~ Prolog ~

5.3K 301 8
                                    

Cerita ini belum selesai namun Vii memutuskan akan melakukan revisi, tenang tidak banyak hanya memperbaiki typo dan gaya bahasa, Please keep enjoyyy...

Can I get vote and comment please?

.

.

.

.

Mereka tertawa bersama. Salah. Mereka tertawa di atas penderitaan salah satunya. Seorang shewolf lemah tampak begitu menyedihkan di bawah kaki para omega yang bekerja di packnya.

Surai hitam legamnya yang lembut kini kusut dan acak-acakan. Tubuhnya basah dengan lebam di hampir seluruh tubuh yang mulai membiru. Satu hantaman lagi mendarat di kepalanya diikuti ejekan dan ludah menjijikkan yang di lontarkan padanya hampir setiap hari.

"Bangun! Ayo permainan baru akan di mulai." seru satu dari lima omega sambil menjambak kasar surai hitam legamnya sedangkan salah satu omega lain yang menampar-nampar pipinya hingga merah dan sedikit membekas keunguan. Puas menampar, satu tendangan di arahkan pada perutnya yang membuat gadis malang itu terkapar menahan sakit.

Alexa mencoba duduk ketika salah satu tangan kembali menjambak rambutnya dengan kencang. Sambil memegang rambutnya agar rasa sakit tidak terlalu menyiksa ubun-ubun, tanpa sadar air mata telah lolos bersama keringat dan rintihan tertahan.

"Bagaimana sakit? Ini masih belum seberapa." cibir omega lain yang memegang rahangnya dengan kencang sambil menancapkan kukunya sedikit lebih keras.

"Kasihan sekali Beta Alex yang memiliki adik sampah sepertimu. Kau hanya aib untuk pack ini apa kau mengerti!" satu tamparan sekuat tenaga kembali mendarat di pipinya.

Alexa selalu mendapatkan siksaan demi siksaan setiap hari. Darah campuran Werewolf dan Vampir di nadinya membuat banyak orang membencinya tak terkecuali para omega. Tak jarang mereka menyiksa Alexa hingga pingsan, seperti saat ini.

Di alam bawah sadarnya, lorong gelap yang dingin menyambut kedatangan Alexa. Ketika pingsan Alexa hanya melihat kegelapan namun kali ini berbeda. Seperti mimpi, ia dapat berjalan menyusuri lorong aneh itu dengan sangat tenang. Di ujung lorong Alexa menemukan seekor serigala putih yang sangat cantik dengan bulu lebat dan seputih salju sedang tertidur dalam posisi kepala di atas dua kaki depannya.

Tiba-tiba mata serigala itu terbuka lalu mendongak menatap Alexa. Iris hijau zamrud serigala putih bersinggungan dengan iris hitam legam Alexa. Cantik. Itulah yang pertama kali Alexa pikirkan ketika menatap takjub serigala di hadapannya.

'Lagi-lagi di siksa seperti ini.' Alexa mundur selangkah merasakan aura dingin dan mengintimidasi dari perkataan serigala putih.

'Tak perlu takut lagi' serigala itu bangkit kemudian berdiri tegak.

'Sekarang kita biarkan mereka tertawa karena hari ini adalah hari terakhir mereka bisa tertawa.'

Alexa tidak mengerti maksud serigala itu. Namun entah kenapa Alexa mengangguk begitu saja.

Mata Alexa terbuka tiba-tiba. Tangannya mencekal tangan omega yang masih menjambak rambutnya hingga memerah.

"Kau sudah mulai berani." desis omega itu menahan murka.

Alexa terkekeh kemudian melemparkan omega itu hingga menghantam dinding cukup keras. Beberapa omega lain mundur merasai aura berbeda yang mengelilingi mereka.

"Jangan sentuh rambutku." nada suara Alexa terdengar berbeda. Lebih rendah namun kian mengancam.

"Dasar sampah!" seorang omega kembali menampar Alexa.

Alexa yang masih menunduk tertawa. Tertawa terbahak bahak hingga bahunya berguncang. Alexa mendongak, perlahan tangannya yang penuh luka gores menyingkirkan rambut yang menutupi wajahnya. Mata hijau zamrud tampak begitu mengintimidasi menatap datar omega-omega di hadapannya.

"Kalian hanya sekumpulan anjing berkasta rendah. Mungkin aku salah kalian lebih rendah dari itu. Bahkan tidak ada dari kalian yang mampu melakukan shift. Menyedihkan." kuku di jari lentik Alexa memanjang sedangkan taring runcing juga ikut menyembul dari mulutnya.

Para omega ketakutan. Salah satunya mencoba melarikan diri menuju tangga ke arah pintu keluar ruang bawah tanah. Namun Alexa lebih cepat. Dengan kekuatannya Alexa mencekik omega yang pernah menyiksanya. Sadisnya, Alexa menghabisi omega itu dengan mencekiknya sampai tulang lehernya patah. Usai menghabisi satu  omega, Alexa melemparkan tatapan nyalang pada omega yang tersisa.

"Kalian berikutnya." Alexa menyeringai.

Tak butuh waktu lama semua omega yang berada di ruang bawah itu lenyap dengan kondisi tubuh tercabik-cabik.

"Alexa?" panggil sebuah suara dari tangga menuju pintu keluar.

"Kau Hera bukan?" omega yang baru datang mengangguk kemudian berjalan mendekat.

Hera terkejut mendapati Alexa dengan kondisi yang sangat berantakan. Tanganya dihiasi kuku-kuku tajam bersimbah darah dengan wajah yang juga terkena cipratan darah. Di tambah pemandangan ruang bawah tanah yang di penuhi bercak darah dan beberapa mayat yang bergelimpangan.

Hera beralih menatap Alexa. Iris hitam Alexa lenyap berganti dengan iris zamrud yang indah namun memancarkan peringatan. Sosok itu tersenyum miring. Hera tau dia bukan Alexa karena sahabatnya tak akan pernah tersenyum miring padanya.

"Jangan berikan Alexa darah lagi atau aku tidak akan bisa melindunginya."

Tubuh Alexa ambruk jika saja Hera tidak menangkapnya. Untuk kesekian kalinya Alexa tenggelam dalam kegelapan.

.

.

.

Sequelnya My Mate is White Wolf coming. Wah kayaknya author harus move on sama Lalita. Ah gpp. Ya penting Lalita abadi di lapak yang satunya.

Pendek? Mungkin bakal lebih pendek. Enjoy your time.

Jangan lupa tinggalkan jejak dan klik bintang di pojok kiri. Gak maksa cuma mengharap sedikit apresiasi sebagai penyemangat. Sekian.

Please don't be silent readers...

🌹🌹🌹

02-05-2021

Half Blood MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang