4.13 Dino

18.8K 1.9K 1.1K
                                    

Dino

Katanya, dalam setiap kata mulai, pasti akan ada kata akhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Katanya, dalam setiap kata mulai, pasti akan ada kata akhir. Jika ada pembuka, maka disitu pasti ada juga penutup. Ini nggak cuma berlaku buat cerita aja, tapi semua hal di dunia termasuk hubungan hingga siklus hidup manusia.

Meski nggak tahu kapan gue pernah 'memulai' sesuatu dengan Sofia, gue merasa bertanggung jawab untuk mengakhiri apa yang pernah terjadi setelah berulangkali mendengar gimana keadaannya saat ini dari bang Vernon. Gue nggak paham apakah gue wajib melakukan ini atau tidak, namun gue rasa nggak ada salahnya untuk menyelesaikan semua ini dengan baik-baik agar tidak ada lagi kesalahpahaman diantara kita.

Dan malam itu, didepan sebuah gedung yang pernah menjadi saksi dimana gue berhasil dia bodohi, gue menemui perempuan yang tampaknya akan segera bersenang-senang didalamnya.

"Kak, lo ngapain di Casper?"

Tiap denger namanya, gue masih terngiang-ngiang sama kartun hantu warna putih itu, bukan malah club malam kenamaan seperti pada kenyataannya.

"Nemuin lo, masa mabok." Kata gue, "Bisa ngobrol dulu kan sebelum lo masuk kesana?"

Dia mengangguk antusias, "Bisa, di lobi-nya aja, biar enak." katanya, udah kayak yang punya tempat aja.

Gue menurut, lantas mengikuti dia masuk kedalam sana walau saat itu setelan gue sama sekali nggak mirip orang yang mau party. Malah gue masih pake kemeja koko karena baru pulang dari acara rutinan keluarga.

"Gue tau kok lo kesini buat apa." Dia yang memulai, "Gue yang salah kok, kak. Gue yang salah mengartikan kebaikan lo. Beneran, gue gak akan ngejar-ngejar lo lagi. Gue mau minta maaf sama lo karena udah lancang ngurusin hidup lo sampe nemuin dokter itu segala. Gue malu, apalagi setelah sadar kalo gue nggak pantes buat lo."

"Sof, makasih udah mau mikir dewasa. Gue juga minta maaf kalau seandainya ada dari perlakuan gue yang bikin lo salah paham. Tau nggak yang lucunya apa? Kalaupun iya gue suka sama lo, kita nggak bisa berpegangan di atas jalan yang sama. Jadi maaf kalo gue harus bunuh perasaan lo kayak gini, karena mau jungkir balik pun kita nggak akan jadi kita."

Ucapan gue terdengar kasar nggak ya? Gue gak tau gimana cara yang tepat buat mengucapkan apa yang ingin gue katakan, gue nggak tau gimana memperhalus bahasanya, yang pasti gue ingin menyasar poin utama dalam maksud gue menemuinya malam ini.

"Iya, gue paham, kak." Senyumannya terlihat dipaksakan, "Makasih karena lo udah mau nemuin gue padahal lo gak mesti ngejelasin apa-apa karena nggak ada salah lo disini. Bahagia sama bahagia lo, gue nggak akan munafik, gue nggak bahagia kalau liat lo bahagia sama orang yang bukan gue tapi gue akan coba buat terima."

"Mending lo pulang, nggak baik ada di tempat ini lama-lama." Katanya laku berdiri dari atas sofa berwarna abu-abu itu, "Gue juga mau masuk, temen-temen gue udah nunggu."

"Jangan kebanyakan minum, jangan kebanyakan begadang, siapa yang bakalan sayang sama lo kecuali diri lo sendiri?" Gue ikut berdiri, "Semangat kuliahnya, gue pulang." ucap gue sebagai penutup dari pertemuan ini.

TIGA BELAS JIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang