Khrisna
"Heran gue sama lo, Frey. Kalo balik ke rumah gue ngapain harus repot-repot nganterin flashdisk-nya ke rumah sakit?"
"Ya biar gue ada usahanya dikit lah, pengen tau juga Rumah Sakit kebanggaan lo tuh kayak apa sih sampe betah banget kerja disitu. Eh taunya ... "
Gue yang semula tengah menggerakkan kursor di layar komputer sontak menghentikan kegiatan itu tatkala mendengar kalimatnya yang tergantung begitu saja. Perlahan kepala gue tertoleh ke samping, memberikan tatapan super tajam yang menyiratkan kalimat tanya berupa 'maksud lo apa ngomong begini sama gue hah?'.
"Haha, never mind, rumah sakitnya bagus, gak kolot, gak horror, elit pokoknya." Katanya, mengatakan hal sebaliknya dari keadaan asli Rumah Sakit Jiwa.
"Lo gak akan tau gimana serunya ada didalam situ, makanya pandangan lo begitu." Ucap gue, kembali fokus pada dua layar komputer dihadapan gue.
Sejujurnya hari ini gue capek banget, pasien UGD lumayan banyak ditambah kedatangan kabar duka dari lelaki yang gue temui tadi pagi di basecamp anak manjiw. Ayahnya Dipta yang gak gue tau mukanya kayak apa karena bertugas di luar negeri dinyatakan gugur, mayatnya dipulangkan tadi pagi dan langsung dimakamkan di taman makam pahlawan Cikutra oleh keluarga. Gue dan sebelas orang lainnya bela-belain izin ke direktur RS buat mengikuti proses pemakaman. Gak tega banget liat Dipta, malah gue pikir yang akan meninggal duluan tuh bokapnya Johan karena kabarnya keadaan beliau semakin drop paska menjalankan kraniotomi di RSHS oleh tim dokternya Joshua.
Ngomong-ngomong soal Freya, gue masih gak ngerti sama jalan pikirannya sekarang. Dia minggat dari Scotland, nomornya sengaja gak diaktifkan dan malah pakai nomor baru lokal yang berasal dari provider Indonesia. Endingnya gue lagi yang diterror bokap, ternyata orang-orang gak ada yang tau kalau Freya pulang ke Indonesia sejak satu hari lalu. Freya emang hobi banget nyari masalah, jeleknya cewek ini tuh cuma satu, setiap stress dia selalu kabur tanpa kabar dan gak pernah memperdulikan tanggung jawab apa saja yang harus dia tinggalkan karenanya. Perusahaan otomotif di Scotland kehilangan ketuanya, padahal mereka lagi punya project kerjasama bareng perusahaan otomotif ternama asal Swedia.
Seperti yang pernah gue katakan sebelumnya, gue gak suka mengekspos kehidupan pribadi gue sehingga banyak sekali orang yang terkejut ketika tak sengaja harus mengetahuinya. Dipta contohnya, dia sampe cengo saat tau kalau Freya adalah adik kandung gue. Gue sebenernya gak mau mengakui dia sebagai adik, liat dia tuh berasa ngaca walau dalam beberapa aspek gue merasa jauh lebih baik daripada dia. Kalau dandannya gak aneh-aneh, Freya tuh pasti mirip banget sama gue. Sayangnya dia kayak badut, segala dipasangin di badan sampai telinganya penuh banget sama tindik. Stylenya juga, aneh lah pokoknya, jauh sama gue yang kemana-mana nyamannya pakai kaos sama training doang.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA BELAS JIWA
FanfictionCerita ini adalah penggalan kehidupan dari tiga belas jiwa yang bekerja di rumah sakit jiwa. Kalian akan menemukan eratnya persahabatan, pengabdian terhadap sesama, hingga tujuan-tujuan kenapa mereka harus terlahir ke dunia. • All 13 members of Sev...