Xu Minghao
As
dr. Mada Winoto HuangDari sekian banyak instalasi-instalasi yang ada di Rumah Sakit Jiwa Provinsi, kayaknya Laboratorium adalah tempat paling santuy dimana segala macam hal yang seharusnya tidak dilakukan selama bekerja sangat mungkin untuk dilakukan. Lo mau nyetel lagu Indie? Bisa. Atau lo mau nyetel lagu Korea galau ala-ala Akdong Musician? Bisa juga. Yang terpenting adalah; lo harus menaati Standar Operasional seperti memakai jas, handscoon, masker, dan juga sepatu. Lepas dari itu, lo bisa ngapain aja kecuali makan dan minum di ruangan yang penuh dengan benda-benda infeksius ini.
Sudah satu setengah tahun lamanya gue bekerja di laboratorium klinik milik Rumah Sakit Jiwa Provinsi. Sebelumnya gue bekerja di laboratorium swasta ternama yang ada di daerah Muhammad Toha. Hanya saja, selama bekerja disana gue selalu merasa kalau pekerjaan gue kurang menantang. Gue suka kerjaan yang banyak, tapi gue gak suka kalo pulang terlambat. Berhubung di Rumah Sakit Jiwa gue punya banyak pasien tapi tetap pulang tepat waktu, akhirnya gue merasa betah dan berpikiran kalau jiwa gue telah menyatu dengan laboratorium klinik ini.
Gue adalah anak yang dibebaskan untuk memilih jalan hidup sendiri oleh orangtua dan keluarga. Mereka gak peduli gue mau jadi apa. Yang mereka tau, mereka cuma harus mengeluarkan sejumlah biaya untuk menunjang keinginan gue tersebut. Gue mau pindah ke Bandung, mereka setuju. Gue mau kuliah kedokteran dan ambil spesialis patologi klinik biar kerjanya santuy, mereka juga setuju. Yang penting gue gak jadi berandalan, masalah mabok sebotol dua botol mah masih dimaklum toh manusia emang punya cara lepas stress mereka yang berbeda-beda.
"Payung teduh dong, untuk perempuan yang sedang dalam pelukan." Salah satu analis yang lebih senior dari gue memberikan saran. Anak-anak SMK yang masih pada PKL itu mengacungkan jempol kemudian mencari lagu yang pak Dana inginkan. Kita punya satu sound speaker kecil khusus, lengkap dengan gadget lama gue yang sengaja disumbangkan untuk memutar lagu-lagu hasil request dari YouTube.
"Ini kalo judul cerpen sepanjang ini, gue pasti udah dimarahin guru Bahasa Indonesia deh." Bisik salah satu murid SMK itu. Senyuman gue tertahan, emang kepanjangan juga sih judul lagunya. Malah gue gak hafal sehari dua hari, mana isi liriknya tuh bikin mikir semua lagi. Terlalu puitis, kebanyakan majas yang bikin orang-orang sulit memahami maksud dari lagu tersebut.
"Dokter Mada." Gue yang saat itu sedang menulisi sebuah tabung menggunakan nama, tanggal, dan asal instalasi pasien sontak terkaget sampai menyebabkan kertas super kecil itu tergores spidol hitam. Tangan yang beberapa detik lalu menepuk pundak gue masih setia menempel di tempatnya. Dari suaranya sih gue tau siapa perempuan ini, Kaila namanya.
"Apa sih? Kecoret kan." Rutuk gue sebal. Maaf aja nih ya, Mada kalo lagi fokus usahakan jangan disenggol atau lo akan kena bacok sampai mampus.
"Ya maaf dok, kan tinggal diganti." Suaranya merendah, seperti takut dan menyesal di waktu yang bersamaan. "Tolongin saya dong, pliiiis." rengeknya lalu berjongkok dibawah kursi yang gue duduki.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA BELAS JIWA
FanfictionCerita ini adalah penggalan kehidupan dari tiga belas jiwa yang bekerja di rumah sakit jiwa. Kalian akan menemukan eratnya persahabatan, pengabdian terhadap sesama, hingga tujuan-tujuan kenapa mereka harus terlahir ke dunia. • All 13 members of Sev...