4.5 Catra

10.7K 2.1K 831
                                    

Catra

Pernah sekali, gue merasa takut untuk menjadi tua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pernah sekali, gue merasa takut untuk menjadi tua.

Beneran, cuma sekali aja, soalnya gue keburu sadar bahwa menjadi tua merupakan siklus hidup semua manusia.

Gue cuma ... terlalu nyaman hidup sebagai Catra yang sekarang, yang muda, yang bisa melakukan apa saja tanpa peduli apa kata orang. Tapi seiring bertambahnya waktu dan matangnya pikiran yang gue punya, gue bisa menerima ketetapan dari semesta untuk bertumbuh dewasa sampai akhirnya tua.

Malah sekarang, gue rasa jadi tua itu akan menyenangkan. Lo akan jadi bapak-bapak lawak yang perutnya off-side karena faktor usia, terus kalau lebaran, rumah lo bakalan rame dengan banyak anak-anak yang mungkin memanggil lo Opa atau kakek. Dan lagi, kalau kelak gue dan dua belas orang itu masih diberi umur panjang untuk terus bersama-sama, mungkin akan sangat menakjubkan jika seandainya kita bisa mengisi masa tua dengan beragam kebersamaan.

Meskipun gue gak pernah tau kedepannya akan seperti apa, gue adalah tipikal orang yang percaya bahwa perpisahan itu cuma omong kosong belaka. Mungkin ya, mungkin aja salah satu diantara kita akan ada yang pergi jauh, atau pindah kerja, atau migrasi ke planet luar, kita gak pernah tau. Tapi alih-alih memikirkan kemungkinan yang belum tentu akan terjadi, gue lebih suka memikirkan hal-hal yang bisa jadi akan kita lalui di suatu hari nanti.

"Gua kalo udah tua mau beli banyak domba." Semakin sini, waktu kita untuk berkumpul semakin terasa berkurang. Memang bisa tiap hari sih, tapi nggak pernah lama karena orang-orang ini memiliki banyak kesibukan— apalagi mereka yang udah berkeluarga.

"Mau jadi bandar domba maksud lo?" Tanya bang Johan yang gegayaan lemparin sukro keatas terus mangap-mangap. Masuk ke mulut dia? Kagak lah anjir, meleset jauh yang ada nyampe ke pinggir jalan.

"Iya, terus gua mau beli tanah di pinggiran kota. Mau bikin empang yang gede biar kalo lu semua pada pengen hiburan, kalian bisa mancing disana bawa anak cucu sekalian."

"Boleh juga ide lo, kalo Khrisna? Pengen tau gue cita-cita masa tuanya apa."

"Jadi presiden, atau enggak jadi pendiri partai. Beuh, cocok." Yang berbicara bukan gue, melainkan Arthur Balaram Morgan.

"Males banget gue jadi orang politik, mau bikin rumah sakit kapal gue mah, ntar ngelilingin Nusantara kasih pengobatan buat orang-orang pesisiran."

"Cita-citanya Crazy Rich banget gitu anjir, ntar tau-tau kapalnya kapal Ferry dapet beli dari Royal Caribbean Cruise hahaha!"

"Kalo gue mau jadi bos travel." Semua orang menoleh kearah bang Raga, "Banyak duit ntar, ini gue travel antar kota ya, bukan travel umroh sama haji."

"Padahal lu cocoknya jadi mucikari di Batam." Pengen salim sama yang ngomong, "Pas aja gitu aura lo jadi mucikari."

Merasa gak terima, bang Raga langsung ambil ancang-ancang buat balas dendam. Seru nih, demen banget gue nonton keributan. "Lo kalo tua nanti auranya cocok dagang asongan di perempatan. Pake tuh kaos biru lo, sekalian kolor keramat lo."

TIGA BELAS JIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang