Mada
Sepertinya, setiap hari yang menjadi tanggal pernikahan salah satu dari Manjiw Squad akan jadi hari favorit gue deh. Melihat satu per satu dari mereka punya hidup baru tuh rasanya nggak bisa dijelaskan. Ada seneng, excited, hingga merasa ditemani karena akhirnya gak cuma gue aja yang punya kisah baru dengan seseorang bernama istri.
Pram dan Ainun. Perfect couple di Rumah Sakit Jiwa akhirnya resmi juga. Gue gak tau sih detail kisah perjalanan mereka gimana, namun kayaknya mulus banget alias beda jauh sama gue. Gak ada drama-dramaan, pokoknya ngalir aja seolah menjadi perwujudan nyata bahwa jodoh itu akan datang tanpa aba-aba.
"Da, capek."
Belakangan ini, fisik Arsha udah gak sekuat sebelumnya. Jalan dari rumah orang tua Ainun ke parkiran aja dia udah ngeluh capek sambil pegangin pinggangnya gitu. Kalau diukur, perut Arsha mirip banget sama bunderan wajan dapur. Gak jarang gue suka gemes, pengen nusuk perut dia pake jarum siapa tau bisa kempes kayak balon pelampung.
"Dikit lagi, Sha." ucap gue. Acaranya selesai di jam sebelas siang, rombongan keluarga dan teman dekat Pram udah dateng dari jam 9 namun acara inti baru dimulai di jam 10 tepat. Penghulunya kesiangan, sehingga manusia-manusia gabut yang hampir mati kebosanan itu pada melakukan kegiatan unfaedah diantaranya pamer cewek di akun twitter punyanya Manjiw.
Gue?
Gak ikutan, lah. Cukup mantau aja yang udah beristri mah, gak perlu kayak mereka-mereka yang emang masih sebahagia itu karena dapet kecengan setelah berabad-abad lamanya menjadi jomblo abadi.
"Masih jauh tau, pegel banget ini." Eluhnya lagi.
Gue cuma bisa menarik napas pelan untuk menambah kesabaran, "Tunggu disini, aku yang bawa mobil kesana."
"Gendong ajaaaa."
Astaga, dia gak mikir apa kalo badannya makin hari makin gede aja?
"Sha yaampun, cuma sepuluh meter itu, masa digendong."
"Kalo gitu beliin itu." Gue mengikuti kemana arah telunjuknya menuju. Di depan TK yang lagi ngadain acara kenaikan kelas ada tukang jualan balon dan juga ikan cupang. Gue bingung, dia mau yang mana?
"Ikan cupang?"
"Sebelahnya."
Balon berarti.
"Mau yang bentuk apa?"
Seketika bibirnya tersenyum, "Hm, mau yang ... Keroppi, Beruang, Owl, sama Koala."
Kening gue mengernyit, "Empat, Sha?"
"Iya, empat." Dia memastikan. Gue hendak protes, namun sepertinya memulai perdebatan disaat lo tau kalau lo akan kalah telak hanya akan sia-sia. Gue membiarkan dia menunggu di tepi jalan, sementara gue menyeberangi jalan dengan susah payah karena kondisi yang lumayan ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA BELAS JIWA
FanfictionCerita ini adalah penggalan kehidupan dari tiga belas jiwa yang bekerja di rumah sakit jiwa. Kalian akan menemukan eratnya persahabatan, pengabdian terhadap sesama, hingga tujuan-tujuan kenapa mereka harus terlahir ke dunia. • All 13 members of Sev...