15.kematian

1.3K 60 0
                                    


'semuanya udah selesai kok. Begitupun dengan cinta yang telah usai harusnya gue sadar sejak dulu namun ketika gue mencoba membangun tembok penghalang dia sellau saja merobohkannya'
♡♡♡

Tegang dan sunyi itulah dua kata yang sedang menggambarkan lorong tunggu didepan ruangan yang didominasi warna putih itu.

Dini kembali tersayat perasaannya saat melihat vero yang sangat hancur sedang terduduk di lantai. Beberapa waktu lalu ia mencoba mendekatinya namun penolakan mentah mentah yang dini dapat.

"pasien ingin bertemu dengan kalian semua" seorang suster membuka pintu

"bunda kuat yah! Ayah sayang sama bunda, kita habiskan masa tua kita bersama bun" ayah vero enggenggam tangan lemah itu dengan kuat dan sesekali mengecup kening sang istri yang meresponnya dengan senyuman.

"bun, jangan bikin vero khawatir" vero mendekati brenkar dan memeluk sang ibunda

"bunda, bunda bilang akan selalu ada buat dini. Bunda harus sembuh dini sayang bunda" nur merantangkan kedua tangannya memberi kode agar dini memeluknya.

"bunda sayang dini, dini gak sendirian! Banyak orang yang perduli dengan dini. Jangan coba mengakhiri hidup lagi ya sayang kamu harus janji sama bunda"

"dini janji" air matanya membasahi baju pasien milik nur

"bunda titip vero, bunda yakin kamu yang terbaik" bisikan itu hanya mampu didengar oleh indra pendengaran dini. Ia mengangguk lalu tersenyum kepada wanita paruh baya yang ia panggil dengan sebutan bunda itu.

"ayah lihat, betapa menggemaskannya gadis manis ini" nur menggenggam jemari suaminya sembari tersenyum.

"bunda titip mereka berdua yah" setelah itu kedua kelopak mata yang sayu itu tertutup dengan tiba tiba.
***

Sekarang dini dan temen temen osis sedang berada di rumah duka.

Di iringi dengan langkah perlahan dari anak paskibra cowo yang menggotong peti itu menuju dalam rumah setelah dikeluarkan dari mobil ambulan. Ia melihat pangerannya didepan bersampingan dengan teguh nampak raut sedih sangat mendominasi wajah lelah itu.

Memang sudah jadi adat turun temurun paskibra sma bina laskar mengadakan adat itu untuk para anggota paskibra.

Mereka mengenakan pakaian dari generasi sebelum-sebelumnya di paskibra, bahkan dirinya sempat tertegun saat melihat kembali sosok danton paskibra yang selalu terlihat garang.

Ketika jenazah sedang dimandikan dini melihat vero berada di dalam dekapan erat adinda,seketika dadanya kembali sesak mengingat penolakan di rumah sakit. Namun iqmal datang mengusap usap bahunya seolah memberikan kekuatan. malam ini jenazah selesai di makamkan.

"kak, aku Cuma mau minta maaf so..." dihempasnya kasar tangan dini yang sepersekian menit memegang lengan vero.

"lo tuh bisa liat situasi gak sih?, dasar wanita murahan, segitu gak punya harga dirinya kah? Sampai sampai harus mengemis cinta. Gue juga mikir tipikal lo itu jauh dari wanita idaman gue, lo itu cewe barbar," dini tertegun baru kali ini dihadapannya vero berucap dengan kata gue-lo dan memberikan kata kata yang sangat tajam hingga gelas yang ia pegang merosot kebawah.

Prang

Gelas itu sudah tak berbentuk lagi di samping kaki meja makan,

"ada apa ini ? nyil" terlihat teguh memasuki dapur tempat mereka berada sekarang.

ditariknya tas sekolahnya yang berada diatas meja makan sembari mengusap kasar air mata sialan yang turun dengan deras membasahi pipi.

"tanyain aja sama dia yang merasa dirinya paling sempurna" lengannya langsung di tahan oleh teguh.

"jangan pergi dulu!, selesein masalah ini sampe kelar, kalian berdua udah sama sama dewasa"

"Lepas kak!, semuanya udah selesai kok. Begitupun dengan cinta yang telah usai harusnya gue sadar sejak dulu namun ketika gue mencoba membangun tembok penghalang dia sellau saja merobohkannya" dengan berat hati ia tampilkan satu senyum yang entah lah, senyum itu hambar.

Strong Woman (Good Waketos)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang