BAB 49

499 30 0
                                    

Fily menunjukkan tablet yang sedang menampilkan sebuah jam tangan. "Jam tangan ini ada pelacak lokasi yang dihubungin hape pemilik jam. Kata Raisa, Rasha pake jam model ini. Kalo Rasha lupa lepas jam tangannya, kita bisa pake cara ini buat nemuin Rasha."

Mulut sahabat-sahabatnya ternganga. Fily mendengus kesal ketika Tiwi menggoyangkan kepalanya. "Fily ganti otak yaa?" tanyanya polos. "Kok bisa pinter banget gini."

"Disini sinyalnya kuat banget deh sampe Fily yang lemot banget bisa jadi pinter gini," ucap Nita.

May memeluk Fily. "Dari dulu kek pinter jadi nggak sebel terus ngomong sama Fily."

Raisa menatap satu persatu sahabatnya. "Bisa minta tolong anterin aku ke rumah Rasha?"

Mereka mengangguk mantap. Aurel dan Nur merangkul Raisa. Mereka mentunnya pelan sampai depan pintu rumah Rasha.

"Loh, kak Alea kan masih sakit, kok jalan-jalan?" tanya Mentari yang membukakan pintu.

Raisa tersenyum tipis. "Nggak papa. Kak Alea udah kuat kok. Boleh kita semua ke kamarnya Rasha?"

Mentari mengernyit bingung tapi cewek itu tetap mengangguk. Mereka naik ke lantai dua. Raisa menahan air matanya untuk tidak keluar.

Rasha bertahan, tunggu Raisa yaa.

Mereka menemukan ponsel Rasha yang tergeletak di meja belajar. Raisa membuka kunci layar ponsel Rasha lalu menyodorkannya ke Fily.

Fily mengangguk. Cewek itu mengotak-atik ponsel Rasha. Mentari heran melihat mereka yang melingkar seperti sedang berdiskusi.

"Nah, ketemu!" pekik Fily.

Tiwi menoyor kepala Fily dan mengusap telinganya. "Biasa aja bego. Nggak usah teriak-teriak."

"Ehh, bentar," kedua mata Nur fokus ke arah ponsel Rasha. "Bukannya ini belakang rumah...."

Aurel memekik. "Belakang rumahku!"

🐬🐬🐬

Lina menaiki tangga menuju kamar putrinya. Ia membuka knop pintu kamar anaknya. "Alea, makan yaa."

Lina mengernyit tidak melihat siapa-siapa di kamar anaknya. Ia membuka pintu kamar mandi yang ternyata tidak terkunci. "Alea?"

Lina berjalan menuju balkon yang pintunya terbuka lebar. Ia memekik melihat tali tambang yang terulur ke bawah. Lina berlari keluar kamar Raisa.

"Paa!" teriaknya. Lina masuk lagi dan matanya tak sengaja menemukan selembar kertas di meja belajar anaknya.

Maa, Paa, maaf Alea nggak pamit. Alea udah nemuin lokasi Rasha diculik. Papa sama Mama jangan khawatir sama Alea. Alea sama temen-temen pasti bawa Rasha pulang. Sekali lagi maaf Maa, Paa. Alea sayang kalian.

Alea

Setetes air mata turun membasahi kertas. Irfan yang berlari ke arah kamar anaknya terkejut melihat istrinya yang menangis. Irfan memeluk Lina. Ia mengambil kertas yang ada di tangan istrinya.

Irfan mengusap air matanya. "Alea pasti bisa jaga diri."

🐬🐬🐬

Jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Ada sebelas orang yang berdiri di samping rumah megah tanpa pagar yang tampak kosong.

"Semua udah bawa pemukul?" tanya Arjun, kakak Tiwi.

Mereka mengangguk. Aldo, kakak Nita dan Ryo yang akan memancing perhatian orang-orang yang ada di rumah itu. Aldo dan Ryo masuk ke halaman rumah yang besar menggunakan motor sport mereka.

Kedua cowok itu sengaja mengegas motor mereka agar bunyi deruman motor sampai ke dalam rumah. Beberapa orang keluar. Dua cowok itu melajukan motor berlawanan arah ketika orang-orang itu mengejar mereka menggunakan mobil.

Setelah itu, mereka mengendap-endap masuk ke dalam rumah. Tiba-tiba, puluhan orang menghadang mereka saat sampai di halaman.

"Semuanya, pake kacamata kalian!" seru Novan.

Novan melempar sesuatu hingga membentur tanah dan muncul asap dari sana. Asap itu bercampur bubuk cabai dan membuat mata orang-orang itu perih.

"Ayo masuk!" seru Arjun.

Mereka berlari masuk ke dalam rumah tanpa tahu salah satu dari mereka yang tertinggal. Raisa membuka masker dan kacamata yang ia pakai. Keringat dingin keluar dari tubuhnya. Kondisi badannya memang masih lemah.

"Diem lo!"

Raisa kembali memakai maskernya lalu merapatkan punggungnya ke tembok untuk bersembunyi. Ia melihat dua orang keluar dari pintu samping. Kedua mata Raisa membulat. Dua orang itu menyeret orang yang ia sayangi.

Rasha

Rasha memberontak tapi kondisi kedua tangannya yang terikat sulit membuatnya terlepas dari dua orang itu.

Raisa memakai kacamatanya lagi. Ia melempar sesuatu yang Novan berikan padanya. Raisa melemparkannya ke tanah. Asap keluar dan membuat kedua orang itu terbatuk-batuk.

Itu hanya asap tanpa campuran bubuk cabai. Raisa segera menarik Rasha dan membawanya ke tempat yang aman sebelum cewek itu menghampiri kedua orang tadi.

Raisa menendang perut orang itu hingga terjatuh dan menyikut orang yang satunya. Memelintir tangan orang itu hingga berbunyi

Krek

Mereka lawan yang mudah untuk Raisa yang jago bela diri. Raisa mengeluarkan tali dari dalam tasnya. Mengikat kedua orang itu yang sudah tak sadarkan diri. Raisa mengambil lakban dan menutup mulut mereka.

Terdengar hembusan napas Raisa yang berat di telinga Rasha ketika cewek itu sedang membuka ikatan tali pada kedua tangannya.

Dengan tangan yang gemetar dan air mata yang terus turun membasahi kedua pipinya, Raisa menarik pelan lakban yang menutup mulut Rasha.

Rasha menatap kedua mata Raisa sebelum memeluk cewek itu erat. Menyalurkan rasa rindunya pada cewek itu.

"Kamu baik-baik aja kan?" isak Raisa.

Rasha mengangguk. "Kenapa kamu kesini?"

Kedua tangan Raisa yang lemah mengeratkan pelukannya. "Kita mau nolongin kamu."

"Hebat, hebat!"

Mendengar ucapan itu dan dua kali tepuk tangan membuat mereka menoleh. Rasha dan Raisa terkejut melihat orang itu. Bos dari orang-orang yang menculik Rasha.

🌿

Siapa orang yang menculik Rasha?

Ohh ya, kok ada empat cowok itu yaa? Aldo, Novan, Arjun, dan Ryo.

Karena mereka itu...

Tunggu aja deh, hehe

Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

Rasha dan Raisa✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang