Kim Mingyu
As
dr. Pram Ibrahim
"Kamu tuh udah dewasa, Pram, cepet cari istri."Sebagai anak bungsu dari enam bersaudara, gue udah diterror oleh semua kakak-kakak gue yang terdiri dari dua cowok dan tiga cewek. Mereka sudah berumahtangga, apalagi kakak-kakak cewek gue yang menikah di usia muda karena tuntutan keluarga. Kedua orangtua gue merupakan orang Jawa tulen yang masih kental dan dekat dengan adat kedaerahan. Katanya gak baik anak cewek menikah lebih dari umur 20, abang-abang juga pada sold out di umur 25 sampai 26, sementara gue yang udah hampir berusia 28 tahun belum sekalipun setor muka calon mantu kehadapan Ibu sehingga berakhir ditagih terus menerus.
Bokap gue punya garis keturunan keraton Yogyakarta, dia punya marga kekeratonan tapi tidak diturunkan kepada anak-anaknya. Setiap satu tahun sekali, pasti sekeluarga besar selalu diboyong ke Jogja untuk mengikuti acara keluarga yang digelar di ballroom hotel besar. Gue pikir pertemuan ini cuma lima puluh orang, tapi ternyata bisa sampai beratus-ratus mengingat setiap keturunan punya anak cucu cicit yang wajib dibawa semuanya. Bedanya, kalau kakak-kakak bokap gue rata-rata bekerja sebagai pengusaha, bokap memilih mendirikan rumah sakit sendiri yang sampai sekarang berdiri kokoh di kota Tangerang Selatan. Iya, bokap dokter, pun dengan tiga anak lelakinya yang mengikuti jejak beliau sebagai penolong sesama manusia.
"Kamu kalau masih belum cari calon istri, Ibu jodohkan sama Ajeng biar kamu gak bisa nolak."
Gue memutar bola mata ketika suara perempuan yang usianya sudah enam puluhan itu terdengar oleh telinga kanan gue. Pasti dia lagi di mobil nih, soalnya suaranya agak goyang dan beberapa kali gue mendengar klakson kendaraan meski samar-samar.
"Ibu lagi dimana?"
"Gak usah ngeles, kamu udah tua, cepet nikah!"
Biar gue jelaskan, visual Ibu persis Kanjeng Mami di acaranya Kang Sule bertahun-tahun silam. Cuma dia gak pernah pake konde, seringnya pake jilbab yang sering dipake Hetty Koes Endang kalo muncul didalam tv. Badannya gede, jaman awal masuk kuliah dulu, kalau kesel sama dia gue sering ngejek Ibu dengan sebutan 'cikgu besar'. Gak tau deh maksudnya apaan, cuma sering kepikiran aja kalau dia tuh mirip beberapa publik figur Indonesia. Bangga banget gue tuh, sumpah.
"Pram tanya deh sama Ibu, Ibu mau mantu yang kayak apa?"
Gue bangun dari tempat gue duduk, padahal sebelum ibu nelpon, gue lagi makan mie instan yang diseduhkan dua perawat magang. Setiap punya waktu senggang, gue selalu mojok di dapur karyawan buat sekedar nyeduh kopi atau makan apapun itu yang ada didalam kulkas. Soalnya jam kerja dokter jaga di Instalasi Rawat Inap tuh lebih lama dari instalasi lain- nyaris 12 jam. Apalagi gue gak cuma jaga di bangsal rawat inap tenang, tapi juga di bangsal rawat inap intensif yang rata-rata dihuni oleh pasien dengan gangguan jiwa berat.
"Gak perlu cantik, yang penting dia sopan dan mau sama kamu."
... dan mau sama kamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA BELAS JIWA
FanfictionCerita ini adalah penggalan kehidupan dari tiga belas jiwa yang bekerja di rumah sakit jiwa. Kalian akan menemukan eratnya persahabatan, pengabdian terhadap sesama, hingga tujuan-tujuan kenapa mereka harus terlahir ke dunia. • All 13 members of Sev...