Raisa berhenti mengayuh sepeda dan berhenti beberapa meter dari rumahnya. Kedua matanya melebar melihat badut yang berdiri di depan pagar rumahnya.
Badut beruang berwarna coklat itu menangkap keberadaan Raisa. Badut itu berjalan menghampiri cewek yang baru saja membeli es krim dari mini market itu.
Raisa berteriak histeris. Keringat dingin mulai keluar. Jantungnya berdegup kencang. Cewek itu berbalik dan mengayuh sepedanya kencang.
Bruk
Saking kencangnya, Raisa tak dapat mengendalikan sepedanya hingga dirinya menabrak tiang. Kepalanya terbentur aspal dan Raisa tidak mengingat apapun lagi.
🐬🐬🐬
Kedua mata Raisa perlahan terbuka. Ia menyentuh kepalanya yang berdenyut nyeri. Raisa mengerjap. Cewek itu langsung duduk tegap.
Kenapa ia bisa berada di depan pagar rumahnya?
"Aaaa," langsung saja ia berlari sambil berteriak histeris melihat badut yang tadi duduk di sebelahnya. Raisa berlari tak tahu harus kemana. Yang penting untuknya, menghindari badut itu.
Raisa berhenti berlari. Napasnya memburu. Tangannya bergetar. Ia sangat ketakutan. Siapa pun, tolong bantu Raisa. Ia butuh sebuah pelukan untuk membuatnya tenang.
Raisa tersentak ketika sebuah tangan melingkar, memeluknya dari belakang. Jantung Raisa berdegup kencang. Ia menoleh ke belakang dengan ragu.
"Lepasin!"
Raisa memberontak. Ia ingin lepas dari pelukan badut beruang berwarna coklat itu. Mungkin sebagian orang menganggap badut itu lucu, tapi tidak dengan Raisa. Badut itu sangat menakutkan untuknya.
Bibir Raisa bergetar menahan tangis. "Tolong lepasin!"
Badut itu mengeratkan pelukannya. Menempelkan kepalanya ke dekat telinga Raisa. Samar, Raisa bisa mendengar ucapan badut itu.
"Ssstt, jangan takut sama aku, tuan putri."
Entah mengapa, Raisa berhenti memberontak. Tubuhnya melemas hingga ia duduk di jalanan. Ia sudah tidak mempunyai banyak tenaga lagi untuk berlari. Bahunya bergetar hebat. Ia menangis sesenggukan. Raisa memejamkan matanya.
"A-ku takut," isaknya.
Badut itu mengusap puncak kepala Raisa. Raisa menghempaskan tangan itu. "Aku lucu lho, kenapa kamu takut?"
Raisa menekuk lututnya ke atas. Wajahnya ia tutupi dengan kedua telapak tangan. Dan ia memberi jawaban kenapa ia sangat takut badut setelah terdiam cukup lama.
"Kamu yang bawa Bagus pergi."
Badut itu menarik tangan Raisa lembut. Raisa mendongak dan berdiri. Ia benar-benar tidak mempunyai banyak tenaga untuk berlari. Terpaksa, Raisa menurut.
Badut itu membawa Raisa menuju ke rumahnya. Di depan rumah Raisa ada banyak balon berwarna pink muda yang terikat di sepeda. Badut itu mengambil jarum dan memberikannya pada Raisa.
Badut itu kemudian menunjuk balon. "Pecahin balon sesuai nomernya."
Raisa mengusap air matanya yang masih mengalir melewati kedua pipi. Cewek itu memecahkan balon bertuliskan nomer satu. Sebuah lintingan kertas terjatuh. Raisa mengambilnya lalu membukanya.
Maafin aku
Jantung Raisa berdegup semakin kencang. Kepalanya pening antara takut dan penasaran dengan siapa badut itu. Badut itu menunjuk balon nomer dua. Raisa memecahkannya. Sebuah lintingan kertas terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasha dan Raisa✔
Teen FictionCOMPLETED Elang Series 1 Alea Raisa, akrab dipanggil Raisa. Salah satu murid berprestasi di sekolahannya, SMK Elang. Cewek cantik yang banyak disukai oleh teman-temannya. Sikapnya yang baik, ramah, dan jahil. Setiap ada seorang cowok yang melakukan...