orang yang ia tabrak.

"Raisa!"

🐬🐬🐬

Rasha bingung harus melangkah kemana mencari Raisa. Cewek itu terlalu cepat berlari. Rasha berhenti di area luar taman. Ia mengedarkan pandangannya.

Kedua matanya tidak menangkap seorang cewek yang memakai hoodie yang sama dengannya. Rasha mengacak rambutnya frustasi dan menggeram.

"Ra, lo dimana?"

Rasha berlari lagi untuk mencari Raisa. Suara isak tangis seseorang terdengar di telinganya. Rasha melihat seorang cewek yang berjongkok di tepi kolam ikan yang ada di taman.

"Raisa?"

Raisa tersentak kaget merasakan tepukan pelan pada pundaknya. Cewek itu segera berlari. Rasha mengejar Raisa.

"Raisa berhenti!"

Raisa terus berlari. Ia benar-benar takut. Rasha mencekal pergelangan tangan Raisa membuat cewek itu berhenti.

"Lepasin! Lepasin aku!"

Rasha memegang kedua bahu Raisa dan mengguncangnya. "Ra, buka mata lo! Ini gue Rasha!"

Raisa membuka kedua matanya perlahan. Air matanya mengalir membentuk aliran sungai di kedua pipinya. Bahunya bergetar hebat.

"Ra-Rasha?"

Rasha membawa Raisa ke dalam dekapannya. Ia mengusap puncak kepala dan punggung cewek itu untuk memberi ketenangan.

"Ba-badutnya," isak Raisa.

"Maaf."

"A-aku takut."

Rasha menyeka air mata yang tak sadar keluar dari kedua mata elangnya. "Jangan takut, gue ada di sini."

Raisa membalas pelukan Rasha. Ia merasa tenang berada di pelukan cowok itu. Raisa tersenyum tipis di sela-sela ia menangis saat menyadari satu hal.

Hatinya sudah membukakan pintu untuk seseorang masuk mengisinya.

Raisa sayang Rasha.

🌿

Uwoo, Raisa udah buka kunci hatinya buat Rasha nih yee😚

Apa keputusan Raisa tepat?

Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

24-12-2019

Rasha dan Raisa✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang