Raisa mencebikkan bibirnya kesal. Ia menoel pipi Rasha dengan telunjuknya. Cowok yang duduk di samping tempat tidurnya itu sedang asyik makan pop corn dan pandangannya tak beralih dari televisi.
"Rasha."
"Ya?"
"Rasha."
Rasha tetap tidak mengalihkan pandangannya dari film kartun yang ia tonton. "Iya?"
"Sayang."
Rasha langsung berdiri dan menangkup wajah Raisa menggunakan kedua telapak tangannya yang besar.
"Kenapa? Ada yang sakit? Mana yang sakit, Ra? Aku panggilin dokter yaa?" tanya Rasha yang benar-benar khawatir.
Raisa tertawa kecil. "Bosen di sini. Pengen keluar."
Rasha mendengus. "Kirain kenapa." Cowok itu mengusap puncak kepala Raisa. "Kamu kan masih sakit. Nggak boleh keluar. Masih harus istirahat."
"Tapi Sha, aku bener-bener bosen. Udah seminggu aku di sini. Pulang yuk," rengeknya.
Rasha mencubit pelan pipi Raisa. "Kamu nih. Dokter aja belum ngebolehin pulang kok. Kamu nggak boleh pulang sebelum kamu bener-bener sembuh."
"Ya udah deh, ke taman aja, ya, ya?" Raisa melebarkan kedua mata indahnya dan mengerjap-ngerjapkannya. Berusaha menampilkan wajah memelasnya. Tapi cewek itu malah terlihat menggemaskan di mata Rasha.
Rasha mengacak gemas puncak kepala Raisa. "Hm, boleh deh."
"Yeay," seru Raisa.
🐬🐬🐬
Rasha mendorong kursi roda Raisa menuju taman. Setelah sampai, cowok itu membungkuk dan menaruh dagunya di puncak kepala Raisa.
"Bi Inem sama Om Reza gimana?" tanya Raisa tiba-tiba.
Rasha menegakkan tubuhnya. Ia melangkah ke depan lalu berlutut di depan Raisa. Menggenggam erat tangan Raisa. "Mereka harus mempertanggungjawabkan perbuatannya."
"Aku nggak nyangka Bi Inem kerja sama dengan Om Reza." Setetes air mata Raisa turun. "Tapi aku seneng, Bi Inem masih sayang sama kita."
Rasha mengangguk dan mengusap air mata Raisa. "Kamu jangan mikirin yang lain lagi. Sekarang, kita fokus ke depan, oke?"
Raisa tersenyum lalu mengangguk. Cewek itu menunjuk kursi taman yang berada tak jauh darinya. "Mau duduk di sana."
Rasha terkekeh lalu menggendong Raisa. Raisa memukul pelan dada bidang Rasha. "Sha, diliatin tau."
Rasha tertawa melihat wajah Raisa yang memerah. "Biarin. Biar mereka pengen."
Rasha mendudukan Raisa lalu duduk di samping Raisa. Cowok itu merangkul pundak Raisa. "Ra, liat deh yang ada di depan kita itu."
Raisa mengikuti arah pandangan Rasha. "Mereka romantis ya?"
Rasha mengangguk mengiyakan. Mereka terus memperhatikan sepasang suami istri yang rambutnya sudah tidak ada yang berwarna hitam lagi. Sepasang suami istri itu tertawa sambil bercerita masa muda mereka.
Rasha mengusap puncak kepala Raisa. "Besok kalo udah tua, kita ngalahin romantisnya mereka yuk."
Raisa terkekeh, "kamu mau ngalahin romantisnya anak kamu sama pasangannya?"
Rasha menunduk. "Ya dong, kita nggak boleh kalah."
Raisa tersenyum. "Raisa sayang Rasha."
"Rasha juga sayang Raisa."
Rasha mengeratkan pelukannya. Raisa menyandarkan kepalanya pada dada bidang Rasha. Mereka memejamkan mata menikmati angin yang berhembus menampar lembut wajah dan terus melengkungkan bibir ke atas.
Tuhan tolong jaga dia
Tolong jaga calon ibu dari anak-anakku ini
Aku sungguh menyayanginya
LENGKAP
🌿
Semoga suka sama epilognya yaa
Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊
29-12-2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasha dan Raisa✔
Teen FictionCOMPLETED Elang Series 1 Alea Raisa, akrab dipanggil Raisa. Salah satu murid berprestasi di sekolahannya, SMK Elang. Cewek cantik yang banyak disukai oleh teman-temannya. Sikapnya yang baik, ramah, dan jahil. Setiap ada seorang cowok yang melakukan...