Arel
Kalau ditanya hubungan gue dan Candy kayak apa, gue pasti akan menjawab biasa-biasa aja.
Sejak bertemu secara tak sengaja di XXI BTC tempo hari, gue dan dia seolah kembali pada masa-masa dimana kita berdua pernah merasa saling menginginkan. Ya sekarang juga masih saling ingin sih, cuma entah kenapa gue belum mau terburu-buru mengambil keputusan karena takut kalau Candy belum sepenuhnya berubah dan masih punya kelabilan yang sama.
Gue nggak takut terluka, gue hanya ... belum siap untuk dijatuhkan dengan harapan yang sama. Begitulah kira-kira.
"A, tadi ada undangan."
Ketika baru sampai di rumah, gue langsung disambut oleh Bunda yang rupanya telah bersantai dari pekerjaan rutinnya; menjahit.
"Siapa, bun? Yang nikah? Temen Aa?"
"Bukan, dari SMA Sebelas Maret, bekas sekolah kamu dulu."
Ah, iya. Sampe lupa kalo dulu gue pernah SMA saking sibuknya sama hidup.
"Kepsek A Arel nikah lagi? Gaya bener, istrinya padahal dulu udah dua."
"Kamu ini," gue selalu suka cara bunda merespon guyonan gue. Ketawanya pelan namun renyah, pokoknya favorit gue banget sampai-sampai dulu pernah punya cita-cita buat dapet istri yang ketawanya mirip bunda. "Reuni kayaknya, liat sendiri makanya. Hari minggu tuh, libur kan? Sekali-kali dateng, udah sering banget bunda nerima undangan reuni tapi kamu gak pernah berangkat."
"Iya, kali ini Arel berangkat. Cium dulu tapi." Gue menunjuk pipi kanan lalu sedikit membungkuk. Bukannya ciuman yang gue dapat, justru tangan ringkihnya malah mendarat disana sampai wajah gue tertampar agak kencang.
"Seneng banget godain bunda, hih!" Pekiknya gemas sambil mencubit pipi gue. "Bunda ke warung bentar, mandi terus makan." titipnya.
Gue menggeleng, lantas segera masuk kedalam rumah untuk melaksanakan titah bunda. Lusa HUT RSJ, gue cukup sibuk nyiapin ini itu sama Manjiw Squad dan juga orang-orang klinik. Klinik Psikometri kebetulan punya persembahan khusus yang ingin ditampilkan. Bentuknya slide video sih, tapi bapak-bapak dan ibu-ibu gaptek itu menyerahkan pembuatan videonya kepada gue sehingga gue jadi sedikit keteteran.
Undangan dari kertas karton itu gue baca dengan teliti. Angkatan gue tertulis dalam suratnya, acaranya hari minggu dan hari ini merupakan reservasi terakhir. Gue curiga ini undangan telat datang, apa jangan-jangan panitianya mikir maju mundur kali ya gara-gara Jourell Ravinsa gak pernah ikutan sehingga ngasih undangan kesannya sia-sia dan cuma buang tenaga?
'Diizinkan membawa keluarga, maksimal 6 orang dan jangan lewatkan momennya, ya!'
Yaelah, gua bawa keluarga gimana ceritanya? Temen-temen seangkatan sih ada yang udah punya anak tiga, jadi janda sama duda, atau ada juga yang udah naik haji empat kali sampe curiga di Arab doi ternak unta. Gua? Gini-gini aja tuh, gak ada yang bisa dipamerin. Bukan apa-apa nih ya, tujuan utama reuni itu bukan cuma silaturahmi, tapi juga pamer anak bini, kerjaan, dan pencapaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA BELAS JIWA
FanfictionCerita ini adalah penggalan kehidupan dari tiga belas jiwa yang bekerja di rumah sakit jiwa. Kalian akan menemukan eratnya persahabatan, pengabdian terhadap sesama, hingga tujuan-tujuan kenapa mereka harus terlahir ke dunia. • All 13 members of Sev...