18. penyemangat

1.4K 56 0
                                    

Suasana koridor yang sepi langsung ramai seperti pasar pagi, pasalnya kedua sahabat itu sedang berlari menuju lantai tiga untuk sampai di kelas.
Pagi tadi mereka bangun kesiangan karena semalam tidur sangat larut.

“lo sih key dandannya lama banget” disela sela lari mereka masih sempat adu argumen.

“kok gue kan lo, masa pasang alaram tapi hpnya di matiin, pake sempet sempetnya nostalgia jilid pertama lagi tadi di parkiran” saat sudah berada di tengah tangga  kertas manila yang dibawa dini untuk presentasi terjatuh ke bawah, alhasil ia kembali turun.

“alamat, tuh botak udah masuk lagi” dilihatnya dari kaca jendela pak rohman yang sedang mengabsen siswa.

“dini indira agustin?” guru botak itu melihat dari atas arah kacamata yang di turunkan sedikit.

“saya pak” gadis itu langsung masuk ruang kelas dengan nafas yang masih sulit di atur.

“kamu ini, saya tidak suka siswa yang tidak disiplin di jam pelajaran saya. Keluar sekarang lari 10 kali puterin lapangan” dilihatnya keyla yang sedang berada di kursi duduknya sembari menahan tawa.
**

“nyil unyil unyil usro, dasar unyil pagi pagi muka udah kusut aja, mana nih seragam dekil banget lagi” disodorkannya botol air mineral dingin oleh teguh. Memang hari ini adalah jadwal kelas dua belas untuk melakukan ujian praktek

“dekil dekil gini ibu negara loh” ditariknya ujung dasi hitam milik teguh untuk mengusap keringat didahinya.

“eh dasar unyil, jorok banget dah jadi cewe”

“berapa puteran lagi nyil?” lanjutnya

“lima” dini mengibaskan kedua telapak tangannya menandakan bahwa gerah bodi sedang menyerang tubuhnya .

“ya udah lanjutin gih!, tak semangatin deh” dengan polosnya dini menganggukan kepala sembari kembali menyodorkan botol bekas ia minum keraha teguh.

“semangat nyil!, uyil uyil uyil uyil” mereka berdua menjadi tontonan dan bahan gosipan, terutama para penggemar teguh.  Dini tertawa senang sembari menggelengkan kepalanya.

Matahari kini hampir berada diatas kepala,sinar hangatnya berganti panas menembus kulit. Bayang bayang besar seakan sebuah penyelamat untuk berteduh seperti kedua cucu adam berbeda jenis itu yang sekarang sedang berada dibawah pohon mangga.

“guh di panggil bu ike disuruh keruangannya” teriakan itu mampu membuat senyuman sang gadis luntur

“eh nyil muka lo kok pucet?”

“gak papa ko ka, udah sana pergi! Bikin udara makin pengap aja lo”

“ya udah gue ca..”

Brugh

“unyil”

“dini”

RUANG KESEHATAN

“gila bangun lo nyil!, badan panas kaya lahar tapi enggak di resapi” suara itu membuat ia terbangun dari tidur nyenyaknya.

tiba tiba seorang adik kelas berperawakan tinggi dengan model kerudung segi empat terjuntai masuk kedalam ruang kesehatan sembari membawa gelas berisi air teh dan sebuah obat.

“kak dini gak papa ko kak, panasnya udah mulai turun. Ini kak diminum dulu” dia menyodorkan gelas itu kedepan teguh dan bertepatan dengan dini yang akan meraihnya.

“dek yang sakit kan gue, ngapain lo ngasih ke dia?. Lo kira kita lagi bertamu” nampak dini terlihat kesal.

“eh, iya kak maaf habis galfok”

“udah gih keluar nanti saya panggil jika memerlukan sesuatu” suara itu terdengar seperti usiran

“hahahaha sumpah tadi harusnya di abadiin muka coegnya dia kak” dini makin tidak bisa menghentikan tawa gara gara melihat muka datar teguh.

“lo juga pake bahasa formal segala, kaya bapak presidan aja” sambungnya

“udah cepetan tehnya di habisin nyil, oh ya nyil lo tau gak?” tercetak raut serius di sana

“kenapa kak?”

“tadi lo itu ringan banget, lo sebenernya dikasih makan enggak sih nyil? Perasaan juga kemaren ada yang bilang gak bakal sakit Cuma karna hujan” seketika dini teringat kembali akan teriakan yang ia dengar sebelum dirinya pingsan.

“awww sakit bego” ditonyornya kepala teguh karena menekan lengannya yang terluka

“ahh maaf maaf gak sengaja”

Strong Woman (Good Waketos)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang